#4. Obat Sederhana

1.7K 232 8
                                    

"Sayang, aku datang!!!!" ucap Chan muncul dari balik kamar Minho. Dia melihat sekeliling kamar Minho yang bernuansa hijau mint dengan banyak ornamen bintang yang tergantung di atas.

"Darling, aku datang!!!" Ulang Chan ketika tak kunjung mendapat sahutan dari si empunya kamar dan tak menemukan sosok kekasih imutnya sepanjang dia memandang.

Chan bingung kemana Minho pergi karena mama Minho tadi menyuruh dia langsung naik ke atas tapi Chan tidak menemukan kekasihnya di kamarnya.

Chan memutuskan untuk turun menemui mama Minho guna mengonfirmasi lebih lanjut keberadaan Minho.

"Minho sejak pagi belum keluar kamar Chan ah. Belum makan sama sekali pula."

Belum keluar kamar ? Pasalnya sekarang sudah menjelang sore hari tapi Minho belum keluar kamar ?

"Coba kamu cek lagi, mungkin sedang mandi," Ucap mama Minho sembari tangannya sibuk membolak-balikan majalah yang sedang dibaca.

Chan menurut dan kembali ke atas untuk mengecek keberadaan Minho sekali lagi. Kali ini ia masuk lebih dalam, menuju kamar mandi seperti praduga mama Minho.

Byurrrr

Kelegaan Chan muncul ketika mendengar suara air di dalam kamar mandi.

"Darl, masih lama ?" Tanya Chan agak sedikit berteriak, sebelumnya dia sudah mengetuk pintu kamar mandi.

Omong-omong, Chan memang tidak tentu dalam memanggil Minho, kadang sayang, darl, darling, kitten, dan banyak lagi. Tentu saja sesuai mood.

"Ah Kak ? Enggak kok, aku segera keluar." Suara Minho terdengar dari dalam kamar mandi.

Mendengar jawaban Minho, Chan menjauh dari kamar mandi dan menunggu dengan tiduran di kasur putih tulang milik Minho.

***

"Sejak kapan di sini, Kak ?" Minho keluar kamar mandi dengan handuk yang melekat pada rambut basahnya.

"Belum lama kok."

Chan memerhatikan ekspresi Minho yang tak seperti biasanya sore ini.

Tadi pagi Minho menghubungi Chan kalau sedang tak ada kuliah jadi Chan langsung ke rumah Minho ketika semua kelasnya berakhir.

"Ayo keluar!" Tawar Chan, alisnya naik turun menandakan tawaran itu serius.

Alis Minho hampir bertautan, heran kepada Chan yang notabenenya jarang mengajaknya jalan.

Chan lebih suka menghabiskan waktu di kamar, termasuk untuk kencan.

Minho mengangguk saja tanpa berpikir lama, kesempatan seperti ini jarang terjadi. Lagipula dia memang sedang butuh refreshing.

***

"Mau ke mana?" Tanya Minho seraya memakai helmnya sendiri.

Chan mengeratkan jaket Minho yang resletingnya belum tertutup dan segera menutupnya supaya Minho tak kedinginan saat berada di boncengannya. Setelah memastikan jaket Minho tertutup sempurna, Chan baru naik ke motornya.

"Ada deh, kamu naik aja dulu."

Minho menuruti titah Chan untuk naik ke motor serta memutuskan untuk mengikuti kemauan Chan yang entah akan membawa dia ke mana.

Kurang dari lima belas menit, Chan memberhentikan motornya. Meminta Minho untuk segera turun.

Mata Minho menatap sekeliling, ini taman yang paling dekat dengan rumahnya.

Chan membawa Minho menuju bangku yang kosong di pinggir taman dekat jalan.

"Aku tahu kamu lagi badmood jadi aku bawa kamu ke sini," ucap Chan lembut seraya mengusap rambut yang sedikit basah milik Minho.

Minho tersenyum tipis. Chan tahu suasana hatinya saat ini.

Jadi bisa dikatakan Minho tak bisa menyembunyikan masalahnya pada Chan.

Hari ini Minho memang dalam keadaan mood yang tidak baik. Bisa dikatakan buruk sekali. Dia sedang adu agrumen dengan Juyeon -teman kuliahnya- mengenai tugas yang harus dikumpulkan besok, sudah mendekati pengumpulan tapi mereka malah bertengkar. Itu juga alasan Minho membolos kuliah hari ini. Ya Minho berbohong mengenai tak ada jadwal kuliah hari ini, dia membolos kuliah supaya tak bertemu dengan Juyeon.

"Lagi marahan sama Juyeon?" Tanya Chan sembari tetap tenang dengan senyumnya.

"Terlihat sekali ya ?" Minho bertanya.

"Ekspresimu menunjukkan segalanya dan aku tadi bertemu dengan Juyeon di kampus, dia di gazebo sendirian dengan laptopnya. Aku tak pernah melihat dia sendirian seperti itu jadi aku menghampirinya lalu bertanya mengapa dia ke kampus padahal sedang tak ada kelas dan jawabannya ternyata kamu yang bolos hari ini, dari situlah aku tahu kalau ada yang tak beres. Kekasihku sepertinya berbohong." Jelas Chan panjang lebar.

Minho menunduk sejenak, dia mengaku salah.

"Kakak bertanya pada Juyeon masalah kami?" Tanya Minho penasaran.

Chan menggeleng, "Kalian selesaikan masalah itu berdua, aku tak akan ikut campur. Tugasku saat ini adalah membuat kekasihku kembali mendapatkan moodnya dan sepertinya aku berhasil-"

Chan menatap Minho yang saat ini sedang memperhatikan kios ice cream di seberang jalan yang baru saja buka, Chan mengikuti arah pandang Minho.

"Mau beli untuk menaikkan mood? Aku sengaja ke sini karena aku tahu kios ini sudah buka pukul segini."

Minho mengangguk ribut seperti anak kecil.

Itu satu di antara hal yang membuat Minho betah bersama Chan selama ini, Chan perhatian dengan hal kecil ketika Minho saja tak sadar akan hal itu.

Mereka berlari dengan bergandengan tangan menuju kios ice cream.

"Rasa cokelat?"

Minho mengangguk lagi.

Chan memesankan pesanan Minho.

Chan tahu obat bad mood Minho.

Ice cream rasa cokelat.

Ya sesederhana itu obat badmood seorang Lee Minho dan hanya Chan yang tahu.

"Makasih selalu memahamiku." Minho berucap setelah ice cream cokelatnya sudah berada di tangannya saat ini.

"Itu gunanya kita untuk satu sama lain~" Chan menyubit pipi Minho ketika lelaki itu mulai menjilat ice creamnya.

Mereka kembali duduk di bangku tadi.

"Jangan lupa baikan ke Juyeon, tak baik berantem sesama teman apalagi sekelas yang setiap hari bertemu seperti kalian ini." Nasihat Chan ala motivator yang sering berada di seminar-seminar kampus.

"Siap my naga chuuu~"

Aw, ternyata Minho pun punya nama julukan untuk Chan.

Bibir penuh es krim cokelat milik Minho mendarat di pipi kanan Chan dengan sukses.

"Aaa Darling kotor!!!!!"

Tawa Minho mengisi seluruh isi taman yang sepi sore hari ini.

Senyum Chan tak dapat dibendung melihat kekasihnya kembali tertawa.

Bahagia sesederhana itu.

***

Bukti | banginho✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang