t w o ; r-renjun?!!

1.5K 209 14
                                    

"Ra, anterin gue."

"Mau kemane?!"

Zia merebahkan kepalanya di atas meja seraya menatap manik kecoklatan milik sahabatnya yang kini sedang fokus mengerjakan tugas bahasa inggris di depannya.

"Mau beli peralatan buat kerkom, temenin yaaaaaaa raraaa cayanqqq." Rengek zia.

Jujur saja, Dengan rengekan Zia yang seperti ini, Rara lebih ingin menamparnya dibandingkan merasa iba dan kasihan.

Untuk Rara yang sudah mengetahui segala sisi zia, sangatlah tidak pantas bagi zia untuk berperilaku imut seperti itu, menggelikan.

"Raaaaaa, lo cantik deh!" Rengeknya lagi membuat Rara benar-benar kehilangan kesabaran.

"Nih, nih, nih, nih!" Zia secara sigap menangkap benda yang dilemparkan begitu saja oleh rara secara spontan dari dalam kantung seragamnya, lalu bolak-balik menatap benda itu dan juga wajah sahabatnya.

"Ra lo yakin?!"

"Yakin, pake ajalah, udah butut juga."








"Tapi gue ga bisa naik motor, ra!"

"HAH DEMI APE!? LO 17 TAHUN HIDUP NAIK BUROQ APA GIMANA MASA NAIK MOTOR AJA GA BISA?!" Teriak Rara kaget, hampir saja ia kejengkang bila Zia tidak refleks menahan tangannya.

"Suwer ra!"

"Duh! Udah lu naik ajalah gapapa, gampang kok naik motor kaya naik sepeda."

"Tapi gue juga ga bisa naik sepeda."

Rara seketika berhenti menuliskan rangkaian kata di dalam bukunya, matanya kini terfokus menatap jengkel zia yang dengan tanpa dosanya cengengesan di depan Rara.

Benar, dirinya sudah sangat amat yakin untuk menempeleng wajah sahabatnya itu saat ini juga.

Mana ada orang yang tidak bisa mengendarai sepeda di umurnya yang sudah dewasa seperti ini?! Hanya zia saja!

"Gila lo!" Sungutnya kesal.

"Makanya ra, anterin gue!!" Zia tidak bosan-bosannya merengek.

"Heh, ini kalau jam 4 belum selesai bisa dimarahin Miss Carol!" Rara menunjuk bukunya dengan penuh rasa tekanan.

Zia yang melihatnya mengangguk, seakan paham berapa menderitanya tugas-tugas seperti itu. Ditambah dengan fakta bahwa pukul empat sore akan datang sekitar 15 menit lagi. Zia sangat paham.

Zia kini mengangkat kepalanya yang sedari tadi merebah di atas meja, "Terus sama siapa dong?!"

"Sama Rian aja! Chat dia sana!"

"Heh sembarang lo! Lu kate nyali gue segede gajah?!"

Iya, zia juga memiliki crush asli disamping rasa cintanya yang sangat amat dalam kepada Huang Renjun, member NCT Dream yang paling imut dalam benaknya.

"Ah yaudah deh! Gue sendiri aja!" Zia yang akhirnya menyerah segera beranjak meninggalkan Rara begitu saja.

"Yaudah son— eh sialan bocah udah ilang aja, HATI-HATI WOY! INGET LO BELOM KETEMU RENJUN!" Teriak Rara, tidak peduli walau temannya sudah menghilang dari hadapannya.


○○○

Kini zia telah berada di parkiran sekolah, tepat terdiam di depan motor Rara seraya menarik nafasnya dalam-dalam, mengumpulkan segala macam bentuk keberanian dari dalam hatinya.

Terakhir kali dirinya mengendari motor, tepatnya belajar mengendari motor, zia nyungsep ke dalam selokan. Entah hari ini ia akan menyungsep kemana.

Dan, jangankan untuk mengendarai, sekadar mengeluarkan motor saja Zia tidak berani. Maka dari itu ia hanya berdiri memandangi motor tersebut.

Bisa bangkrut dirinya bila motor-motor disekitarnya berjatuhan bagai domino kalau saja zia tidak sengaja menyenggol motor-motor itu.

"Neng, mau ngeluarin motor ya?" Seorang pria tiba-tiba berdiri disampingnya, zia secara refleks menoleh seraya mengangguk, "iya, pak hehe." Balasnya halus.

"Oke, saya bantu keluarin ya, neng!"

Pria dengan balutan seragam satpam tersebut segera membantunya mengeluarkan motor Rara secara cekatan hingga ke depan pintu gerbang keluar. Memang letaknya dengan parkiran tidak begitu jauh, biar sekalian kalau kata Satpam itu.

"Makasih ya pak!" Ujar zia sebelum dirinya benar-benar menaiki motor tersebut.

Zia kembali menghirup nafas dalam-dalam, seraya berkomat-kamit membaca doa, mengumpulnya berbagai kekuatan untuk tindakan nekatnya kali ini.

Anak Pak Sumandjaya harus berani! Begitu pikirnya.

"Ayo zia!! Lo pasti bisa!!!" Teriak zia guna menguatkan hati yang entah kenapa berasa tidak enak.

















Ngengggg





















bBbUGHHHH










"ADUHH!!!!"

"eHHHHH!!!"

Zia melihat secara samar-samar bahwa seorang lelaki tengah berlari menghampiri dirinya dengan teriakan yang terdengar cukup panik.








Tunggu,



















Bukankah dirinya sedang mengendarai motor?

















Mengapa dirinya tiba-tiba terhantam bola basket di tengah lapangan?!












"Eh lo gapapa?!" Entah mengapa, suara pria itu sungguh familiar baginya.

Zia segera mendongak dengan tangan kanan yang tak jemu mengusap sisi samping kepalanya yang terasa sakit. Dikerjapkan manik hitam miliknya, mencerna sesosok lelaki yang kini kian membungkukkan raganya, menyamaratakan tingginya dengan zia yang kini terduduk di tengah lapangan.

Buram,














Cukup samar,
















Terlihat jelas,





















"RENJUN?!!! HAH DEMI APA?!! L-LO RENJUN KAN?!!"











b e r s a m b u n g . . .

semesta | renjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang