Gibran Panji Alamsyah

193 7 1
                                    

To all the youngest without dreams
~ No More Dream

Gibran Panji Alamsyah

"Ma, Panji berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum," ucap Panji sambil mencium tangan mamanya.

"Haaai nek, jangan cemberut terus dong. Senyum biar keriputnya gak tambah banyak, okeey?" kekeh panji seraya membungkuk menjajarkan tubuhnya dengan sang nenek yang menggunakan kursi roda.

"Assalamu'alaikum nek," disusul dengan kecupan singkat di pipi kerutan neneknya. Sang nenek yang masih menatap cucu tersayangnya itu hanya bisa terheran sambil menggelengkan kepala.

"Makan yang banyak ya nek," tambah panji sambil berdiri dari posisinya.

"Hati-hati, nji, jangan ngebut, inget pesan papa, kalo masuk kantor polisi lagi papa udah nggak mau urus masalah kamu," ucap mamanya sebelum panji hilang dibalik pintu putih besar yang menjulang di depan rumah mewah itu.

Panji seperti biasa tidak menggubris perkataan sang mama, hingga beberapa saat kemudian suara gemuruh motor Harley Davidson yang sempat menghiasi parkiran meninggalkan perkarangan keluarga Alamsyah yang juga dihiasi beberapa kendaraan mewah.

"Anak itu," kekehnya sambil memandangi pekarangan rumah kemudian tersenyum kepada menantunya.
----------------------------------------------------------------------
Seorang anak laki-laki yang cukup familiar bagi anak remaja seantero kota, Panji. Sebutan akrab teman-teman satu komplotannya.

Ia bersekolah di SMA swasta yang cukup populer dan bergengi. Di SMA itu ada satu gangster dengan markas besar di belakang sekolah. Mereka tidak hanya terkenal diseluruh penjuru sekolah, namun hingga kesudut-sudut kecil kota. Tidak lain, itu karena ada satu poros yang mengendalikan anggotanya yang lebih hingga 200 orang.

Geng motor?
Jelas bukan. Namun, ada syarat utama yang memang mengharuskan memiliki motor agar tergabung kedalam pasukannya.

Tawuran?
Tentu sering. Tetapi pasti pihak Panji adalah pihak yang melawan bukan pihak pembuat onar. Itulah mengapa sosok Panji sangat disegani oleh anggotanya. Dia bukan pecundang, yang membuat nama sekolahnya hancur karena organisasi ilegal pimpinanya.

Bung! adalah julukan favorit juniornya kepada Panji.
----------------------------------------------------------------------
06.57
Tiga menit sebelum bel sekolah berbunyi, satpam berkumis tipis yang akrab disapa Mang Juki oleh anak-anak SMA Garuda sudah siap siaga menutup pintu gerbang sekolah.

"Awas-awas mang juki, minggir. BIM! BIM! BIM! BIIIIIIIIIIIIIIIIIM!" bunyi suara klakson andalan Panji yang sangat dihafal diluar telingga oleh mang Juki.

"Masih denger nji, belum tuli nih telingga. Ini saya juga tinggal nungguin kamu, dasar murid ngga tau terimkasih sama satpam sendiri," omel Mang juki begitu Panji memamerkan gigi rapi dan putih sambil cengingisan dengan nada tingginya.

"Maaf, yaa mang. Nanti kasih bubur ayam lagi deh," goda Panji, sesaat setelah turun dari motor dan melepas helm.

Hari ini adalah hari senin, hari terkutuk untuk siswa-siswa seperti panji karena harus datang tepat waktu dan memakai pakaian lengkap karena ruitinitas Upacara Bendera.

"Topi nya ngga dipake nji? Bu Anin udah keliling bawa tongkat sakti tuh," ucap mang Juki memperingatkan.

Bisa dibilang mang Juki itu sahabat Panji, selain akrab karena sering ng-Gym bareng diluar. Panji juga suka kasih traktir disaat Mang Juki kehabisan uang di tanggal tua seperti sekarang. Meski harus dengan berbagai drama yang dibuat oleh Panji.

"Tenang Mang, Panji kan anak rajin dan tidak sombong. Kalo inget. Haha.." kekehnya seraya menggeluarkan topi dari dalam tas eiger hitamnya.

"Titip ya Mang, jagain jangan sampe ilang, ini tas kalo dijual bisa dapat setengah gaji bulanan mamang," celetuk Panji seraya meletakan tas sekolahnya kemudian berlari takut keburu Bu Anin mempergokinya masih diluar barisan.

"PANJIII!!!" teriak Bu Anin saat melihat Panji mengendap-endap masuk kebarisan Upacara.

"Telat lagi kamu, sini jangan nyusup-nyusup kaya maling, temen-temen kamu aja yang datangnya lebih awal ngga dibolehin masuk barisan apalagi kamu!!" bu Anin sudah siap siaga dengan tongkat saktinya dan menghampiri panji yang berada pada barisan paling belakang kelas 12.

"Tenang, Ibu guru cantik dan penyayangku, jangan marah-marah nanti skincarenya luntur, kerutannya tambah banyak dimana-mana, kan sayang, dengerin panji. Panji itu udah datang dari tadi, dari pagi malahan, tapi di rumah tadi panji belum sempat buang air besar alias beol bu, jadi numpang beol di sekolahan. Nah, sampe sini..."

"Ngga usah banyak alasan, dikira Bu Anin ini bodoh, inget Bu Anin itu udah S-2 ngga bisa ditipu-tipu anak ingusan kaya kamu Panji. Maju ke depan SEKARAANG!" potongnya membuat Panji cengingisan, namun seorang Panji sudah sangat kebal dengan suasana seperti ini, hampir setiap minggunya diminggu pertama.

Walapun menjadi pusat perhatian semua siswa-siwa SMA Garuda tapi Panji tidak pernah merasa malu sedikitpun.

"Bu, tapi Pa..nji ta.. di paa.. gii diare bu, dan seka.. rang ma.. sih mules.. bentar bu," tuturnya dengan berakting sambil memegangi perut yang jelas tidak sakit, kemudian Panji berlari dengan segala upayanya menuju kamar mandi yang berada tepat dibelakangnya.

Bu Anin hanya bisa menghela nafas sambil terus beristighfar.
----------------------------------------------------------------------
08.00
"Eh, Ada bu Aninku sayang," ucap Panji sambil terkekeh menggaruk tengguk lehernya yang tak gatal.

Upacara Bendera sudah selesai dilaksanakan. Bu Anin masih setia menunggu Panji murid kesayangannya yang teramat sering membuat tekanan darahnya menjadi tinggi.

"Kamu diare, apa tidur di kamar mandi?" tanya bu Anin datar.

"Diare bu, beneran deh, apa perlu bukti?"

"Ikut keruangan saya sekarang," titah Bu Anin dengan intonasi garang.

"Lagi? Bu Anin tuh sebenernya kenapa sih, suka banget bawa Panji keruangan ibu. Jangan-jangan ibu diem-diem suka ya sama panji?" celutuk Panji dengan sembrono.

"Kamu ini, udah tahu salah bukannya minta maaf malah ngomong ngawur aja,"

"Bosen bu, ruangannya panas, gak enak. Mending diomongin di kantin aja. Gimana? Lebih seru juga jadi nggak serius-serius banget. Cepet tua, ngga takut susah cari jodoh bu?"

"PANJIIIIII" bentak Bu Anin semakin garang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Next?

22 Maret 2020

Jadi ini adalah cerita yang aku peroleh dari sedikit kisah masa lalu hehehe,
Tokoh lain dan konflik yang mengisi jelas fiktif. Jalan ceritanya murni dari hasil imajinasi sialan otakku wkwkwk. Padahal tugas aku menumpuk banyak sekai gara-gara covid 19. Semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT saat menjalankan urusan Amiiin.
Mohon beri dukungan untuk penulis amatiran ini, hehehe.
Aku tidak banyak menaruh harapan, hanya ingin menyampaikan apa yang pikiranku ingin. Mewujudkannya kedalam bentuk tulisan ini dan semoga bisa menjadi hiburan untuk kalian semua yang Stay at Home dan gabut ditengah kondisi Indonesia sekarang ini.
.
.
.
Fightiiiing!!!!!
.
Oiya, kalian boleh banget memberi kritik dan saran tentang cerita aku ini ya di kolom komentar atau lewat pesan pribadi
.
Bisa sapa juga aku liwat Instagram @_ikaoktafia
twitter @ikaoktafia11
.
.
Agar tulisan ini lebih mudah dan nyaman dibaca oleh kalian semua
.
Terimakasih banyak yang sudah menyempatkan berkunjung
.
BORAHAE 💜💜💜💜
.
salam dari Istri Jungkook di masa Depan
hehehehe

salam dari Istri Jungkook di masa Depanhehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang