Kiara mengucek-ngucek matanya. Pemandangan di hadapannya terasa asing; meja kerja, dinding berkaca yang menampilkan gedung pencakar langit. Dia langsung terduduk ketika menyadari dirinya tertidur di sofa. Di kantor Christo!
Kiara menatap tubuhnya yang masih menggunakan kemeja dan jeans. Menarik nafas lega. Otaknya perlahan memutar ulang kejadian tadi malam. Mereka hanya bercengkrama tanpa saling melucuti baju masing-masing. Kiara masih belum siap bercinta lagi. Akhirnya mereka hanya duduk dan saling curhat. Tepatnya, Christo yang curhat perihal keribetan mengurus lauching Kofinesia untuk pasar Malaysia.
Sejak Kiara menulis profil Christo, permintaan wawancara semakin banyak. Bayu begitu semangat mengiyakan semuanya. Christo berusaha mengakomodasi demi kesuksesan Kofinesia namun tetap kewalahan. Kiara berjanji membantu Christo memberikan jawaban taktis yang mungkin akan ditanyakan oleh media. Di meja masih tergeletak kertas berisi coretan mereka semalam.
Kiara bangkit berdiri menuju kamar mandi. Mencuci muka dan merapikan rambut sebisanya. Kiara menghitung dalam hati. Dari sini ke tempat kostnya di daerah Karbela tidak jauh. Masih pukul setengah tujuh, dia punya banyak waktu berleha-leha sembari mencari ide tulisan hari ini.
"Ohayo," sapa Christo yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
Di tangannya ada dua tuna sandwich ukuran besar. Tanpa diminta Christo menggiling biji kopi dan bertanya apakah Kiara mau coffee latte atau cappuccino? 'coffee latte' ucap Kiara sembari mengawasi Christo menyeduh kopi macam barista profesional. Pagi-pagi dia sudah mendapat perlakukan istimewa. Sementara untuk dirinya sendiri, Christo hanya mengucurkan air panas dan mencelupkan kantong teh hijau.
"Aku antar ya! Nanti kamu telat ngantor," ucap Christo di sela mengunyah sandwich.
"Enggak usah. Aku ngantor jam sebelas, masih banyak waktu."
Christo menggeleng kepala. Mengusap cepat mulut dengan punggung tangan. "Enggak boleh! Aku yang antar!" ucapnya macam sebuah titah.
Kiara tidak mampu menolak. Toh dia senang juga senang bisa menghabiskan waktu bersama pria itu. Kantor masih sepi jadi mereka santai saja melenggang keluar dan turun ke basement parkir. Pria itu berhenti sebentar di pos sekuriti dan mengobrol dengan petugas yang kemudian memberi sebuah helm.
"Aku enggak bawa helm cadangan jadi pinjem dulu," ucap Christo ketika mereka berhenti di depan sebuah moge Kawasaki.
"Kamu enggak masalah kan naik motor?" tembak Christo. "Ini ojek premier," selorohnya lagi.
"Nyampenya bisa lebih cepat enggak?" balas Kiara. Sungguh mahluk bernama Christopher Puspowaryo begitu penuh kejutan. Dia pikir Christo mengendarai sebuah mobil mewah, paling tidak BMW. Dominic saja menggunakan Lexus!
"Jangan salah! Ini bisa gaspol!" ucap Christo menepuk stang motor dengan bangga.
Kiara hanya berdiri mematung macam sedang menonton sebuah adegan terbaik. Dihadapannya Christo bersiap mengenakan jaket kulit yang sedari tadi dipegang. Terlihat urat-urat lengannya ketika pria itu merentangkan tangan sebelum masuk ke dalam lengan jaket. Leher jenjangnya terlihat mengiurkan ketika Christo memperbaiki posisi kerah jaket. Lalu memasang sarung tangan sembari mengerak-ngerakan jari agar sarung itu terpasang dengan sempurna.
"Jangan bengong pake helmnya!" Christo mengetuk pelan kepala Kiara.
Dia tak mampu menyembunyikan seringainya. Tak pelak berpuas hati melihat raut Kiara. Untung saja dia membawa jaket kulit terbaiknya dan sarang tangan baru.
"Eng..iy- iya," jawab Kiara terkejut macam baru disirep.
Christo tergelak pelan. Tak tahan mengucek-ucek kepala Kiara. Dia meraih helm dari tangan Kiara dan membantu memasangkan helm yang ukuran agak kegedean itu. Menunggu dengan sabar hingga Kiara duduk nyaman di boncengan. Tangan Kiara berpegang pada jok motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSAKA BREAK (COMPLETED)
Literatura FemininaCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Kiara merasa kariernya sebagai jurnalis sedang mandeg. Dia mendapat tugas peliputan penting di Osaka dan berharap ini jadi salah satu cara untuk meningka...