5. Bad Boy

17 1 0
                                    

Prince sedang berada di basecamp bersama teman-temannya.

"Gimana boss?" tanya Afdal, anak buahnya.

Biarpun ia masih kelas XI, namun Prince sudah mampu menjadi ketua dari geng Breeze. Geng di sekolahnya. Walaupun masih banyak kelas XII yang ikut berpartisipasi menjadi anggora, tapi mereka menunjuk Prince menjadi ketua.

Prince mengembuskan asap rokoknya.

"Atur aja, sesuai kemauan mereka." sahut Prince, mematikan benda kecil berasap di tangannya.

"Oke kalo gitu berarti jam 4 udah harus di lokasi, sesuai kesepakatan" ujar Afdal.

"Gue gak ikut lah" celetuk Angga tiba-tiba.

Tidak biasanya.
Prince mengangkat satu alis, seolah mengatakan "kenapa?" tanpa suara.

"Ada lahhh. Ntar malem gue ada urusan. Jangan sampe muka gue bonyok" sahut Angga lalu meminum kopinya.

"Jangan bilang lo mau pergi sama Shafa" tebak Prince asal.

Angga menyemburkan kopinya.

"Uhukk! Gak lah. Ngapain coba sama tuh anak culun. Gak level. Cih" elak Angga.

Prince tersenyum mengejek.

"Gak level yah? Kalo sampe lo kemakan omongan sendiri, gue minta Audy"

"Audy temennya Shafa?" tanya Angga polos.

Prince menempeleng Angga.

"Audy mobil lah goblok!" gemas Prince.

"Ah gampang! Lagian gue gak bakal kemakan omongan" Angga menyombongkan diri. Padahal ia pun tak sepenuhnya yakin dengan apa yang ia ucapkan.

🍁🍁🍁

"Audy, duluan ya" Shafa melambaikan tangannya ketika melihat jemputannya datang.

"Iyaaa, byeee" lambai balik Audy dari halte tempat ia duduk.

Ia sempat melewatkan bis pertama tadi, seharunya masih ada bis lagi. Ini semua karna ia harus melengkapi catatan Bahasa Jepangnya.

Audy mengayun-ayunkan kakinya, mengusir rasa bosan.

Sekarang sudah jam 15.35. Itu berarti sudah satu setengah jam setelah bel pulang.

"Mana sih bisnya?!" geram Audy pada bis yang tak kunjung datang.

"Kalo sampe jam empat belom dateng, gue jalan fix!"

35 minutes later....

"Aaaaa! Mana sih bisnya?! Mana sekolah udah sepi gini" maki Audy sambil menghentak-hentakkan kakinya pada lantai halte.

Masalahnya ini sudah jam 16.10, tapi bis yang ia tunggu tidak kunjung datang seperti Bang Toyib.

"Bodolah gue ogah nunggu lagi!"

Audy berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Ia memutar otak, bagaimana caranya agar ia bisa sampai rumah lebih cepat? Karna kalau sampai senja ia belum sampai di rumah, pasti mamanya akan marah.

"Lewat jalan tembusan aja gimana ya? Tapi ntar gue nyasar gimana? Mana gue gak terlalu hapal jalannya"
Audy menimbang-nimbang apa ia harus berbelok ke gang sempit itu, atau terus melewati jalan biasanya.

PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang