Enigma •{ 01 }•

70 23 7
                                    

"Zefanya Galendria"

"Hadir"

Setelah penyebutan absensi selesai, Zefanya Galendria atau biasa disebut Fanya oleh teman-teman nya itu melangkah keluar kelas bersamaan dengan anak lain.

Kelas terakhir telah selesai, sekarang waktu untuk dirinya pulang dan beristirahat disebuah Flat sempit yang ia ditinggali.

"Fanya! Apa akhir pekan kamu sibuk? mau ikut jalan-jalan denganku ?" Mendengar namanya disebut ia pun mengalihkan pandangan dari jalan raya kearah suara disampingnya

"Oh, sejin-ah... tidak. Sabtu besok aku harus kerja diladang milik pamanku." tolak fanya secara halus

"Ah.. sayang sekali, besok aku dan Tresa akan pergi kepusat perbelanjaan dan membeli beberapa printilan kecil yang lucu"

Fanya tersenyum masam, ah.. andai saja dirinya memiliki cukup banyak uang tabungan pastinya ia akan meminta libur pada paman untuk akhir pekan ini.

"Busnya sudah datang, aku duluan ya sejin! Sampai jumpa." Fanya segera menaiki bus setelah melambaikan tangan dan berpamit pergi pada sejin, sejin membalasnya dengan senyum ramah dan membalas lambaian tangan dari fanya

"Hati-hati! Sampai jumpa." Teriak sejin saat fanya sudah menaiki bus nya

Di dalam bus, ia mengambil tempat duduk disamping jendela lalu mengeluarkan Eraphone yang sudah terpasang sempurna pada ponsel miliknya.

Hidupnya terlalu datar. Senin sampai jum'at ia bekuliah, sepulang dari kuliahnya ya itu jam 2 ia melanjutkan berkerja part time disebuah Supermarket kecil dari hari senin sampai rabu saja. Sabtu minggu ia gunakan untuk membantu paman nya berkerja diladang untuk mendapatkan uang tambahan.

Teman-temannya rata-rata sudah memiliki pasangan, tak sedikit dari mereka yang sudah menikah. Di umur fanya yang sudah memasuki 23 tahun, dirinya masih belum pernah merasakan bagaimana indahnya berpacaran seperti kata teman-teman nya.

Fanya, gadis bersurai panjang sebahu itu terlalu fokus untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia bisa menjadi sukses dengan hasil keringatnya sendiri. Sampai lupa menyiramkan sebuah perasaan pada hatinya yang sudah mati sejak 7 tahun yang lalu.

Setelah menuruni bus, dirinya berjalan kaki memasuki gang kecil yang agak kumuh untuk menuju flatnya. Dan sampai lah ia pada banguan persegi 5 × 5 meter dengan pintu kayu tua berwarna coklat pudar.

Bangunan ini tak memiliki jendela, hanya ada fentilasi diatas pintu dan sedikit 4 celah bulat sebesar lingkaran kaleng soda yang berada di sisi tembok satunya.

Siapapun yang melihat bangunan itu pasti berfikiran untuk tidak akan menginjakan kaki kedalam bangunan kumuh bercat putih kusam itu.

"Apa kau bisa bernafas didalam bangunan itu?"

"Aku tak ingin tinggal disana, sebisa apapun aku pasti akan menempatkan diriku dibangunan yang layak. Tidak sempit, kumuh dan pengap seperti itu."

Seperti itu komentar orang lain saat melihat fanya keluar dari flatnya.

Didalamnya hanya terdapat ranjang dengan tinggi selutut lemari kecil dan meja yang berisi buku matkulnya serta kamar mandi dengan perlengkapan kebersihan didalamnya.

Aish... aku lupa membeli pembalut.

"AKKHH!!!"

Dirinya baru saja ingin berbalik badan untuk membeli pembalut, tapi langkahnya terhenti saat mendengar pekikan keras dari dalam flat miliknya.

Aku... tidak salah dengar kan?!

Dirinya mendekatkan telinga kearah pintu tua flatnya. Dirinya masih terkejut karna tiba-tiba mendengar pekikan keras dari dalam flatnya. Tapi suaranya terdengar seperti suara seorang pria?.

Enigma [ BBH ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang