O6

6 2 0
                                    

Pagi sudah ada diujung sementara matahari semakin naik sebelum tenggelam di ujung senja. Susan masih enggan mengacuhkan Namjoon yang sedari tadi menatapnya penuh harap. Ia hanya menjahit baju lelaki itu tanpa mau mengajaknya bicara atau sekadar menyapa.

Namun decakan Susan selalu mampir pada membran timpani Namjoon yang jadi lebih sensitif kala berhubungan dengan istrinya.

"Susan?" Namjoon melirik Susan yang sibuk memotong bagian baju yang hendak dibuang tanpa menoleh pada Namjoon. "Apa kau masih marah padaku?"

Tidak ada jawaban.

Kim Namjoon menghela napasnya. Merasa kecewa dengan respon Susan yang tidak ada sama sekali, kecuali decakannya yang membuat keki. Namjoon akhirnya diam di ruang tamu dengan musik Tchaikovsky yang menyapu pendengaran seluruh ruangan sambil memikirkan kesalahan yang sudah dibuatnya. Susan jarang begini, sesungguhnya.

Tidak ada yang bisa membuat Susan kesal di pagi hari karena wanita itu memang tidak suka membuat wajahnya keriput terlalu cepat. Kecuali Namjoon melakukan atau membicarakan sesuatu yang tidak boleh dibicarakan pada pagi hari. Apa yang sudah Kim Namjoon lakukan?

"Susan." Namjoon segera berdiri begitu Susan keluar dari ruang kerja wanita itu. Tangannya digerakan untuk meraih lengan Susan dan menggenggamnya lembut. "Sayang, ada apa? Apakah aku melakukan kesalahan?"

Susan menghela napasnya sambil memejamkan mata, sebelum berbalik dan berikan tatapan kesal pada Namjoon. "Aku tidak menyukainya," kata Susan, suaranya rendah, tanda wanita itu benar-benar kesal, "Kau belum meminta ijin padaku, tapi sudah memberikan kepastian."

"Apa?"

"Proyek hotel di luar negeri," sahut wanita itu dengan gerit amarah yang ditahan, lanjutnya, "bersama sekretaris bosmu yang genit itu."

Namjoon menatap wanita itu lamat-lamat sambil mengulum senyum. "Itu urusan pekerjaan, Susan. Ini proyek besar," Namjoon bernegosiasi dengan pemahaman Susan yang menyimpang, sambil menarik wanita itu untuk berdiri lebih dekat darinya, ia melanjutkan, "Mendirikan hotel di Perancis, bekerjasama dengan  arsitek dari Jepang, bukankah itu hebat?"

Susan membuang muka dan menghela napas. Ia menyingkirkan telapak tangan Namjoon dari epidermis kulit lengannya. Langkahnya dihentakkan menuju dapur. Tak mau dengarkan Namjoon yang meminta atensi lebih dari wanita itu.

"Susan, apa yang salah?" Namjoon menghadang Susan, dengan kedua tangan mengunci lengan Susan hingga wanita itu tidak dapat menghindar. "Apa yang salah? Kau biasanya setuju untuk ini? Kau ingat, bukan, apa mimpiku selama ini, Sayang?"

Susan mengalihkan sorot mata pada kelap-kelip pantat panci yang dicium oleh sinar baskara. Pipinya tanpa sadar mengembung seiring dengan decakan-decakan kesal yang keluar. Susan hendak melepaskan lengannya yang dikunci Namjoon begitu erat.

"Aku tidak mengerti bagian mana yang salah?"

"Aku tidak suka tugas yang harus kau lakukan." Susan menghela napas gusar. "Pergi ke luar negeri, dengan tugas yang berbahaya, bersama dengan orang-orang yang tidak bisa aku percaya untuk mengawasimu. Aku tidak menyukainya. Tidak ada rekan kerjamu yang bisa kupercaya untuk aku hubungi. Itu mengesalkan, tahu?"

Cengir bodoh melintas di wajah Namjoon. Lengannya semakin dekat dengan tubuh Susan untuk memeluk wanita itu dan merasakan kehangatan yang dirindukannya. "Sayang, aku akan baik-baik saja, oke? Akan ada Hoseok dan istrinya, kau ingat mereka?  Pasangan dari divisi hubungan masyarakat yang ikut bertanggung jawab dengan proyek ini, kan?"

Susan membiarkan dirinya tenggelam pada tubuh Namjoon yang besar dan hangat, wajahnya tersembunyi di balik dada Namjoon yang bidang. Ada rona merah samar yang mampir di tulang pipi wanita itu beriringan dengan laju lengannya yang balas memeluk sang suami. "Mereka juga ikut? Hoseok dan Luna?"

"Mereka juga ikut, Babe." Mengulas senyum lebar, kala tangannya mengusap rambut Susan yang dipotong setengkuk kemarin, Namjoon melanjutkan, "Sekretaris bosku datang seminggu setelah jadwalku, kita tidak akan pernah berinteraksi kecuali saat makan siang. Hei, jangan khawatir," Namjoon bergumam karena merasakan Susan yang hendak lepas dari pelukannya, "Kami tidak akan melakukan apa-apa, aku janji. Kau bisa bertanya pada Hoseok atau Luna. Oke?"

"Janji padaku?"

"Janji."[]

coileanta (namjoon) Where stories live. Discover now