#3. Chan dan Musik

1.9K 265 17
                                    

Minho berkunjung ke apartement Chan untuk mengecek keadaan Chan. Dia tahu hari ini Chan bercerita dengan keluarganya mengenai masalah beberapa hari lalu. Minho harap keputusan yang diambil memang terbaik untuk semua.

Minho pergi ke apartement Chan setelah kuliahnya berakhir hari ini. Terkadang Minho iri dengan Chan yang kuliah hanya pada hari senin sampai rabu selebihnya libur, kenapa jadwal Minho begitu renggang tapi lima hari full ?

"Apa dia belum pulang?" Gumam Minho menanyakan pada dirinya sendiri karena melihat apartement yang sunyi.

Minho berjalan menuju kamar Chan yang menyala.

"Apa dia terpuruk lagi ? Ah tapi tak ada bau alkohol." Minho kembali bermonolog.

Ceklek.

Minho membuka pintu kamar dan pandangannya auto fokus kepada seongok manusia di sana. Minho spontan menatap punggung manusia itu dengan tatapan aneh -tatapan akan menerkam?-

Ada tiga hal yang membuat Minho iri karena perhatian Chan terlalu berlebihan kepada 3 hal itu.

Satu, Kina.

Tapi karena Kina sama-sama manusia jadi keiriannya dapat terminimalisir.

Kedua, berkas dan buku-buku.

Minho disamakan dengan berkas dan buku ? Seharusnya Minho tak mau tapi mau bagaimana lagi itu kenyatannya.

Ketiga, musik.

Sepertinya Minho kalah telak jika dengan musik. Sudah cukup sampai di sini saja.

Dan saat ini Chan sedang duduk di kursi belajarnya. Matanya fokus ke arah layar ponsel sedangkan tangannya dengan serius menekan layar touchscreen berkali-kali.

Chan sedang membuat lagu. Dan dia tak sadar keberadaan Minho di kamarnya.

Rasanya kekhawatiran Minho selama di kampus tadi sia-sia dan mungkin juga keputusannya untuk ke apartement sang kekasih sia-sia pula.

"Kak-" Minho memberi kode supaya Chan sadar keberadaannya.

Tapi nihil...

Hanya suara dari rangkaian musik ciptaan Chan terdengar.

"Kak-"

Masih nihil.

Kita lihat saja apa yang dilakukan Minho.

Klik.

Minho mematikan lampu kamar Chan

"Listrik mati?"

Chan bingung dan berdiri dari kursinya dengan mengandalkan cahaya di layar ponselnya.

"Aw-"

"Aww Minho sayang sakit Minho sayang."

Telinga Chan menjadi sasaran empuk tangan Minho.

"Kamu kapan sampai sini?"

Basa basi ala Chan.

Minho tak menjawab namun tangannya sudah terlepas dari telinga Chan dan menyalakan lampu di kamar.

"Aku mau minum Kak, lelah dicuekin." Minho meminta ke Chan.

"Oh, sebentar aku ke dapur dulu."

Tak lama kemudian, Chan kembali ke kamar dengan membawa segelas sirup kesukaan Minho yang selalu tersedia di apartement Chan.

"Maaf ya tak menyadari kedatanganmu."

"Sudah biasa."

Minho menyeruput sirup itu.

"Tadi jadi ke rumah ?"

Chan mengangguk.

"Sudah bicara ke orang tuamu ?"

Chan mengangguk lagi.

"Jawab lebih panjang Kak, masa aku harus tanya terus."

Chan tertawa bahagia mendengar gerutu Minho.

Cup.

"Aku tak tahan hehe."

Minho mengusap-usap pipinya karena malu. Sudah mau empat tahun masih malu aja nih?

"Orangtuaku tetap akan bercerai, mereka memutuskan mengirim Kina ke rumah nenek dan Kina sudah setuju. Hari ini itu saja percakapan kami." Jelas Minho.

"Syukurlah."

"Sudah sudah, jangan bahas keluargaku. Lebih baik main bareng yuk."

Minho kaget.

Main bareng ? Main apa ?

"Mainin musik ini sayang, main musik, aku punya lagu baru. Jangan kemana-mana pikiranmu."

Minho memukul kepala Chan ringan.

"Ayo kalau begitu main."

***

Bukti | banginho✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang