Before 5

2.5K 236 27
                                    

"Buat yang mau ikut aja, ya! Tapi aku harap semuanya ikut. Kapan lagi periode OSIS kita ngadain acara pribadi."

"Tapi, Kak, kalau gak ada guru yang ikut orang tua pasti gak ngizinin."

"Tenang aja, kita ada Pak Hendra. Dia bersedia nemenin kita entar."

"Asik!!!" Anggota OSIS paling belakang berseru. Jajaran siswa Intra sekolah yang hobinya terima jadi untuk persoalan sulit dan yang paling banyak nego untuk hal senang-senang.

Sebut saja Bayu. Si oknum tampan itu berseru paling keras karena hobi campingnya akan ia jajah dalam seminggu ke depan. Atau mari bergeser pada pria jangkung di sebelahnya yang sibuk memainkan android untuk berselancar di toko online. Dia tengah mencari tas, baju, sepatu dan segala hal yang berbau camping. Pokoknya semua harus baru.

"Oke, berhubung ini acara pribadi, jadi gak ada ketentuan khusus buat barang apa yang mesti dibawa. Soal tenda itu juga terserah, mau kalian bawa tenda satu orang satu atau mau buat kelompok, yang jelas jangan sampai entar kalian bingung mau tidur di mana."

"Satu lagi, Pak Hendra cuma nemenin, bukan bimbing kita seratus persen. Kalian udah gede, jadi siapin segala sesuatunya buat diri kalian sendiri."

Bagas angkat tangan. "Masalah transportasi?"

"Oke, buat transportasi." Fajar memberi jeda sambil membuka ponselnya. "Opsinya ada dua, kita berangkat pake kendaraan pribadi atau sewa bus."

"Pribadi dong. Ninja gue udah melambai-lambai pengen ikut," sahut Reza cepat, melihat ke arah jendela yang dekat dengan parkiran. Motor ninja merahnya terparkir anteng di sana.

"Masalahnya kan gak semua punya kendaraan," Dwi protes, yang diikuti anggukan setuju dari Fani.

"Nebeng lah! Badan lo kan kecil Wi, cenglu bareng Fani sama Rinov pasti muat lah."

"Yeh, enak aja!"

Rian angkat tangan. Fajar meliriknya. Rapat harus profesional dong. "Gini ya! Aku pernah ke daerah itu. Danau sama lingkungannya emang safety dari hewan buas, cuma kita gak bisa ngejamin soal manusianya. Kalau bawa kendaraan pribadi otomatis malem-malem mesti ada yang jaga biar gak kecolongan."

"Gue bisa!" Reza kekeh.

"Gue gak jamin ya yang nanti dateng nyamperin lo itu begal."

"Anjir serem lo, Yan!"

Rian melirik lagi ke arah Fajar dan ketua OSIS itu memberi gestur untuk Rian melanjutkan.

"Aku ada saudara, pengusaha travel gitu. Kalau mau entar kita sewa bus---"

"Promo!" kali ini Bayu yang protes.

Rian melirik pria itu tajam. Masih sebal akan pelajaran-pelajaran tidak berfaedah yang diajarkannya pada Fajar. "Yaudah, terserah deh!" ujarnya ketus.

"Lah Rian tumben-tumbenan pundung!" Anthony berteriak heboh. Biasanya, temannya itu akan terus berkoar mengajak debat dan tidak akan diam sebelum sendirinya menang.

"Kalau menurut aku, kita bisa berangkat pake mobil pribadi---"

"Mobil pribadi ndasmu!" Apri menyahut Putri cepat.

"Kita itu cuma 30 orang lebih, tiga sampai empat mobil juga cukup."

"Siapa aja yang punya?" tanya Fajar.

"Aku ada. Jojo, kamu, terus--"

Fajar menggeleng. "Aku gak ada."

"Loh, itu yang suka nangkring di depan rumah?"

"Punya bapaknya kale," Rian menjawab sewot. Tangannya sudah bersidekap dengan memalingkan wajahnya sebal.

"Ya maksudnya aku juga punya ayah, tapi emang gak bisa dipinjem?"

Day (FAJRI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang