2

912 34 42
                                    

Leon mengerang frustrasi. Tidak ada satu pun pekerjaannya yang beres dan itu semua disebabkan karena persoalan rumah tangganya. Sudah dua minggu Rose memperlakukannya dengan dingin. Ia tidak marah-marah seperti istri lain yang pencemburu. Namun bukan berarti ia memang tidak cemburu. Rose adalah wanita yang sangat pencemburu. Sangat, sangat pencemburu. Hingga hal kecil yang dianggap tak berarti oleh Leon pun bisa membuat Rose cemburu. Namun, caranya menunjukkan kecemburuan bervariasi, tergantung tingkat kecemburuannya. Bisa dimulai dari kata-kata sinis yang menyindir, mengajak Leon berdebat dan ribut semalaman hingga pagi, dan bisa juga...tidak melakukan apa-apa. Hanya sekadar bersikap dingin dan seolah menganggap Leon tak kasat mata. Inilah yang sedang dilakukannya saat ini. Dan ini adalah yang terburuk.

Leon melonggarkan dasinya dan duduk bersandar di kursi ruang kerjanya. Diliriknya kalender di atas meja. Seminggu lagi mereka seharusnya merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ketujuh. Leon tak ingin hubungannya dengan Rose hancur, biar bagaimana pun ia yakin Rose adalah cinta sejatinya. "Aku harus memikirkan hadiah ulang tahun terbaik untuknya, supaya ia memaafkanku," ia berkata mantap pada dirinya sendiri. Pikirannya lalu sibuk mencari-cari hadiah apa yang kira-kira akan membuat Rose memaafkannya. Beberapa saat kemudian, seulas senyum terbit di wajahnya ketika ia mendapatkan rencana sempurna.


***


Rose pulang cukup larut malam itu. Ia benci keadaan rumah tangganya yang seperti dihantam badai belakangan ini. Setelah tiga minggu perang dingin dengan suaminya, hari ini Rose memutuskan untuk memanjakan diri sendirian. Sejak pagi ia sudah pergi ke spa, merawat rambut dan mempercantik kuku-kukunya di salon, nonton bioskop, dan belanja di mall. Ia tak ingin berdiam sendirian di rumah dan merenungi nasibnya, sementara suaminya melakukan entah apa, di mana dan dengan siapa.

Ia menghela napas keras kala rumahnya tampak masih gelap dan sepi. Leon pasti belum pulang. Mereka memang hanya hidup berdua tanpa asisten rumah tangga, supaya privasi mereka lebih terjaga.

Dengan cukup kesulitan, Rose menurunkan dan membawa barang-barang belanjaannya ke dalam rumah. Ia membeli cukup banyak pakaian, sepatu dan juga tas tadi. Ia rasa ia pantas mendapatkannya sebagai hadiah ulang tahun pernikahan. Dan Leon pantas mendapat tagihan kartu kredit yang bisa membuatnya sakit jantung, pikirnya kejam.

Namun ketika ia menyalakan lampu, ia merasa cukup terkejut. Di bawah kakinya ternyata terdapat kelopak-kelopak mawar merah. Kelopak-kelopak mawar merah itu masih bertaburan di sepanjang jalan di hadapannya. Rose bisa menduga bahwa ini kelakuan Leon, namun ia tak ingin terlalu mudah luluh hanya karena hal romantis seperti ini. Ia memutuskan untuk meninggalkan kantong-kantong belanjaannya dan berjalan mengikuti kelopak-kelopak mawar itu.

Taburan kelopak mawar itu menuntunnya ke ruang makan, di mana ia melihat sepiring steak di atas meja makan, ditemani sebuket mawar merah. Mengapa hanya ada satu piring steak? Pikir Rose. Ia pun mendekati meja makan dan mendapati sebuah kartu ucapan tersemat di buket mawar merah itu.


Selamat ulang tahun pernikahan. Aku mencintaimu. Maaf aku tidak bisa menemanimu makan malam, aku masih banyak pekerjaan.

NB: Setelah makan, turunlah ke basement. Kelopak mawar akan menuntunmu menuju hadiah spesial yang telah kusiapkan.


Rose mendengus. Suaminya bahkan meninggalkan dia di hari ulang tahun pernikahan mereka. Persetan dengan hadiah, toh ia sudah membeli banyak hadiah untuk dirinya sendiri, tentu dengan uang Leon. Yang ia inginkan saat ini hanyalah kehadiran sang suami di sisinya, memadu kasih dan kemesraan yang akan mengakhiri perang dingin di antara mereka. Bukan hanya Leon sebenarnya yang tersiksa, Rose sendiri sudah ingin sekali kembali menikmati kehangatan rumah tangga dengan Leon. Namun, berapa kali pun keinginan itu datang, sebanyak itu pula harga dirinya melarang. Leon sudah keterlaluan dan perlu diberi pelajaran, pikirnya. Namun sekarang, Rose kembali harus menelan kecewa karena di hari spesial ini pun Leon tak juga meminta maaf padanya.

Karena campuran perasaan dongkol dan kecewa, air mata Rose menitik. Tapi ia segera menghapusnya kasar dan menghela napas. Tak mau menyia-nyiakan makanan di depannya, ia pun mulai memotong steak itu dan menyuapkannya ke dalam mulut. Ia sempat tertegun beberapa saat meresapi lezatnya steak itu. Ini daging istimewa, pikir Rose, setidaknya Leon menunjukkan kesungguhan dalam menyiapkan makan malam ini. Ia menghela napas sekali lagi berusaha menekan rasa kecewa yang masih terasa dan melanjutkan makan malamnya.

Selesai makan, Rose mengelap mulutnya dengan serbet. Ia bangkit dan hendak langsung mandi lalu tidur, ia tidak antusias untuk melihat apakah gerangan yang disebut sebagai hadiah spesial oleh suaminya. Tapi sebuah pesan di handphone-nya membuatnya mengubah pikiran. Pesan itu dari suaminya.


Jangan lupa melihat hadiah spesial dariku sebelum tidur. Kau pasti suka.


"Apa sih?" Rose mencibir sambil bergumam pada dirinya sendiri, tapi toh ia jadi mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar utama dan justru melangkahkan kaki ke arah tangga menuju basement, mengikuti taburan kelopak mawar merah di lantai.

Saat Rose tiba di basement, keadaannya tampak sama seperti biasa. Beberapa lampu menyala di langit-langitnya dan menerangi seluruh basement. Mereka memang menyalakan semua lampu basement setiap hari, supaya kapan pun mereka datang ke sana, mereka tidak perlu cemas karena suasana gelap.

Taburan kelopak mawar mengarahkan Rose menuju kulkas besar di sudut ruangan. Rose agak curiga karena hadiahnya diletakkan di dalam kulkas. "Apakah si bodoh itu hanya berniat memberiku es krim sebagai hadiah pernikahan?" lagi-lagi ia mendengus kesal.

Meski demikian, ia tetap mendekati kulkas dan membuka pintunya lebar-lebar. Pemandangan yang ada di depannya seketika membuatnya menjerit kaget. Kepala seorang wanita—hanya kepalanya—bertengger di dalam kulkas dan menatapnya dengan melotot. Rose mundur selangkah dan menatap nanar pada kepala itu. Berbagai pikiran melintas di kepalanya, dan saat ia masih berusaha mencerna apa yang terjadi, ia merasakan seseorang berdiri di belakangnya.


CemburuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang