"Kita selesaikan nanti di atas ranjang!"
(Kim Namjoon, 2035)"Selamat, ya, Dwita! Wih, aku nggak nyangka, lho, kau bisa jadi istrinya Namjoon!! Baik-baik sama dia, ya, di sana. Katanya, sih, Namjoon itu orangnya perusak barang. Kalo dia lagi ngerusak ranjang kamu, minta ganti rugi aja. Dia kan, juga kaya."
"Kamu ngomong apa, sih?! Nggak jelas, lama-lama kamu kayak memihak banget, deh sama pria itu."
"Pria?! Dia masih cowok, Dwita!"
"Lha...pria sama cowok bukannya sama aja?!"
"Kalo pria itu buat yang udah dewasa gitu, sekitar umur dua puluh delapan tahun ke atas gitulah, pokoknya. Tapi kalo cowok kan, buat mereka yang masih muda."
"Emang dia masih muda?!"
"Emmm... bukannya dia masih dua puluh lima tahun?"
"Duh...Yejin, Yejin. Udah, deh. Nggak usah bahas kayak gitu. Males aku."
"Hallah...nggak usah pura-pura, deh, lu, Dwita. Bilang aja, lu seneng banget bisa nikah sama dia."
"Lu orangnya nggak jelas banget, sih. Kita kan, udah lama kerja di cafe itu. Dan udah saling kenal. Masa' lu nggak bisa ngertiin aku, sih. Nggak tahu temannya lagi susah juga'."
"Iya, iya, deh. Sekarang lu mau apa, kenapa nelpon aku?!"
"Aku pengen kabur."
"Mwo?! Kau bicara apa?!"
"Aku bilang, aku pengen kabur." Ulangku memperjelas, tidak ada rasa keberatan dan kecemasan dengan pria berkacamata.
"Kau sudah gila?!"
"Aku tidak mencintainya, Yejin."
"Tapi kalian, kan, suami-istri-" Percakapanku terputus saat tiba-tiba ada yang menariknya dari tanganku. Ya, siapa lagi kalau bukan pria itu. Sejenak ia menatap sementara layar ponselku, dengan wajah dinginnya. Kemudian melempar ponselku menjauh (sekiranya tidak bisa aku ambil) dariku setelah menyentuh sesuatu di atas layar ponsel.
"Hya! A..apa yang akan kau lakukan?!" Ujarku saat tahu dirinya perlahan mendekat, ia berdiri di atas ranjang dengan lututnya untuk berjalan merangkak di atasnya, sementara ia masih memakai setelan jas dengan bawahan putih, kancing bagian atas sedikit terbuka, begitupun kemeja di bagian lengan ia lipat hingga menonjolkan otot tangannya. Sungguh! Aku belum pernah tahu postur tubuh dirinya yang berbadan tinggi!!
"Aku sudah mengatakannya tadi malam saat acara pernikahan kita berlangsung." Katanya, dengan suara agak serak-serak basah, "bahwa kita akan menyelesaikan perdebatan kita malam ini." Mataku mulai membulat, sedikit aku bergeser mundur, namun langkah pria itu juga mengikutiku. Ikut mendekat ke arahku.
Semakin aku mundur semakin ia mendekat ke arahku, tidak ada suara ataupun kata yang terlontar di bibir seksinya selain suara hembusan nafasnya yang memburu. Jantungku berdebar keras, perasaanku meloncat-loncat tak pasti. Antara degupan jantung dengan perasaan kegirangan yang tak jelas. Ada apa dengan diriku?!! Apa yang akan dilakukan pria ini kepadaku?!!"Bertanyalah, aku sudah berjanji kepadamu untuk menyelesaikannya malam ini." Suaranya kembali muncul setelah aku membatin sesuatu. Ah! Jangan-jangan dia tahu apa yang aku pikirkan?!
"Kamu...kamu asal mana?"
"Kalau kau mencari identitasku dari situs penelusuran, tercatat bahwa aku lahir di daerah Ilsan, namun sebenarnya di sanalah panti asuhan di mana aku dibesarkan." Jawabnya, sembari melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya yang tinggi. Setelah melepas satu persatu kancing kemejanya, kini yang ada hanyalah tubuhnya yang agak berotot, sedikit terlihat bercahaya di atas terpaan lampu kamar yang agak gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuck to My Father
RandomMenjadi istri salah satu seniman yang telah dikenal di seluruh dunia bukanlah hal yang indah. Tak seindah ekspektasi di dalam bayangan seorang anak manusia. "Namaku Dwita, salah satu istri simpanan bagi seorang artis terkenal dari negeri ginseng. L...