Audy tidak bisa tidur. Dari tadi mencari posisi paling nyaman agar segera terlelap, namun sia sia. Matanya tetap terbuka sempurna. Padahal jam sudah menunjukkan angka 00.03.
Audy kembali memaki otaknya kala mengingat kejadian tadi sore.
Flashback on...
Audy sedang mengobati luka di wajah Prince. Ia meringis meliat wajah Prince yang babak belur.
"Sshhhh" desisnya.
"Heh! Yang luka gue, yang meringis-meringis lo. Dasar!" Prince menonyor kepala Audy.
"Isssh!"
Audy mengusap bekas tonyoran Prince di kepalanya."Kalo di inget-inget, setiap gue ketemu lo, gue kebanyakan sialnya ya" gumam Prince.
Sontak Audy memukul ringan lengan Prince.
"Sembarangan!" sewotnya dengan mata melotot sebal. Yang justru terlihat manis.
Audy melanjutkan kegiatan mengobati wajah Prince yang tadi tertunda.
Tak lama Audy merasa pipi yang ada di tangannya menghangat, ia seketika khawatir.
"Ya ampun! Badan lo panas kak! Lo sakit? Pusing? Ya ampunnnn" hebohnya.
Prince segera memalingkan wajahnya dan menurunkan tangan Audy dari wajahnya.
"Gak, gue gak papa. Udah, ayo pulang"
"Lo yakin bisa nyetir?"
"Bisa, segini doang"
Audy mengangguk, ia mengambil tas dan segera bangkit.
"Ayo!"
Langkah Audy terhenti saat Prince menahan lengannya.
Belum sempat berkata apa-apa, sebuah plaster luka sudah mendarat di pipinya. Prince menutupi luka di pipinya dengan plaster luka.Audy menahan napasnya, dari jarak sedekat ini ia bisa melihat betapa tampannya Prince. Mata sipit itu, bola mata hitam terang, alis tebal, hidung mancung, bibir merah, dan jangan lupakan lesung pipi yang timbul saat dia berbicara dan tertawa.
"Udah puas liatin muka gue?" tanya Prince datar.
Audy mengalihkan pandangannya, malu!
"Ayo!"
Prince menggandeng tangan Audy menuju tempat dimana mobilnya terparkir.
"Masuk!" Prince mendorong Audy yang sejak tadi melamun.
Audy segera masuk ke dalam mobil BMW yang pernah di naikinya pekan lalu, mereka menembus jalanan dalam keheningan.
Flashback off...
Audy kembali berguing-guling di atas single bad nya.
"Hufttt, kalem dy. Lagian cuma kaya gitu doang, masa baper sih? Lemah!" nasihatnya pada diri sendiri.
Namun tak beratahan lama, sepersekian detik kemudian ia kembali uring uringan.
"Aaaaaa! Gila! Kenapa sih Kak Prince harus ganteng?! Kenapa gak jelek aja?!" dan jadilah ia malah menyalahkan lelaki blasteran itu.
*****
"Yang mana aja tadi bukunya?" tanya Audy pada Shafa.
"Buku Sastra Inggris sama Sastra Jepang"
"Lo cari buku SasIng. Gue cari buku Jepang"
"Okedehh"
Audy memisahkan diri. Berjalan ke rak paling belakang. Netra coklatnya mencari dengan teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE
Fiksi RemajaMencintai seseorang yang sulit kau gapai. Bagaimana rasanya? Ketika hatimu di permainkan, di lambungkan lalu di jatuhkan. Ingin pergi namun enggan, ingin bertahan namun tak sanggup. Dilema setiap saat. Ketika hatimu masih tersegel rapat, ia mencoba...