Malam yang tak di nanti pun tiba, aku takut firasat ku benar kenyataanya bahwa aku akan di jodohkan oleh keluargaku. Mulutku terus merapalkan semoga firasatku kali ini tidak benar. Semoga. Aku pun sudah bersiap-siap seperti yang Ibuku katakan tadi. Dengan tubuhku yang di balut dengan gamis dan hijab pemberian Ibuku yang cukup elegan. Aku pun tak tau mengapa Ibu memberikan gamis yang elegan seperti ini. Apakah acaranya seformal itukah? Sudahlah, mau tidak mau aku hanya bisa menurut.
Tok!Tok!Tok!
Tiba-tiba suara ketukan pintu kamar mengagetkanku. Aku beranjak dari dudukku lalu pergi untuk membuka pintu.
"Kau sudah siap nak?" Tanya Ibu yang kini telah berpenampilan rapih dengan balutan gamis dan hijabnya yang nampak indah.
Aku pun hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ayo, Ayah dan Kak Adam udah nungguin di bawah"
***
Ayah dan Kak Adam yang sedang duduk di sofa tiba-tiba bangkit setelah melihat kedatanganku dan Ibu.
"Yang di tunggu-tunggu akhirnya dateng juga. Lama banget sih Ra kamu dandanya" Celetuk Kak Adam
"Namanya juga cewek, emangnya Kak Adam" Balasku tak mau kalah.
"Sudah, sudah. Lebih baik kita berangkat sekarang Yah, takut kemaleman" Lerai Ibuku.
Aku dan Kak Adam memang seperti itu. Jika ada selalu bertengkar jika tidak ada selalu di pertanyakan. Tapi bukan bertengkar dalam artian serius. Seperti itulah memang Kakak Adik.
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit lamanya, sampailah kami di sebuah Restoran berbintang lima.
Kami bersiap-siap untuk turun dari mobil yang Kami tumpangi sembari melepas sabuk pengaman yang melingkari tubuh Kami.
"Zahra, nanti kalau di sana kamu cukup diam dan jangan banyak protes. Kamu cukup bilang hal-hal yang baik saja." Tiba-tiba suara Ayah menginterupsi Kami yang sedang melepaskan sabuk pengaman.
"Baik, Ayah"
Kami pun segera bergegas turun dari mobil yang kami tumpangi tadi.
***
Hatiku berdetak tak karuan, aku benar-benar gugup. Aku berjalan beriringan dengan Ibuku. Sedangkan Ayah dan Kak Adam berjalan di depanku. Kami melangkahkan kaki menuju sebuah Restoran yang terkenal mewah ini. Hingga tak terasa Aku dan Keluargaku sudah berada di ruangan yang di dalamnya terdapat wanita dan lelaki paruh baya yang sedang duduk. Mereka terlihat sedang berbincang-bincang hingga suara ayah mengalihkan atensi mereka.
" Assalamu'alaikum " Ucap Ayahku sambil tersenyum ke arah pria dan wanita paruh baya itu. Ibu dan Kak Adam pun ikut tersenyum sebagai tanda hormat. Mereka yang tadinya duduk segera berdiri dan menjawab salam dari ayahku.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullah. Eh, rupanya sudah datang . Silahkan duduk" Ucap pria paruh baya itu setelah bersalaman dengan Ayah dan Kak Adam. Aku dan Ibu hanya mengatupkan tangan sebagai tanda salam. Ibuku beralih dengan memeluk wanita paruh baya yang berada di sebelah pria paruh baya tadi. Setelah acara berpelukan itu aku langsung beralih meraih tangan wanita paruh baya itu dan meletakannya di dahiku sebagai tanda penghormatan. " Anakmu cantik sekali " Katanya kepada Ibu. Ibu hanya tersenyum menanggapinya. Setelah itu kami sudah duduk di kursi yang telah di sediakan itu. Di meja terhidang berbagai macam makanan yang menurutku sangat lezat ini. " Ayo silahkan di makan hidangannya " Ucap Pria paruh baya itu. Kami pun hanya menganggukan kepala. "Ayo kita nikmati makanannya. Sambil menunggu putraku. Dan setelah itu kita bahas apa yang akan kita bicarakan " tambah wanita paruh baya itu sambil tersenyum dan melirik ke arahku.
Aku pun menjadi gugup, wanita paruh baya itu nampak ramah sekali. Di tambah balutan gamis yang ia kenakan menambah kesan anggun di dalamnya. Pria paruh baya itu pun tak kalah ramahnya, ia mengenakan setelan formal sama seperti ayah dan yang Kak Adam kenakan. Sambil menikmati hidangan, Ayah, Kak Adam, dan pria paruh baya itu berbincang-bincang masalah bisnis. Ibu dan wanita paruh baya itu pun sedang berbincang-bincang. Sedangkan aku? Aku hanya menyantap makananku dalam diam.
***
Acara makan tadi pun sudah berakhir semenjak 15 menit yang lalu. Entah siapa yang pria paruh baya itu tunggu.
"Oh iya. Zahra, perkenalkan ini namanya Om Rasyid dan ini Tante Tricia" Tunjuk ayahku kepada pria dan wanita paruh baya tadi.
" Mereka adalah sahabat ayah dan ibu dari SMA hingga sekarang. Bukan begitu Rasyid?"
"Haha.. Tentu saja, aku jadi ingin kembali lagi pada masa-masa itu. Bukan begitu sayang?" Om Rasyid terlihat sengaja menggoda Tante Tricia. Tante Tricia pun bersemu merah. Kami yang menyaksikan adegan itu pun hanya terkekeh melihatnya.
" Maafkan tante dan om yang tadi belum sempat memperkenalkan diri ya Zahra?" Tante Tricia pun mengalihkan topik pembicaraannya. " Iya tante, tidak apa-apa" Ucapku sambil tersenyum.
"Oh iya, ngomong-ngomong dimana putra kalian itu? Kok belum dateng-dateng?" Ucap ibuku. "Sebentar lagi sampai, anak itu selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai terkadang lupa dengan keluarganya" Ucap tante Tricia sambil terkekeh pelan.
" Assalamu'alaikum" Tiba-tiba suara seorang pria megucap salam membuatku sedikit kaget.
"Ma'af, aku sedikit terlambat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
General FictionSebuah takdir yang membawaku untuk hidup bersamanya. Sebuah takdir yang sebenarnya tidak aku harapkan. Sebuah takdir yang harus aku terima saat kedua orang tuaku mengharapkanku untuk hidup bersama dengannya. Dengan dia yang aku pun tidak mengenalnya...