4. Shafa Kenapa?

13 1 0
                                    

Prince mengantar Audy pulang. Suasana di mobil BMW itu sangat hening. Ingin sekali rasanya Audy menyalakan radio untuk memecah keheningan. Tapi ia urung karna takut Prince marah.

Alhasil Audy malah ketiduran. Prince yang melihat Audy tertidur tanpa sadar tersenyum kecil.

"Bener-bener mirip" batinnya.

Keasikan memperhatikan wajah cantik Audy yang tengah terlelap membuatnya tak sadar bahwa lampu sudah berubah menjadi hijau. Beberapa orang mengklakson karna ia yang tak segera beranjak. Prince mengemudikan mobilnya kembali.

Selang dua ratus meter dari persimpangan lampu merah, Prince menepikan mobilnya.

"Bangun woi" Prince menoel-noel pipi Audy.

"Engghhh, apasiii" rengek Audy dengan suara seraknya yang seksi.

"Gue gak tau dimana rumah lo anjir" Prince mencoba mengontrol nada suaranya.

"Eh" Audy tersadar, ia membuka mata, mencoba mengenali lingkungan di sekitarnya.

"Itu entar ada belokan ke perumahan Griya Indah. Stop di situ aja" tunjuk Audy ke sebrang sana.

Prince menaikkan satu alisnya, kenapa tidak sampai rumah? Tapi ia bodoamat. Ia mengantar Audy sesuai permintaan cewek itu.

"Makasih tumpangannya kak. Hati-hati di jalan" kata Audy.

Prince hanya mengangguk, dan menjalankan mobilnya kembali.

Audy memandangi mobil Prince sampai hilang di tikungan.

Ia berjalan menuju rumahnya. Sekarang jam 22.30, semoga saja ia tidak kena marah. Audy bersenandung pelan.

"So look me in the eyes, tell me what you see. Perfect paradise, nana na na na"

Suaranya sangat merdu, Audy mewarisi bakat menyanyi ibunya. Dulu ibunya adalah seorang penyanyi cilik. Pernah beberapa kali menjuarai ajang menyanyi.

Audy sampai di sebuah rumah, rumah itu berlantai dua, bercatkan warna putih gading, dengan kesan mewah yang sangat kentara.

Audy berjalan mengendap-endap.

"Bagus ya jam segini baru pulang"

"Mampus gue!"

"Dari mana kamu?" tanya Chintya bersedekap. Ibunya itu menatapnya tajam.

"D-dari pasar malam" cicit Audy, menunduk takut-takut.

Chintya mendekati Audy. Membelai pipinya, membuat Audy merinding takut. Sedetik kemudian Chintya mencengkram pipinya.

"Akhh, sakit mah" rintih Audy memegang tangan Chintya yang mencengkram pipinya.

"Mah mah mah! Jangan panggil saya mamah! Saya gak sudi punya anak kayak kamu!" Chintya melepaskan cengkramannya dengan kasar.

Audy menunduk sambil mengelus pipinya. Ia tak menangis.

Sudah biasa.

Batinnya.

"Malam ini kamu tidur di luar!" sentak Chintya mendorong Audy, membuat Audy terjerembab ke paving teras rumah.

Tin! Tin!

"Bukain gerbangnya!" titah Chintya.

Audy berjalan menuju gerbang, membuka gerbang untuk kakaknya lewat.

Kakaknya menatapnya sinis di atas mobil sport ber kap terbuka itu.

"Kayaknya ada yang tidur di luar nih" sindirnya sinis.

Audy mengepalkan tangannya, menahan amarah di dalam hatinya.

Ia membawa masuk mobilnya menuju garasi. Keluar dari mobil sport itu dengan gaya angkuh sambil memutar-mutar kunci di tangannya.

"Udah pulang sayang? Ayo masuk, kita tidur" ajak Chintya pada kakaknya.

"Ayo mah" perempuan itu berbicara sambil melirik Audy dengan tatapan sinis.

Audy menghela nafas, ia berjalan menuju gazebo yang ada di dekat taman rumahnya.
Duduk di sana sambil memperhatikan ikan koi yang ada di kolam di bawahnya.

"Papah kapan pulang sih?" lirihnya.

Ia melepas sepatu putihnya, merebahkan dirinya di lantai kayu gazebo itu. Perlahan kesadarannya mulai hilang, dunia kejamnya mulai berganti dengan mimpi indah.

🍒🍒🍒

Audy berjalan menyusuri koridor bersama Shafa. Berbincang-bincang mengisi awal pagi mereka.

"Lo kemaren kenapa pulang cepet amat?" tanya Audy, memandang lurus ke depan sambil memegang kedua sisi tas navi nya.

"Ngggg, anu. Itu, bokap ngajak makan bareng sama temennya" jawab Shafa tanpa memandang Audy. Membuat Audy curiga ada sesuatu yang di sembunyikan Shafa. Namun ia tak banyak bertanya, ia tau batasannya.

Akhirnya Audy hanya ber-oh-ria.

Dari arah yang berlawanan ada Prince, Angga dan Reina.

"Hai Audy" sapa Angga

"Hai kak" balas Audy

"Pagi Shafa" sapa Angga kepada Shafa dengan senyum manis.

"Err, p-pagi kak" Shafa membalas sapaan Angga sambil menunduk.

Audy yang memperhatikan itu sedikit heran. Tidak biasanya Shafa bersikap malu-malu seperti ini. Biasanya ia cenderung cuek dengan laki-laki. Walaupun di dalam hati ia selalu berusaha menghindari makhluk keturunan Adam itu.

"Nanti malem jadi ya Shaf" ujar Angga sambil berlalu.

Audy sempat bertemu pandang dengan Prince, sampai pada akhirnya ia mengalihkan pandangannya pada Reina yang menatapnya penuh peringatan.

Audy kembali pada Shafa.

Shafa hanya menunduk dengan wajah memerah.

"Lo ada janji apa sama kak Angga?" todong Audy.

"Ng-nggak mana ada! Dia itu emang gitu. Suka ngada-ngada" elak Shafa sambil berjalan cepat menghindari pertanyaan-pertanyaan Audy

"Dih, udah kayak tau Kak Angga aja" gerutu Audy.

"Woi Shaf tungguin dong"

PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang