P l a y m u s i c
"kamu suka bintang?" tanya Sorai kepada kekasihnya malam itu. Dengan tangan yang diangkatnya keatas dan kepalanya yang mendongak. Menatap langit yang seakan diselimuti bintang bersama orang terkasih adalah suatu hal yang sangat disukai oleh seorang Sorai.
Sorai menoleh kearah kekasihnya yang sedang termenung, matanya dipenuhi cahaya bintang yang penuh harap. Minhyun tak pernah gagal, dia selalu seindah ini setiap hari.
"Iya, aku suka bintang," kata Minhyun sambil menunjuk kearah sebuah konstelasi yang cantik, "itu namanya Orion, yang. Aku suka orion," katanya tersenyum simpul.
Sorai mengangguk-anggukan kepalanya pelan, "kamu paling suka yang itu?" Tunjuknya sekali lagi.
"Iya, itu" kali ini Minhyun yang mengangguk. Matanya mengerjap ketika jari Sorai mendarat diujung hidungnya.
"Aku suka yang ini, hehe,"
Minhyun pun membuka mulutnya dan memperlihatkan deretan giginya yang rapih. "Bisa aja kebo,"
Keduanya pun sama-sama tertawa dan melanjutkan obrolan mereka, haah Sorai harus menyimpan baik-baik memori ini dipikirannya.
Indah.
Sama seperti bintang-bintang dilangit yang baru saja mereka lihat tadi. Indah sekali.
Sorai selalu suka bintang, begitu juga Minhyun. Mereka berdua kerap kali melihat kearah langit yang sama dan selalu berkata , bintangnya cantik, ya?
Karena memang benar seperti itu!
Karena bintang, Sorai jadi tahu sedikit lebih banyak tentang Minhyun.
Sorai punya bahan bahasan baru yang bisa ia ceritakan bersama Minhyun.
Bagi Sorai pula, Hwang Minhyun serupa bintang.
Sosoknya yang selalu dinantikan, indah, tidak pernah gagal untuk mempesona kedua bola mata miliknya.
Bagi Sorai, setelah seribu atau jutaan bintang yang pernah ia lihat semasa hidupnya, Minhyun adalah yang paling terang.
Kalian tahu, kan?
Bintang-bintang itu selalu ada bahkan saat siang hari, ketika semua orang tak sadar dengan kehadirannya. Bintang selalu berada ditempat yang sama. Dalam hening cahaya nya terpancar, diselimuti kabut pun ia bertahan.
Begitu juga Minhyun yang selalu hadir dan menyempatkan waktunya yang berharga untuk menemani Sorai, walau untuk hal-hal kurang jelas sekalipun.
Kalian tahu tidak? Bagaimana keadaan langit jika bintang-bintang tak menyelimuti malamnya?
Sunyi dan kosong.
Langit malam tanpa taburan bintang, bagai sebuah donut tanpa meses, kata si Sorai.
Dan..
Sorai tanpa Minhyun—
Sudah, jangan dibayangkan. Menyeramkan!
Bahkan untuk sekedar membayangkan saja, Sorai tak mau.
Sorai menoleh kearah kekasihnya tanpa suara, tersenyum sedikit dan menyenderkan kepalanya dibahu Minhyun yang terlihat kokoh.
Minhyun yang sadar akan hal itu pun merengkuh Sorai kedalam pelukannya, niat hati agar pacarnya itu tidak kedinginan, niat hati juga agar bisa berbagi hangat dengan saling mendekap.
Sorai tersenyum, ia sangat senang.
Menurut blog yang Sorai baca melalui ponsel pintarnya beberapa hari yang lalu, melihat Bintang sama dengan melihat masa lalu.
Cahaya yang kita lihat dilangit kita sekarang adalah cahaya dari masa lalu di belahan semesta lain.
Tapi.. aneh..
Kenapa melihat minhyun terasa seperti menatap masa depan?
"Ada yang jatuh tapi bukan bintang. Aku. " Sorai, kepada Minhyun.
YOU ARE READING
m i r a i
RomanceTentang hujan, bintang, dan secangkir kopi. Atau, teh? ©Sorai, 2020