2. Let Me

105 7 1
                                    

Where there is hope, there is always despair
~ Sea

16.00
"Itu nji," teriak seseorang.

Panji yang tengah asyik menyumpal mulutnya menggunakan vapor, mengalihkan tatapan kepada manusia yang sudah ditunggunya sedari tadi.

"Gak mungkin kalo elo dateng kesini sendirian?" ucapnya tenang sambil menghampiri seseorang yang juga tengah melangkah menghampirinya. Terlihat kini vapor itu jatuh menggantung di depan tubuh atlestis yang terbungkus oleh seragam SMA.

BUGH!
Satu pukulan keras mengenai bagian yang sama saat jam istirahat tadi siang.

BUGH!
Kedua kali di bagian sisinya, membuat sang empu meringis dan memegangi wajah yang sudah terlihat sedikit lebam.

BUGH!
BUGH!
BUGH!
BUGH!
BUGH!

Jelas saja Ilham akan sekarat, jika Sams tidak mencegahnya untuk berhenti. Sams menahan badan Panji saat ingin maju, meskipun tetap harus melawan banyak pemberontakan dari Panji.

Perlu diingat, Panji adalah pemegang sabuk hitam Taekwondo dan meraih berbagai kejuaraan bahkan tingkat Intrernasional.

"Gibran Panji Alamsyah, masuk ke dalam Top 5 besar kejuaraan Taekwondo se-Asia Tenggara" Judul Artikel di berbagai surat kabar 2 tahun yang lalu.

"Bangsat lo!" masih terus memandang intens seseorang yang terkapar didekat tiang penyangga bangunan. Bangunan itu adalah bangunan kosong yang sudah lama tidak dirawat, entah kenapa dan sejak kapan, bangunan itu dijadikan markas besar geng besar seantero kota, MORESZA.

"Sorry, gue ngga bermaksud buat jalan sama cewek lo kemarin. Sumpah, bukan gue yang ngajak," kalimat pertama kali yang muncul dari mulut seseorang bernama Ilham. Panji terkekeh, dengan seringai yang menghiasi wajah tampannya. Dia terlihat tidak terkejut akan apa yang didengar oleh telinganya.

"Bajingan, lo jalan sama Danti?" Briyan mendahului.

"Kelarr hidup lo!?" Langit menambahi santai.

"Apa-apaan, gue aja yang udah temenan bertahun-tahun nge-whatsapp aja izin Panji dulu, dasar bego!" sindir Zaka.

"Sumpah, gue ngga ngajak, Danti yang minta gue buat nemenin dia," jawabnya sambil terus merintih kesakitan.

Sementara Sams masih bingung dengan situasi yang terjadi, setahunya Panji menyerang Ilham karena anak itu sudah berkhianat dengan geng REGAZA dari SMA Taruna.

BUGH!
Suara bogeman terdengar kembali membuat Sams tersadar dari dunianya. Sejak kapan Panji terlepas dari genggamannya?

Entah sudah berapa kali Panji berhasil menghantam Ilham dengan kedua tanganya, hingga membuat Ilham meronta meminta ampun.

"Gue pikir masalah lo udah besar karena lo udah jadi dalang dari masuknya Arka ke Rumah sakit minggu lalu. Ternyata bahkan lo berani cari masalah pribadi sama gue??" satu lagi bogeman mendarat di pelipisnya, dan sudah dapat dibayangkan bagimana keadaan Ilham yang terus mendapat serangan bertubi-tubi dari Panji.

Kejadian itu, tidak luput menjadi bahan tontonan puluhan pasang mata yang ada di belakang. Mereka adalah anggota MORESZA yang lain. Tak banyak juga yang dapat mereka lakukan selain menonton, karena Panji tetaplah Panji dengan sifat humoris yang beriringan dengan sifat brutalnya.

"Gue peringatin," ucapnya sambil memutar badan dan tatapan tajam keseluruh penjuru arah. "Gue nggak bakalan biarain orang spesies kaya orang ini.." Panji menjeda kalimat, lantas sedikit menyenggol badan Ilham dengan kaki jenjangnya. "Hidup damai di sekolah maupun di luar sekolah, jadi teruntuk kalian yang merasa sok jagoan dengan main kroyokan apalagi bikin malu nama MORESZA, gue persilahkan maju, hadepin gue sekarang atau kalian bakal tinggal nama setelah buat onar," lanjutnya mengintrupsi.

PANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang