Episode Kedua

74 11 2
                                    

Malang…..

Kota dingin yang menyimpan banyak kenangan. Bukan hanya kenangan ku saja, tapi hampir seluruh orang yang pernah menginjakkan kaki di sana. Kota syahdu menurut ku. Siangnya teduh, malamnya sejuk. Entah yang dirasakan orang, tapi itu yang kurasakan.

Tiga tahun setengah sudah aku tinggal di kota ini. Banyak cerita ku dapatkan di sini. Keseruan bersama teman kos ku yang teramat konyol. Bagaimana tidak ku anggap konyol, mereka selalu punya cara untuk membuat kebodohan menjadi kebahagiaan.

Pernah suatu ketika saat kami berlima benar-benar kehabisan amunisi, maklum kami semua anak rantau, kami pergi kemasjid terdekat. Kami pura-pura mengadakan baksos bersih-bersih masjid, kami membawa pakian lengkap almamater kampus kami. Kami izin pak RT setempat dan ada beberapa warga yang membantu. Pada akhirnya banyak makanan keluar dari warga terdekat, tanpa menunggu dipersilahkan kami serbu makananya. Kami melakukan itu karena kami kelaparan dan sudah habis uang kami.

Mengenai bapak kos kami. Jangan Tanya lagi, beliau sudah hafal tabiat kami berlima. Dan aku rasa beliau orang paling sabar semalang raya. Aku bilang paling sabar, karena tiap ritual bulanan ke kos, kami kebanyakan nihilnya dari pada hadirnya. Pernah kami rela tidur di kantor UKM kampus sampai semingguan hanya gara-gara uang kiriman kami mampet dan kami belum bisa bayar kos bulan itu.

Makan kadang numapng teman cewek, yang terkenal royal nraktir. Mandi di toilet kampus  karena kami pikir itu termasuk fasililtas kampus. Rokok join berlima, kopi secingkir berlima kadang berenam juga dengan Duta. Duta tidak satu kos tapi dia sering main atau nginep kos ku. Kalau aku manggil Duta dengan dua huruf terahir namanya, tapi tidak dengan teman-teman kos yang lain. Mereka memanggil Duta dengan tiga huruf depan namanya. Kadang teman-teman kompak membuat irama ketika ada Duta, irama dangdut. Dut…tak…tak…ndang…Dut…
Tak terasa sudah hampir selesai kuliah ku. Bahkan aku belum sempat meraba masa depan ku. Ketika masih ada Dia, orang yang telah lama meninggalkan ku, aku masih bisa dan bahkan tergambar masa depan ku. Namun sejak dia pergi, semua buram, semua hilang, aku tak mampu menyusunnya lagi.

Semua teman kos ku tahu hubungan ku dengannya sejauh mana. Mereka tahu dan sangat kenal dengannya. Mereka pun datang ketika masalah itu hadir, mereka datang untuk menguatkan ku. Karena aku tak mampu melakukan apa-apa setelah kejadian itu. Teman yang luar biasa bagi ku. Aku beruntung bisa mengenal mereka.

Kampus ku bukan kampus bonafit atau kampus favorit. Kampus ku kampus biasa saja. Kampus ku memang berbasis islam jadi semua mahasiswi di sini menggunakan hijab. Letak kampus ku di tengah perkampungan padat penduduk. Jalanan depan pun bukan jalan besar, hanya ukuran lebih kurang 6-7 meter. Luar kampus ku juga tidak lebih dari satu hektar. Tapi kabar terahir yang aku dengar kampus ku sudah buka cabang di daerah perbatasan Malang-Batu. Kampus ku dikenal dengan kampus hijau karena warna dari seluruh gedungnya hijau.

Gedung rektorat merupakan bangunan paling tinggi, tepat didepan menghadap jalan. Taman depan rektorat cukup enak dinikmati menurut ku. Dua pohon besar dan kali yang terus menggericikkan air membuat nyaman telinga. Hanya noise dari kendaraan bermotor yang kadang memecah kesenangan menikmati taman. Maklum jalanan depan kampus ku, sangat-sangat padat.

Gedung perkuliahan terletak tak jauh dari gedung rektorat. Tepat sebelah selatan gedung rektorat. Gedung perkuliahan yang dibuat memanjang dengan tinggi tiga lantai, dua gedung untuk gedung perkuliahan. Belakang gedung perkuliahan terdapat lapangan basket dan lapangan untuk upacara, sebelah selatannya lagi adalah aula besar, tempat wisudah dan tempat untuk acara-acara kampus indoor.

Setidaknya meski bukan kampus favorit tapi aku menikmatinya, begitu juga dengan teman-teman ku, mereka menikmatinya.
Di kampus hijau inilah sejarah hidup ku mulai terukir kembali. Awal pertemuan ku dengan Embun, gadis yang selalu menyejukkan hati. Embun, gadis yang selalu membuat ku larut berkelana dalam imaji.
***

Novel Tanpa EpisodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang