14. Bukan Salah Tuhan

2.6K 276 34
                                    

Bukan Salah Tuhan
14. Bukan Salah Tuhan

Dara menghela nafas. Ia mengusap dahi Chaeng. Tak sampai hati mengatakan tentang operasi itu. Rasanya ketakutan menguasai sampai tidak satupun kata terucap tentang operasi itu.

"C-Chaeng," panggil Lisa. Ia bertekad akan mengatakannya sendiri kepada Chaeng.

Chaeng menengoknya.

"Kau punya harapan," Mata Lisa menatap dalam manik Chaeng, "Untuk sembuh,"

Mata sayu Chaeng membulat. "Sungguh?" serunya bersemangat.

Lisa mengangguk, bibirnya tersenyum lemah.

"Tapi, besar juga kemungkinan kau justru malah pergi," lirih Lisa, sangat pelan, namun seisi ruangan mendengarnya.

Air muka Chaeng berubah, "Aku tahu, pasti begini," keluhnya,

"Kesempatan sembuh apanya, bila nantinya aku akan tetap berisiko mati?"

Lisa memeluk Chaeng. Menenangkannya dengan segala khawatir yang ia juga rasakan. Lisa yang menangis.

"Aku juga takut," sedunya. Lisa tidak pernah merasa sebimbang ini. Entah harus memilih apa, karena kedua pilihan sama-sama berisiko. Lisa benci pilihan berisiko, itu membuatnya masuk ke dalam kebingungan tak berujung.

"Aku tidak menangis, sungguh," katanya. Chaeng terkekeh di pelukan Lisa. Menghela nafas berat.

"Kalau kau tidak mengizinkan, aku juga tidak akan mau," janjinya.

+++

Siang ini benar-benar panas. Ruangan Jisoo yang sejuk oleh pendingin membuat Jennie betah ke ruangannya. Buktinya, Jennie dari pagi bersantai menemani Jisoo, mendudukkan dirinya di sofa ruangan Jisoo. Menemani sahabatnya yang duduk di kasurnya, membaca komik.

"Kenapa kau bisa masuk sini juga?" tanyanya.

"Ceritanya panjang," jawab Jisoo tanpa menatapnya. Jennie berdecak.

Kembali menghela berat. "Apa Chaeng bisa sembuh?" tanyanya.

Jisoo terkesiap. "Mengapa harus pertanyaan itu yang keluar?" Jisoo balik bertanya.

Jennie menarik nafas lagi. Ia beranjak. Duduk di lantai sebelah ranjang Jisoo, menggenggam tangan sahabatnya hangat.

"Ceritakan padaku. Tentang segalanya," pintanya pelan. Jisoo menatap dalam manik rubah Jennie. Mempersiapkan dirinya, dan bercerita. Segalanya.

+++

Chaeng melamun. Mengabaikan Lisa di sebelahnya. Berceloteh tak jelas.

"Apa, hm?" Lisa mengagetkan Chaeng. Membuyarkan segala pikiran yang ia lamunkan. Menariknya kembali dari alam bawah sadar.

"Eobso," jawabnya singkat.

Lisa tersenyum. Menjelaskan tentang operasi bypass, semua yang ia dengar dari Dokter Seul. Chaeng mengalihkan pandangannya, bukan pendengarannya. Telinganya menangkap setiap inchi penjelasan Lisa, dampak baik dan buruk baginya, prosedur operasi, dan segalanya.

"Lisa-ya, aku takut," lirihnya, "Bagaimana kalau aku-"

Lisa menahan bibir Chaeng dengan telunjuknya. Ia tak mau mendengar apapun. Tidak satupun.

"Kau tidak akan pergi kemanapun. Tetap disini." Lisa mengecup ubun-ubun Chaeng, menahan isakan keras yang bisa keluar dari bibirnya.

+++

[✔] bukan salah tuhan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang