Aku menatap sendu ibuku, seorang wanita cantik usia dua puluh delapan tahun. Usia yang cukup muda yang telah mengasuh anak seusiaku saat ini. Awalnya aku hanya bisa bertanya, ada apa dengan ibu. Namun aku hanya bisa membungkamkan bibir. Aku tahu kali ini ibu sedang bersedih. Air mata mendera membasahi pipinya. Meski kini ada kerutan di wajahnya, tak akan bisa menghilangkan aura cantik dalam diri ibu. Sedikit dalam hati aku mengepalkan tanganku, siapa yang berani menyakiti ibuku. Akan aku bunuh dia!!
"Ibu...ibu nggak apa-apa? Ibu sakit?" Tanyaku terdengar hati-hati, kupikir ibu tidak bisa diajak berbicara untuk sesaat ini. Banyak beban yang sudah ibu bawa namun aku tak tahu sebesar beban yang telah ibu genggam selama ia mengandungku.
"Ibu..." Lanjutku, kupikir ibu akan mengucapkan apa yang tadinya aku katakan padanya. Ibu justru memelukku. Pelukannya erat, seolah ia benar-benar tak ingin menyerahkanku kepada siapapun dengan mudahnya. Perlahan kurasakan tetesan air mata menghujaniku, mencoba menyampaikan perasaan ibu yang sebenarnya padaku."Ibu..."
"Nak, Raa Ka sayang. Jaga diri baik-baik, ya." Aku tak mengerti maksud ibu. Ku mengangkat wajahku, menatap mata sembabnya dengan sedikit berkedip. Begitu pun ibu yang juga menatapku dengan kedua matanya yang jernih. Air mata telah menghalangi kedua mataku untuk terus memandang wajahnya. Kupikir aku bisa merasakan apa yang dirasakan ibu saat ini, dan kenyataannya itu tidak mungkin. Ibu lebih tersakiti dari pada apa yang aku bayangkan. Bayangan seorang anak SD sepertiku terlalu dangkal. Terlalu kecil untuk memahami perasaan seorang wanita yang sedang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuck to My Father
RandomMenjadi istri salah satu seniman yang telah dikenal di seluruh dunia bukanlah hal yang indah. Tak seindah ekspektasi di dalam bayangan seorang anak manusia. "Namaku Dwita, salah satu istri simpanan bagi seorang artis terkenal dari negeri ginseng. L...