Before 14

2.5K 217 15
                                    

Rian hanya bosan.

Dengan sebuah Tipe-x di tangannya, dia iseng mencoret-coret meja dengan beberapa tanggal yang ia ingat. Tanggal serangkaian ujian akhir yang sudah ia lewati dua bulan terakhir. Surat kelulusan juga sudah ia dan teman-temannya terima. Hasilnya, semua lulus, dengan bumbu dramatis dan pelukan erat para ibu kepada anak mereka.

Rian sendiri sudah tahu jika semua akan lulus, sekolah tidak mungkin membiarkan namanya tercoreng dengan ketidaklulusan salah satu murid, apalagi sekolahnya termasuk jajaran sekolah elit dan mempunyai catatan prestasi tingkat internasional. Yang Rian senang, dia lulus dengan nilai yang memuaskan, meski masih di bawah si doi.

Iya, doi dia, si sayang, yang namanya Fajar.

Ngomong-ngomong akibat kesibukan mereka beberapa bulan ini, intensitas pertemuan dan komunikasi mereka juga agak renggang. Bahkan kalau harus jujur, berlama-lama membiarkan jarak di antara mereka, membuat Rian suka sedikit agak canggung jika bertemu.

Bukan karena masalah perasaan yang berubah, tapi sikap dia dan Fajar sendiri yang dasarnya sudah saling cuek jika di depan umum, apalagi jika tengah sibuk.

"Yan, tulis nama lo deh. Buat kenang-kenangan adik kelas!" Anthony duduk di sampingnya, memberi saran.

Rian melihatnya heran. "Kenang-kenangan apa?"

"Biar nanti yang duduk di sini tuh tahu kalau nih meja bekas lo."

"Gak penting banget."

"Yeee!!! Yaudah sih, sini gue pinjem tipe-xnya. Mau gue tulis nama gue aja." Anthony merebut benda merah di tangan Rian kemudian mencoretkan isinya pada meja. Tapi kemudian berhenti, berfikir sebentar sebelum melihat Rian lagi. "Yan, si Jojo kan jago tuh bikin tulisan bagus. Mau ya panggilin dia buat bikin nama lo di sini..." Anthony menunjuk meja di depan Rian, "terus entar lo suruh tulis nama gue di sini!" kemudian menunjuk meja di depannya.

"Kenapa mesti gue?"

"Please lah, Yan. Lo gak ada baik-baiknya banget sama temen."

"Perasaan lo udah beberapa bulan deh jauhan sama si Jojo. Biasanya lengket lo sampe-sampe pulang aja ninggalin gue awww..." Rian mengusap perutnya yang baru saja dicubit Anthony dan melayangkan pelototan pada sahabatnya itu.

Sementara Anthony melihat-lihat sekeliling kelas mereka yang cukup ramai. Anak kelas dua belas memang sudah pelulusan, tapi hari ini sekolah meminta mereka masuk karena akan ada pengumuman penting.

Pengumuman macam apa yang sampai lewat istirahat kedua masih saja menelantarkan mereka. Buang-buang waktu.

"Gini, Yan... Lo jangan bahas-bahas Jojo dulu deh!" Anthony membawa kepala mereka sedikit menunduk dan berbicara dengan berbisik.

"Ya, kenapa? Lo anggap gue temen gak sih? Gue aja apa-apa bilang sama lo. Tapi lo nya malah pelit banget bagi-bagi info. Gue kan jadi penasaran."

Raut wajah Anthony berubah cemas dan bingung. "Tapi gue malu, Yan."

"Emang lo punya?"

"Apa?"

"Malu."

"Si Anj---"

"Oke, sih gak usah ngumpat juga. Mau cerita gak nih? Gue juga malu tau pas dulu come out hubungan gue sama Fajar. Lo bahkan ngira gue bercanda waktu itu. Kenapa juga lo mesti malu?" nada bicara Rian melembut, dia mencoba ramah dan membuat Anthony tidak merasa keberatan. "Udah lo cerita napa? Kaku banget sih?"

Anthony semakin mendekatkan tubuhnya dan meremas-remas tangannya gugup, si imut itu bahkan enggan menatap Rian. "Gue... Gue... Sebenernya, pas pulang dari ultah si Putri itu. Gue... Gue...Gak s-sengaja..."

Day (FAJRI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang