Fanya dibuat terbangun ketika dering handphone miliknya berbunyi serta bergetar dengan begitu kerasnya.
Setelah tahu ternyata itu adalah dering alarm, Fanya menghela nafasnya panjang. Ntah apa yang ia pikirkan kali ini, yang pasti ia merasa sepi.
Pandangannya menatap lurus pada pintu tua yang berada persis didepan nya, ia terdiam selama beberapa saat tanpa alasan.
"Kemana dia?" Fanya tersadar dari lamuannya lalu mengedarkan pandangan sekitar dan netranya menemukan sosok yang ia cari tadi.
Seorang laki-laki, masih dengan pakaian yang sama seperti 2 hari yang lalu itu tertidur dibawah kasur yang ia tiduri.
Badannya meringkup, Fanya bisa lihat dengan jelas bahwa didahi lelaki itu mengeluarkan banyak keringat. Tubuhnya bergetar kecil, terlihat sangat gelisah. Lèo sedang mengalami mimpi buruk dalam tidurnya.
Astaga, apa dia semalaman tidur disana?
Dengan ragu-ragu, Fanya turun menghampiri Lèo untuk mengelap dahi Lèo yang penuh peluh itu dengan tisu yang sudah ia ambil dari dalam tas nya.
Saat hendak bangun mengambilkan selimut, tangan fanya tertahan karna Lèo yang tiba-tiba menggenggamnya.
Netranya yang berwarna hitam pekat terpaku pada netra milik Lèo yang warnanya Coklat Keemasan itu.
Indah, memang. Sampai membuat Fanya dalam diam bergumam kagum.
"Sebernarnya, kau siapa?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Fanya tanpa ia sadari.
Lèo menghela nafasnya pelan, dan bangun dari posisinya dengan perlahan. Wajahnya tertunduk kebawah, lalu beberapa detik kemudian ia angkat kembali.
"Akupun, tak tahu aku siapa." Mendengar jawaban Lèo yang ambigu seperti itu, Fanya menghela nafasnya lalu bangkit.
"Lalu, untuk apa kau kemari?" Tanya Fanya datar
Lèo menggelengkan kepalanya pelan, pandangannya terus saja kebawah. Mencoba mengingat lagi, apa yang sebenernya harus ia lakukan disini?
"Lalu... apakah cerita 'itu' ternyata hanya omong kosong mu saja?"
Lèo tahu, cerita mana yang Fanya maksud. Ia menggeleng. Jujur, ia menceritakan cerita yang sebenarnya kepada Fanya malam itu. Sebuah ingatan yang satu-satunya tertinggal di Memori milik Lèo.
"Kau tahu? Aku tidak akan pernah percaya pada mu."
Aku tahu... tanpa kau mengatakannya juga aku tahu. -Lèo
Lèo mentap Fanya yang mulai berbicara itu dengan pandangan yang sendu,
"Tapi aku menceritakan yang seb-"
"Kau itu bukan siapa-siapa dihidupku. Lalu, atas dasar apa aku bisa mempercayaimu? Dengan cerita yang kau bilang waktu itu? Heol... bahkan anak kecil saja bisa membuat karangan cerita seperti itu." Untuk kesekian kalinya fanya menghela nafasnya, guratan wajahnya berubah seperti orang yang akan meledak sedikit lagi,
"Mungkin ini akan terdengar jahat bagi mu," fanya menjeda kalimatnya
"Bisakah kau keluar? Aku merasa tidak nyaman, dan terganggu." Ucap fanya dengan dingin pada akhirnya.
Lèo yang mendengar itu hanya bisa menundukan kepalanya lebih dalam. Mengehela nafasnya pelan, lalu bangkit dan berjalan keluar dari flat itu.
Sesungguh nya ada perasaan mengganjal saat fanya mengucapkan kalimat itu. Namun ini semua demi kenyamanan fanya sendiri. Ia bahkan tidak habis fikir, ada seorang macam Lèo datang ke kehidupannya yang sangat kekurangan seperti ini. Karna bagaimana pun tampilan, dan pakaian yang dikenakan Lèo sangat lah jauh lebih berkualitas dibanding jeans pudar dan kemeja lama yang biasa fanya pakai untuk kekampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [ BBH ] ✔
FantasyTitle Book : ENIGMA _____________________ Sipnosis : a riddle of destiny Aku tak percaya tentang Takdir. Tapi aku percaya, kalau kamu dikirimkan tuhan hanya untuk ku. Aku Lèo, seseorang yang datang dari masa depan. Aku dikimkan kembali ke bumi kar...