Kintamani on fire pt 3

18.3K 1.3K 12
                                    

Kiara memasukkan mie instan pada air yang sudah mendidih di atas kompor. Bercinta membuatnya lapar. Stok makanan di dapur cukup lengkap; mie instan, pasta, telur, cereal, aneka minuman dan cemilan. Dia mencari makanan yang gampang dibuat saja.

Kiara menyisir  rambut yang setengah basah dengan tangan dan mengetatkan kimono kamar. Dibaliknya dia hanya menggunakan beha dan celana dalam. Masih terasa getaran penuh gairah diantara selangkangannya. Menikmati endorphine yang mengalir ke seluruh tubuh. Kepalanya terasa ringan, tubuhnya terasa rileks. Sambil menunggu mie matang, Kiara menyeruput pelan teh manis.

"Bikin apaan?" tanya Christo yang baru turun dari kamar.

Rambutnya terlihat basah. Ada tetesan air mengenai dadanya. Pria itu hanya menggunakan celana training abu-abu dan bertelanjang dada. Kiara nyaris tersipu melihat tampilan Christo. Agak aneh juga, ketika di kamar dengan pencahayaan ala kadarnya dia tak masalah melihat pria itu tanpa sehelai kain pun.

"Mie rebus. Aku bikin buat kamu juga. Mau teh?" tanya Kiara menuangkan air panas dan mencelupkan kantong teh pada mug.

Christo mengulas senyum lebar. Menarik kursi dan duduk di sebelah Kiara. Sebelum meraih mug, pria itu menempelkan bibirnya pada bibir Kiara. "Arigato!" ucapnya.

"Tempat ini enak banget. Bikin cape langsung hilang," puji Kiara menatap ke luar jendela. Pemandangan gunung Batur dari kejauhan, pematang sawah dan kolam renang dinaungi lampu kuning sungguh menyegarkan mata dan menenangkan hati.

"Ini tempat favorit kalau aku lagi stress, pasti ke sini."

"Kamu sering ke sini?" Kiara mulai memancing.

Mendadak saja ucapan Pak Ketut ketika mereka tiba tadi siang kembali muncul dalam benak. Kiara pernah mendengar Anya dan Christo sudah lama menjalin hubungan. Sejak keduanya masih kuliah. Setelah tunangan dua tahun, mereka putus. Tidak banyak yang Kiara ketahui selain gosip Christo berselingkuh dengan perempuan lain.

"Dulu-dulu sering tapi sejak ngurus Kofinesia baru sekarang lagi ke sini," ucap Christo. Tanpa sengaja matanya bersirobok dengan Kiara. Dia bisa melihat ada sesuatu mengganggu pikiran gadis itu.

"Kenapa? Mau nanya soal Anya?" tembak Christo membuat Kiara tergagap.

Dulu beberapa kali  dia mengajak Anya ke sini walau lebih sering sendirian. Anya tidak suka tempat yang terlalu sepi. Dia tipe city girl. Aktivitas bersantai di vila atau hiking yang jadi favoritnya, bukan jenis liburan yang disukai Anya.

"Ya, terserah sih, kalau kamu enggak mau cerita," ucap Kiara mengedikkan bahu. Berusaha tidak terlalu peduli.

Christo tertawa kecil.  Ekspresi Kiara dengan mata membulat tanpa berkedip penuh tanda tanya itu selalu menggemaskan. Membuatnya tak mampu menolak apa pun yang ditanyakan Kiara.

"Aku cerita ini buat kamu doang ya. Jangan dijadikan bahan tulisan," ucap Christo.

Kiara tergelak. "Please, deh!"

Christo masih menatap dengan raut serius. Menunjukkan kalimat yang diucapkan bukan suatu candaan.

"Rahasia kamu aman. Trust me, " Kiara meraih tangan Christo dan menggengam erat-erat.

Christo berdehem pelan. Menyeruput teh sebelum bercerita.

Christo bertemu dengan Anya dalam pertemuan mahasiswa Indonesia di Oxford. Beberapa kali acara kumpul bersama dia jatuh cinta pada Anya yang populer di antara sesama pelajar Indonesia.  Sama-sama jauh di negeri orang, sama-sama sedang berjuang di bangku kuliah membuat mereka dekat dan akhirnya pacaran.

Setelah lulus kuliah, Anya langsung kembali ke Indonesia untuk membantu bisnis keluarganya. Dia juga mendirikan perusahaan interior sendiri. Anya meminta Christo yang kala itu masih ingin  di Inggris, segera kembali ke Indonesia namun pria itu menolak. Christo ingin mencari pengalaman kerja di London. Bekerja dengan perusahaan lain.  Ini yang kemudian menjadi awal ketidakcocokan. Christo merasa Anya terlalu mengatur hidupnya.  Christo sadar  Anya khawatir dengan sifat urakannya, dia bisa kepincut dengan perempuan lain. 

Sikap Anya ini tidak hanya didukung oleh keluarga Anya tapi juga oleh keluarga Christo. Keluarga Anya kenal baik juga dengan keluarga Christo. Terutama kakek Anya yang sangat berharap cucunya bisa besanan dengan keluarga Puspowaryo. Untuk menenangkan kedua keluarga, Christo setuju ketika keluarga Anya meminta mereka bertunangan. Setelah bertunangan, Anya tetap tidak yakin akan hubungan mereka.  Dia semakin mengekang Christo dan curiga tanpa alasan.

"Aku paling enggak suka diatur-atur. Ditanya, di telepon setiap detik. Buat aku saling percaya itu  penting. Aku   tidak pernah melarang dia ketemu siapa pun. Aku percaya sama dia, tapi kalau dia tidak percaya sama aku, ya buat apa?" jelas Christo.

Bisa ditebak, setelah serangkaian pertengkaran, Anya tidak tahan lagi. Dia akhirnya minta putus.

Selesai bercerita, pria itu bertanya juga soal hubungan percintaan Kiara. Kisah percintaannya tidak semenarik Christo.  Pacar terakhirnya, Panji hanya bertahan dua tahun. Mereka bertemu di kantor. Panji juga seorang jurnalis. Mereka kerap kerja dan pulang bersama lantaran lembur. Itu saja kesamaan mereka. Hubungan mereka sangat hambar. Setelah Panji pindah kerja dan naik jabatan tempat kerjanya, pria itu memutuskan hubungan. Proses putusnya cepat tanpa drama, tanpa berantem apalagi sedih berkepanjangan. Kiara  hanya menangis semalaman setelah itu perasaannya plong. Sejak awal tidak ada energi yang cukup besar di antara mereka. Kala itu dia hanya butuh status.

Setelah bertambah umur Kiara sadar dia  tidak butuh status . Sesuatu yang lebih sering membuatnya lelah mental. Terserah mau punya pacar atau tidak tapi dia tidak mengingkari kebutuhan biologis mulai memanggil-manggil. Hal yang sangat manusiawi dan sering dianggap tabu. Tubuhnya sulit menolak bila berhadapan dengan pria seksi dan menggoda macam Christo. Jujur saja dia menikmati casual sex  bersama Christo saat ini.

"Aku rasanya belum siap pacaran lagi. Aku masih ingin konsentrasi dengan kerjaan," ucap Christo setelah mendengar cerita Kiara. "Banyak banget yang harus aku kerjain. Aku masih belum dianggap , enggak ada yang percaya  kemampuan aku."

"Jangan menyerah. Aku percaya kamu pasti bisa,kok. Memang butuh waktu dan tenaga."

Kiara bisa  melihat Christo berambisi besar membuktikan diri pada Ayahnya.  Kiara  tidak mau menghalangi itu. Dia sendiri perempuan berambisi yang tidak mau diribetkan dengan masalah romantika.

Christo tersenyum hangat  lalu menempelkan wajah pada leher Kiara, "Tapi aku enggak masalah, sekali-kali kayak gini. Kamu oke enggak? "

"Asal enggak lagi deadline aja aku okay-okay aja," ucap Kiara santai.

Mereka saling bertatapan dan tertawa bersama. Rasanya sungguh menyenangkan bisa bertemu orang  memiliki satu pikiran. Mereka sepakat menjalani casual sex. Tidak butuh yang serba romantis macam memberi bunga atau candle light dinner. Tidak butuh ikatan seserius orang pacaran. Yang penting sama-sama senang dan dilakukan atas kesepakatan bersama.

###

OSAKA  BREAK (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang