15. Good Doctor

2.5K 279 27
                                    

Bukan Salah Tuhan
15. Good Doctor

"Dokter Seul," panggil Chaeng.

"Hm?" Dokter Seul menjawab dengan gumaman, masih terfokus pada infus pasiennya.

"Bolehkah aku.. tidak menyetujuinya?" ucapnya pelan.

Dokter Seul menghentikan kegiatannya. "Maksudmu?" tanyanya setengah terkejut.

"Apa kau serius?" desaknya lagi sebelum Chaeng berhasil berkata.

Chaeng mengangguk hati-hati. Dan mendapat tatap tak enak dari Dokter Seul.

"Chaeng! Ini satu-satunya kesempatan! Apa kau tidak mau sembuh?" tukasnya dengan nada kecewa.

"Aku.. Aku takut, Dokter Seul," Sepatah kata itu terucap dari bibir pink pucat Chaeng. Dokter Seul tertegun.

"Takut apa, hm?" tanya Dokter Seul lembut.

"Aku takut.. mati," Isakan terdengar setelah Chaeng menyelesaikan katanya.

"Arra, memang siapa yang tidak takut mati?" ujar Dokter Seul perlahan, "Bahkan dokter-dokter penyelamat pun paling takut dengan kematian,"

"Seorang dokter tahu pasti arti kehidupan, karenanya kami selalu berusaha sampai titik terakhir untuk membuat kehidupan itu bertahan," Dokter Seul berkata, masih mengurus infus Chaeng.

Dokter Seul menggenggam tangan Chaeng. Kurus, pucat. Ia belai perlahan punggung tangan penuh jarum itu.

"Pasien adalah prioritas para dokter. Aku dokter, dan kau pasienku. Kami semua pernah berjanji bersama, tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan orang-orang sepertimu," 

Tak sengaja, Chaeng menitikkan airmata. "Terimakasih banyak, Dokter Seul. Tapi aku belum berani mengubah keputusanku," lirihnya.

Dokter Seul tersenyum tenang. Mengusap pipi Chaeng perlahan. Chaeng terkesiap. "Aku juga menyayangimu, tahu?" bisik Dokter Seul pelan sebelum melenggang pergi ke kamar pasien lainnya.

+++

Dara membasahi bibirnya. Menghela nafas. Berkali-kali. Minhyuk menatapnya. Membelai surai coklat istrinya lembut.

"Ada yang mengganggumu?" tanyanya pelan.

"Hm? Aniyo, eobso," jawabnya.

Minhyuk terkekeh. Memeluk hangat istrinya. "Aku suamimu. Aku ada untukmu. Kita berjuang bersama. Demi Jisoo, demi Chaeng. Dan demi kita, keluarga kita," Suara Minhyuk menyapa lembut gendang telinga Dara.

Dara menyamankan dirinya. Membiarkan kepalanya dirangkul lengan Minhyuk. "Memang ini yang paling nyaman," ucapnya.

Minhyuk terkekeh pelan menanggapinya. Menciumi pucuk mahkota Dara. "Tidak salah aku memilihmu, aku mencintaimu, Minhyuk-ah," ucap Dara manis.

"Nado, Sandala," sahut Minhyuk. Dan berdua terkekeh bersama.

+++

Terbahak-bahak mereka bertiga saat melihat Jennie terpeleset di dekat nakas, hendak mengambil camilan.

"Andai aku memotretnya tadi," imbuh Jisoo yang membuat tawa meledak dari dua bayi laknat itu. 

"Tidak lucu!" tukas Jennie kesal, rona malu di pipinya terpampang jelas.

"Malu? Aigoo, apa kuliah membuatmu lupa berjalan, eonnie?" goda Lisa. Dan Lisa mendapat jitakan dari Jennie.

"Eonnie, gwaenchana?" tanya Chaeng sambil mengusap ujung matanya.

"Eoh, gwaenchana. Chaeng baik, kalian laknat semua," kesal Jennie memeluk Chaeng manja.

[✔] bukan salah tuhan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang