Before 13

2.4K 224 40
                                    

Pelantikan yang Rian tunggu-tunggu berjalan dengan membosankan. Semua berawal dari moodnya yang kacau.

Dia membuat anyaman tali di atas sawah berlumpur untuk dilewati bawahnya oleh peserta. Saat dia melihat Fajar mengecek satu per satu pos, Rian jadi merasa tidak lucu saat Fani tercebur begitu saja dengan wajah terlapisi lumpur sambil menjerit.

Atau saat semua kelompok sudah melewati posnya dan dia memotong jalur ke pos selanjutnya, dia jadi tidak bersemangat meminumkan racikan muntah untuk setiap peserta yang lelet atau membuat kesalahan. Yang ada dia lebih banyak emosi dan lebih murah hati memberikan hukuman.

"Yan... Habis upacara main yuk ke alun-alun, gue traktir es krim kesukaan lo deh," Anthony yang masih berkeyakinan dia dan Fajar putus terus berusaha menghiburnya seminggu ini.

"Gak mau."

"Terus mau apa dong?"

Mau Fajar.

"Mau pulang aja. Tidur. Capek."

Anthony memasang wajah prihatin di sampingnya. "Yan, gue tahu kok putus itu rasanya kaya kodok keselek buaya---"

"Amit-amit."

"---Tapi loe jangan gini dong. Sedih gue liatnya. Gak ada semangat hidup banget."

"Apaan sih, Ny?"

"Loe cerita dong kenapa sampe putus, dia gak serius ya---"

"Gue bilang amit-amit, Anthony."

"Lo sebenernya amit-amit buat apaan?"

"Putus sama Fajar lah."

Pupil mata Anthony melebar. Sedikit-sedikit wajahnya berubah cerah dan langsung menerjang tubuh Rian. "Alhamdulillah... Gue masih ada harapan dapat traktiran."

Rian mencubit perut Anthony sepenuh hati. "Minggir lo!" Dia risih. Sengaja atau tidak sengaja baik panitia atau peserta yang ada di dekatnya memberi perhatian padanya saat Anthony berteriak barusan.

"Ewh, Yan, baru aja putus sama Fajar udah dapet yang baru," celetuk Putri pelan. Dengan sedikit nada takut-takut.

Rian sempat mengumpat saat wanita itu menampakkan wajah lagi di depannya beberapa hari lalu. Padahal sempat ada rumor yang beredar dia akan pindah sekolah. Tapi sekarang, rumor itu tenggelam oleh rumor dia dan Fajar yang putus. Padahalkan enggak.

Enggak kan ya?

"Diem lo nenek pelet," kata Anthony tak santai.

"Ck, udah ah... Gue ke UKS. Males ikut upacara." Rian melengos begitu saja bahkan saat Anthony memanggilnya.

Dia menuju UKS. Di tengah jalan dia berpapasan dengan Gunawan, Fajar dan Pak Ahsan yang tengah membahas sesuatu di salah satu bangku taman. Ingin putar arah sudah terlanjur terlihat, jadi Rian teruskan saja jalannya.

"Mau kemana, Yan?" tanya Pak Ahsan ramah.

"UKS, Pak."

"Kamu sakit?"

"Mau manggil anak PMR buat jaga. Sebentar lagi upacara penutupan," bohongnya lancar.

"Oh... Kamu jaga di belakang ya entar."

Rian melotot. "Kok saya, Pak?"

"Soalnya aura kamu hari ini beda. Lebih galak. Anak-anak jadi patuh sama kamu."

Lenyaplah sudah harapan dia untuk berleha-leha di ruang UKS.

"Sama Fajar ya, entar. Yang kasih pidato Gunawan aja!"

Rian malas melawan. Sebenarnya dia lebih ke ingin marah-marah, tapi ini kan guru, pembina OSIS lagi, Rian masih punya etika.

Jadi, dia iya kan saja.

Day (FAJRI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang