Enigma •[ 06 ]•

20 2 0
                                    

Pagi ini seperti hari-hari sebelumnya, Fanya mulai aktif berangkat kuliah kembali setelah 4 hari cuti absen karna mengurus apartment barunya bersama Leo

"Fanyaaa~~~" Sejin memeluk Fanya dari belakang yang membuat Fanya agak oleng sedikit

"Apa~?" Fanya memasang wajah malas yang membuat Sejin mengerucutkan bibirnya

"Apa-apaan kau ini? Sudah cuti absen, dan susah dihubungi pula, dan sekarang malah menatap ku seperti ini?!" Protes Sejin

"Bukan seperti itu..."

"Lalu seperti apa????" Tidak ada balasan selama beberapa detik berlalu, Fanya hanya tersenyum tipis

"Terimakasih," ucap Fanya tiba-tiba

"Apa? Apa aku tidak salah dengar???" Fanya tahu Sejin saat ini sedang menggoda nya

"Lupakan..." Fanya melanjutkan langkah nya yang terhenti tadi

"Ngomong-ngomong, kau berterimakasih untuk apa?" Tanya sejin yang sudah menyamakan posisinya jalannya pada Fanya

"Ntah... Ingin saja berterimakasih, memangnya harus ada alasannya?" tanya Fanya  balik

"Ck, kau ini bukannya menjawab malah balik memberi pertanyaan..." Celetuk Sejin yang membuat Fanya terkekeh sedikit

Jujurnya setelah Sejin perhatikan, Akhir-akhir ini Fanya terlihat baik-baik saja. Bukan maksudnya Fanya yang sebelumnya tidak baik-baik saja... Hanya saja Sejin merasa bahwa Fanya yang sekarang lebih sedikit Bahagia dari sebelum nya.

Iya, dia merasa ada perubahan dari aura yang dipancarkan Fanya, jika sebelumnya Fanya selalu memancarkan aura suram, kelabu dan seperti putus asa, sekarang... Entah mengapa ia merasakan bahwa Fanya memiliki setitik Cahaya di dirinya. Entah Fanya menyadarinya atau tidak, yang jelas itu dari sudut pandang Sejin, selaku teman dekatnya Fanya selama beberapa tahun belakangan ini.

"Oh?! Kau sudah masuk rupanya!" Ucap Tressa yang bertemu dengan mereka berdua di koridor

Tressa, Sejin, Fanya berjalan beriringan menuju kelas yang beberapa menit lagi akan mulai itu.

Dalam diam, Fanya menyadari sesuatu yang salah pada dirinya selama ini.

Bukan Tressa dan Sejin yang kurang dekat dengan nya, melainkan dirinya lah yang kurang membuka diri kepada mereka berdua.

Sudah berapa lama aku seperti itu...?

Kenapa aku bisa sejahat itu pada mereka berdua yang selalu ada untukku selama ini?

Dalam perjalanan, Fanya terus-terusan bermonolog pada dirinya sendiri, ia merasa sangat-sangat bersalah pada Sejin dan Tressa.

"Sejin, Tressa..." Fanya menghentikan langkahnya

"Eung???" Sejin menatap bingung fanya sambil mengedipkan matanya beberapa kali

"Kenapa...?" Sedangkan Tressa mengangkat kedua alisnya menatap Fanya dengan pandangan seperti menunggu fanya melanjutkan kalimatnya

"Terimakasih, karna selama ini kalian selalu mengkhawatirkan aku, mencari ku disaat aku tidak masuk kuliah, dan selalu berusaha mengubah ku menjadi periang dan ceria agar aku menemukan kebahagiaan didalam diri ku...."

Tressa dan Sejin terdiam mendengarnya

"Aku tahu ini terlalu tiba-tiba untuk sekedar mengucapkan terimakasih... Tetapi ternyata lambat laun aku menyadari sesuatu, kalau kalian bukan hanya sekedar teman bagiku, kalian seperti Keluarga baru ku. Disaat aku sedang kesepian dengan senang hati kalian menemaniku, tapi disaat-saat kalian merasakan hal yang sama seperti ku... Aku malah tidak peka, dan terus-terusan berlarut dalam pikiran dan kehidupanku sendiri,"

"Aku-.. aku tidak tau harus bagaimana lagi, tapi pada akhirnya aku menyadari kalau kalian memang Sangat berarti bagiku. Terimakasih sudah menjadi teman- ah, bukan... Terimakasih karna kalian telah menjadi keluarga baruku, dan Maaf jika selama ini aku masih belum menjadi teman yang baik bagi kalian."

Fanya mengucapkan kalimat itu dengan wajah yang agak di condongkan kebawah, netranya menatap lantai kusam Kampus yang jarang sekali ada yang membersihkannya, dia tidak berani menatap kedua mata temannya itu, karna bisa-bisa sebelum ia mengucapkan semuanya ia malah menangis dahulu.

Tressa dan Sejin memeluk Fanya, memberikan pelukan ternyaman bagi Fanya. Karna sudah lama ia tidak menerima pelukan yang sehangat pelukan Ibunya saat ia dalam ketakutan dulu.

"Kau tidak perlu berterimakasih, aku dan Sejin sangat senang dulu kau mau berbaur dan berteman dengan kami. Meski dulu kau pasti kesusahan ya? Menghadapi 2 orang asing yang tiba-tiba sok akrab dengan mu," Fanya menyeka bekas air mata yang tanpa seizinnya mengalir begitu saja

"Tapi berkat kalian, aku... Setidak nya aku ada alasan untuk kembali Bahagia."

"Tentu saja kau harus bahagia! Jangan terlalu dalam memikirkan kehidupan yang rumit ini! Kalau kau merasa bosan, jangan sungkan menelpon salah satu dari kami! Apa gunanya saling menyimpan nomor tapi jarang memberi kabar!" Tressa dan Fanya menatap Sejin yang sedang menahan tangisan nya dengan melayangkan protes seperti itu dengan tersenyum tipis

"Hei, kalau ingin menangis, menangis saja... Tidak perlu takut bedak mu itu luntur karna air mata mu." Celetuk Tressa yang membuat Sejin akhirnya menangis lebih kencang dibanding Tressa dan Fanya

"Dasar bodoh, tidak perlu berteriak seperti itu juga! Apa kau tidak sadar jika kita jadi diperhatikan orang sekitar?!"

Senyum yang dulu terasa sangat berat untuk Fanya berikan pada hal-hal kecil seperti ini, sekarang tanpa beban merekah begitu saja bagaikan bunga yang bermekaran saat musim semi.

_

Dari jarak kejauhan, ada seseorang yang ikut Bahagia melihat senyum Fanya yang telah kembali lagi,

"Aku harap kau terus bahagia seperti ini mulai detik ini, menit ini, hari ini, dan sampai kapan pun itu... kau harus Bahagia."

_

Bersambung....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Enigma [ BBH ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang