Episode Keenam

37 1 1
                                    

Semenjak kejadian di basecamp waktu itu dan setelah dua kali Embun nebeng aku untuk pulang, aku jadi semakin dekat dengan Embun. Melihat raut wajahnya lebih dekat, mendengar tertawanya lebih dekat, dan memperhatikan tingkah lakunya lebih dekat. Embun bukan tipe gadis manja bukan juga tipe gadis yang angkuh. Embun biasa saja, tidak banyak tingkah, tidak banyak pola, bukan pula gadis popular di kampus.

Aku diam-diam banyak belajar darinya. Belajar cara menawar barang ketika di pasar, belajar memberikan senyuman yang tulus kepada siapa saja, belajar memperlakukan orang sebagai orang, dan banyak lagi. Embun bisa menyamankan dirinya dengan berbagai jenis macam orang, tidak mudah bosan dan selalu riang.

Aku belum menceritakan banyak tentang ku kepada Embun. Aku masih tertutup kepadanya. Obrolan kami memang tidak melulu tentang aku atau dia. Obrolan kami mengalir begitu saja. Kami bisa membahas apa saja yang kami lihat. Dan itu bagi ku sama sekali tidak membosankan.

Pernah suatu ketika saat kami sedang dalam perjalanan pulang dari makan malam, ditengah jalan kami kehujanan. Kami berhenti sejenak untuk berteduh, aku lupa membawa mantel. Saat berteduh itu aku iseng mengajak Embun untuk mecoba menerka-nerka apa pikiran orang-orang yang sedang berteduh. Kebetulan tepat di seberang tempat kami berteduh banyak orang yang berteduh pula. “lihat tuh bapak-bapak yang pakai kemeja batik, dia mungkin bingung mikirin anak dan istrinya yang dirumah, dia lupa bawa handphone jadi gak bisa ngabari istrinya di rumah, kelihatan gelisah sekali”, ucap ku. “atau mungkin bisa jadi dia lagi kebelet pipis, gak ada toilet terdekat mana hujannya tambah deres, takut ngompol”, balas Embun. Kami cekikikan berdua. “tuh anak muda lagi kasmaran, dia dari tadi mandengin handphonenya, nunggu balesan dari calon pacar, niatnya mau keluar jalan-jalan, eh hujan, gagal deh pedekatenya”, seloroh ku. “trus kalo aku, PEDEKATEnya berhasil gak ya?”, balas embun. “hah, apa? Gimana maksudnya?” aku reflek jadi kikuk. Embun malah tertawa lebih kencang. Aku hanya bisa garuk-garuk rambut yang tidak gatal.

Selama beberapa bulan ini memang waktu ku lebih banyak bareng Embun. banyak yang mengira aku sudah jadian dengannya. Bahkan Duta sempat mau merayakan, tapi urung karena aku sudah bilang belum. Aku memang belum bisa melupakan Bintang, rasa penyesalan ku begitu besar, rasa ketakutanku juga lebih menguasai. Aku bingung.

Embun memang tidak pernah mempermasalahkan mengenai kedekatan ini. Embun selalu terlihat santai, meski banyak yang menggodanya. Tidak sedikit pula pria yang mencoba mengambil hati Embun. Aku tentu tahu, mana pria yang memang ingin berteman, mana pria yang ingin memilikinya. Embun kelihatan tidak begitu memikirkannya.
***

Siang itu kantin kampus, aku dudu sendiri ditemani secangkir kopi dan rokok favorit. Kampus tidak begitu ramai karena memang jam istirahat siang. Aku sedang menunggu Embun, kami janjian di kantin. Seperti biasa aku hanya melakukan coret-coret tidak jelas di buku kecil yang biasa ku bawa di tas ku.

Aku suka membawa buku dan bolpoin di dalam tas ku. Meski banyak kosongnya, tapi aku suka membawanya. Kadang terlintas ide atau kata-kata yang ingin aku rangkai, langsung aku tuang, aku tidak perduli tulisan ku bagus atau tidak aku hanya ingin menulis, itu saja.

Embun agak lama, karena dia juga akan menemui dosen pembimbing skripsinya. Kami memang sama-sama skirpsi, hanya beda dicara mengerjakan saja. Aku terlalu malas mengerjakan, sedang Embun sangat rajin. Entahlah, otak ku selalu ngambek jika ku ajak mengerjakan skripsi. Tapi akhirnya nanti aku tetap mengerjakan dan lulus. Itu juga berkat Embun yang benar-benar telaten mengingatkan ku.
Aku melihat Embun di kejauhan, aku melambaikan tangan ku.

“udah lama?” sapanya.
“lumayan, tapi gak pa-pa aku lagi santai juga”
“kamu gak pernah ada kelas?” tanyanya.
“aku udah selelsai, tinggal skripsi aja”
“kenapa gak sekalian dirampungin, kan lebih santai lagi jadinya”
“hehehehe….gak tau males” balas ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Novel Tanpa EpisodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang