😺OO3

92 15 2
                                    

Weekend kali ini Jea memilih untuk gak dateng dulu ke Cafe-nya. Karena memang sudah ada Vernon, Barista parttime yang bekerja disana.

Boss mah santai, hehehe.

"Kak, mau kemana?" Tanya Mahen yang ngeliat Jea baru aja ngelewatin pintu, mau keluar.

"Minimarket."

"Ikut donggg." Pinta Mahen kemudian menyusul Jea.

"Lah jalan kaki, Kak?" Tanya Mahen lagi waktu ngeliat Jea melewati gerbang rumah jalan kaki.

"Ya masa terbang?!!"

"Ih bukan gitu dodol, maksud gue gak mau naik motor aja?"

"Lama! Ke minimarket doang ribet banget."

Mahen nyengir, kemudian masuk lagi ke rumah untuk mengambil hoodie gembel nya.














-

"Kak, gue mau ini ya," Mahen menunjukkan 5 batang coklat ke arah Jea.

Jea mengangguk, "Tapi kalo pipi lo tembem, gue gak tanggung jawab."

"Gak bakal, kan gue beli buat cewek gue."

"Bajingan."














"Eeeeh?! Kok Jea ngomongnya kasar?"

Kenapa Jea harus dipertemukan lagi sama laki-laki aneh ini, Tuhan...

Karena gak tau harus memberikan respon gimana, akhirnya Jea cuma terkekeh pelan.

"Siapa Je?" Tanya Junior mengarahkan kepalanya ke arah Mahen yang udah sibuk memilah-milih snack di depan rak snack.

"Adek gue."

Junior cuma mengangguk. Gak tau harus bertanya apa lagi.

"Gue kesana dulu deh Je, mau beli makanan Bruno, nih."

Jea tersenyum tipis kemudian mengangguk. "Oke."

Setelah Junior pergi, baru akhirnya Mahen menyusul Jea yang baru aja masuk ke garis antrian kasir. "Siapa tuh kak, cowok baru lo?"

"Gak tau, gak jelas."

"Ah masa, lo nih belom moveon juga ya dari bang Josh?"

"Ngomong sekali lagi, belanjaan lo bayar sendiri!"

"Bercanda sayang."























-

"Lho, kok masih disini Je?"

"Eh iya Jun-" Ucapan Jea terhenti begitu ngeliat temennya Junior, Wisnu, ikut berdiri disampingnya.

"Kenapa?" Tanya Junior lagi.

"Oh, ini nunggu adek gue jemput."

Jadi sekarang Jea masih duduk di kursi depan Supermarket sambil memainkan ponselnya. Karena tadi baik Jea maupun Mahendra gak kepikiran sama sekali bakal jajan sebanyak itu. Which means, bakal susah kalo dibawa jalan kaki.

Maka dari itu, dengan hati yang berat Mahen terpaksa balik duluan ke rumah untuk ngambil motor, kemudian balik lagi untuk jemput Jea. Alias capek bgt, hiks.

"Ayo gue anter aja kalo gitu." Ajak Junior.

"Gak usah Jun, gapapa. Sebentar lagi adek gue dateng ko."

"Gue gak terima penolakan. Naik mobil kok Je, gak bakal kena ujan. Yuk? Bakal ujan ini mah kayanya, tuh mendung." Kata Junior lagi mengarahkan kepalanya ke langit.

Baru Jea mau mengiyakan, Wisnu akhirnya bersuara, "Gak usah Jun, kan dia gak mau. Ayo ah buruan, lama lo."

Kemudian Wisnu mendahului Junior masuk ke dalam mobilnya.

Semesta jahat banget sama Jea. Selesai Wisnu bersuara, air dari langit yang dinamakan Hujan, tiba-tiba turun.

"Ayo. Gue anter pokoknya!" Kata Junior akhirnya menarik pelan tangan Jea menuju mobilnya.

"Belanjaan gue, Jun..."

"Yaudah lo masuk duluan sana deh, biar belanjaan lo gue yang bawain."

























"Katanya gak mau dianter."

Adalah kalimat yang langsung Jea denger dari seseorang yang duduk di kursi pengemudi waktu pintu mobil baru aja ketutup.

Sumpah Jea mau teriak banget, GUE PUNYA SALAH APA SIK SAMPE LO JUDESIN MULUKKKK?!, gitu. Tapi gamungkin lah, takut. Jadi Jea teriak dalem hati aja.





















🐱°🐱

"MAHENDRA SIALAN! GUE TUNGGUIN LO MALAH TIDUR!!!"

AtypicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang