Sore itu setelah pulang mengajar, Joy mampir ke Cafe Jea. Iya, karena Joy adalah salah satu dari sekian banyak Sarjana HI yang menjadi guru Bahasa Inggris.
"Miss, you are not Joy at all." Adalah kata-kata yang paling sering Joy dengar dari anak-anak muridnya. HAHAHAHAHA.
Waktu Joy baru aja berdiri di ambang pintu, Jea langsung melepas apron kemudian menyusul Joy duduk dengan segelas Iced Caramel Machiato di tangannya.
"Yah padahal gue lagi pengen Greentea Latte." Kata Joy sambil mengambil alih gelas yang dibawa Jea.
"Yih pidihil gii ligi pingin grinti litti. APAAN! Baru nyium wanginya aja lo udah mual, kampret."
Joy tertawa.
"Whats day, bu Guru?"
"So-so, mbak Barista. EHHHH cerita dong Je. Itu gimana ceritanya sih lo bisa ketemu sama Junior? Janjian?!"
"Janjian gimana?! Gue kan gak kenal sama dia sebelumnya."
"Ohiya, gak mungkin juga sih. Yaudah gimana, jadi...?"
"Dia tiba-tiba aja gitu nyapa gue, padahal gue lagi nunduk baca buku lhooo, Joy. Ya iya tau sih, gue emang secantik itu sampe lagi nunduk aja bisa di sapa cowok seganteng Junior —ya walaupun kinda weird, sih."
"Mau gue gebuk gak lo?! Terus terus."
"Hahahaha. Ya... yaudah sih, cuma itu."
"Hah? gak ada sesi tukeran Line atau Instagram?"
Jea menggeleng. "Abis gue dikenalin sama kucingnya, dia langsung pergi. Beli bubur mang Surya kayanya."
"Lho, Junior sendiri?"
"Iya."
Sebenernya Jea gak terlalu mikirin banget sih tentang pertemuan nya sama Junior beberapa hari lalu. Toh gak sengaja juga ketemunya, dan yang paling penting Junior cuma sekedar nyapa aja.
Tapi Joy keliatan gak puas gitu sama Jawaban Jea, hmm, whats really going on?
"Kenapa sih emang?"
Joy tampak berpikir sebentar, "Hmm gue mau jujur deh, Je, sama lo. Sebenernya yaa, I have a cr—, Eh Wisnu!"
Jea menoleh ke arah lambaian tangan Joy, kemudian menoleh ke arah Joy dengan tatapan. 'Kalo ini cowok mau lo kenalin ke gue, mati lo!'
Tapi Joy menggeleng membuat Jea merasa sedikit tenang.
"Kok sendirian, Nu?" Tanya Joy setengah teriak, padahal temennya masih di ambang pintu dan keliatan ragu mau masuk atau nggak.
Yang Joy sebut sebagai Wisnu itu menoleh ke arah bawah. KUCING, theres a cat with him...
"Temen lo pecinta kucing semua apa gimana sih, nyet." Ucap Jea setengah berbisik.
Joy mengangkat bahunya acuh. "Mungkin."
"Junior mana?"
Wisnu yang baru aja duduk di kursi kosong sebelah Joy, langsung menatap sinis ke arah Joy. "Tanya yang ada aja kenapa sih, Joy? Ini gue depan mata lo banget, tawarin dulu kek mau minum apaan."
"Hehehe maap boss."
"Coffee Latte extra ice ya." Ucap Wisnu sambil melihat ke arah Jea.
Lah ini doi ngomong sama gue?
Jea menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"
"Mbak nya writers kan?"
Kampret.
Sebelum Jea berhasil mengeluarkan kata-kata umpatan, Joy lebih dulu bilang,
"E---eh, Nu kenalin ini Jea, Jea ini Wisnu."
"Ngapain goblok kenalan sama writers Cafe?" Jawab Wisnu menyebalkan.
Akhirnya dengan segenap amarah, Jea memilih ngalah dan pergi ninggalin Joy berdua sama siapa tuh namanya, Jea gak tau! Bodoamat.
🐱°🐱
"Nu lu gila?!"
"Apaan si lu! Berubah jadi manusia langsung ngatain gue gila."
"Itu Jea, goblok. Jea yang kemaren kita ketemu di taman. Lo lupa?!"
"Ya mana gue tau, gue kan kucing."
![](https://img.wattpad.com/cover/214235587-288-k549474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Atypical
Fanfiction"Lo manusia atau bukan sih?" "Manusia, tapi kucing". 2020 © grl-unknown