"ASTAGFIRULLAH"
"ZOYAAA!!!"
SEMESTA
F i v e; oh, jadi ini alasannya?Kelopak mata Zia terbuka kala merasakan hawa dingin yang tak kunjung jenuh menghantui. Dilihatnya lingkungan sekitar, netra kecoklatan itu menangkap rangkaian foto yang tersusun rapi pada dinding berbalut cat putih beserta dekorasi lain.
Sepertinya ini kamar tidur Zoya.
"Wah gila." Ujarnya takjub, tak percaya dengan semua yang dilihatnya kala ini.
Ukuran kamar tidur Zoya sama seperti kamar tidur pada umumnya, namun, penataan dekorasi dan juga perpaduan warna-warna yang sangat serasi sukses menjadikan kamarnya ini bernilai seni tinggi.
Apakah ini juga termasuk dalam imajinasi Sang Penulis? Atau hadir begitu saja dikarenakan Zia masuk ke dalam dimensi ini?
Zia juga tidak mengerti kebenaran yang pasti. Ini bukanlah komik yang visualnya terpampang dengan jelas. Ini adalah novel dimana para penikmat diwajibkan mengembangkan daya imajinasinya sendiri terhadap rangkaian kata-kata indah yang dilukis oleh Sang Pengarang.
Berarti ini imajinasinya Zia? Tentu saja tidak, untuk kamar sendirinya saja, bisa dibilang kamar zia tidak berbentuk kamar, namun gudang ekspedisi. Dimana kardus-kardus bertumpukan.
Cukup lama mengamati ruangan, Zia kini mulai beranjak dari kasur tersebut, dilangkahkan kaki satu persatu menuju sebuah persegi panjang putih di sudut ruangan dengan mata yang enggan membuka lebar, pula jemari yang menutup wajahnya. Zia berusaha untuk membunuh rasa penasarannya. Rasa penasaran akan bagaimana visualisasi Zoya, seorang karakter dimana jiwa Zia terperangkap.
Apakah dirinya akan menjadi Yireon Everglow? Yeri Red Velvet? Nakyung Fromis? Ning-ning SM Rookies? Atau bahkan wajah Sang Author?
Zia tidak tahu pasti siapa yang dibayangkan oleh Author mengenai visualisasi Zoya. Sampai dimana dirinya telah berdiri tepat di depan cermin besar itu, ia memberanikan nyalinya untuk membuka mata dengan jemari yang menutup erat mulutnya. Antisipasi jikalau saja dirinya nanti berteriak.
"WHAAAAAaaaaaaaaaaaaa!!!!!"
Benar saja, dirinya benar-benar berteriak. Untung saja sudah tertutup, setidaknya suara teriakannya itu tidak terlalu kencang untuk bisa di dengar hingga keluar.
Ia benar-benar terkejut, rasa tidak menyangka masih melekat dalam benaknya, tangannya kini tak berhenti menampar halus wajahnya itu. Wajah oval bermata sipit dengan hidung yang tak terlalu mancung lengkap dibalut kulit sawo matang. Wajah yang selama 17 tahun ini selalu ia jadikan alasan mengapa dirinya termasuk dalam jajaran jomblo fi sabilillah.
Iya, itu adalah wajahnya sendiri.
"ANJIR BERASA BUKAN ZOYA." Monolognya masih tak menyangka, antara harus bersyukur setidaknya ia tidak sulit beradaptasi atau pasrah dikarenakan wajahnya bukanlah Lia ITZY.
"Ahh padahal keren banget kalo gua punya wajah kaya Lia ITZY." Dengusnya kembali sebelum kembali membaringkan tubuhnya pada kasur.
Bagaimana bisa ia merubah cerita jikalau wajahnya saja kalah telak dibandingkan seluruh temannya di SMA!! Dirinya yakin, pasti Dhista, selaku pemeran utama dalam cerita yang memiliki kisah bahagia dengan Renjun, memilik wajah yang sangat-sangat-amat rupawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
semesta | renjun
Fanfiction"loh Renjun? kok l-lo disini? lah itu juga ada Jaemin?! kok lo semua pake baju seragam sma indo? kok pada bisa bahasa indonesia?!" Zia, penggemar berat NCT Dream, yang tiba-tiba terbangun sebagai pemeran dalam sebuah fanfiction NCT.