Enigma •{ 04 }•

10 2 0
                                    

Fanya tertawa -dengan sarkas, saat mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.

"Jadi kau ini sebenarnya apa? Penipu yang memiliki ilmu hitam?" Tanya fanya

"Kumohon, tolong jangan salah faham dulu..."

"Wah, bahkan disaat-saat seperti ini pun kau masih ingin mencari celah pembelaan ya?" Ucap fanya dengan sarkas yang membuat Lèo tertunduk dan terdiam.

"Coba jelaskan, bagian mana yang harus tidak aku salah pahami sejak kau yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi milik ku sampai tadi menghipnotis paman ku yang mengatakan bahwa kau dan aku sudah menikah. Coba jelaskan!" Bentak fanya

"Sedangkan, aku mengenalmu saja tidak!" Lèo masih terdiam,

Hah, sudahlah... aku sungguh sangat lelah akhir-akhir ini...

Apa tuhan benar ada?

Boleh kah aku mati sekarang saja? Kenapa hidup ku sejak dulu tidak pernah berjalan dengan kata 'Baik-baik saja'. Kenapa?!

"Kenapa kau meragukan keberadaan tuhan?" Tanya Lèo tiba-tiba, yang membuat ku mendengus kesal

"Ya, Berhenti lah untuk menguping apa yang sedang hati orang lain ucapkan! Kau sangat tidak sopan!" Ketus fanya yang membuat Lèo kembali menciut, melihat itu tentunya semakin membuat fanya menjadi mencerca Leo

"Aku tanya sekali lagi, kau itu sebernarnya apa? Dan bagaimana kau bisa menghipnotis paman ku seperti tadi?"

"Aku sudah jelaskan, aku tidak menghipnotisnya. Aku hanya memberinya sedikit memori yang ku buat sendiri."

"Dan seperti jawaban ku yang sebelumnya, aku ini anak mu. Aku dikirimkan kembali ke bumi karna menerima rasa penyesalan yang teramat dalam dari orang yang ku cintai. Aku kemari hanya untuk mencegah dirimu agar tidak melakukan kesalahan yang akan kau perbuat nantinya."

"Oke stop. Cukup sampai sini." Fanya mengarahkan jari telunjuk nya didepan wajah Leo

Hah... bisa gila aku lama-lama...

"Apa kau masih tidak percaya?" Tanya Lèo sambil menatap kearah ku

"Ntahlah," jawab fanya tanpa menatap Lèo lalu membuka sebuah kaleng Bir

"Kau tidak bisa minum ini," mata fanya mendelik saat kaleng Bir yang sudah hampir menempel pada bibirnya ditarik oleh Lèo dengan cepat.

"Ya! Kembalikan Bir itu!"

"Keadaan kau sedang tidak baik, kau tidak boleh minum Bir untuk saat ini. Lebih baik kau minum Vitamin yang sudah ku belikan dan tidur."

Sepertinya fanya memang sudah sangat lelah saat ini, terbukti ia langsung berdiri mencari vitamin yang Lèo maksud tadi dan meminumnya dengan tenang tanpa berdebat terlebih dahulu seperti biasanya.

"Kau," Lèo menatap fanya karna merasa terpanggil

"Jika ingin tidur ambil lah selimut tebal di lemari bagian bawah, serta kenakan kaus kaki jika kau merasa kedinginan." Ucap fanya yang langsung menaiki kasurnya dan tidur dengan lelap disana.

Sedangkan Lèo hanya terdiam sambil memandangi punggu fanya yang sudah bergerak dengan teratur, menandakan ia sudah tertidur dengan lelap.

"Padahal seharian ini kau belum makan apa-apa." Gumam Lèo

Ia pun segera bangkit dari duduk nya dan mengambil apa yang telah fanya bilang tadi. Setelah membereskan selimut nya ia pun berbaring disana.

"Selamat malam, Istriku. Semoga kau mimpi indah malam ini, maaf... aku masih saja merepotkan mu." Ucap nya sebelum memejamkan mata.

🌹☄🌹☄🌹☄🌹

"Oh? Kau sudah bangun rupanya. Apa tidurmu nyenyak?" sapa Lèo hangat yang diangguki singkat oleh Fanya

"Lumayan," katanya sambil bangun dan merapihkan tempat tidurnya itu

"Kau suka bubur? Barusan aku membelinya," tanya Lèo sembari mengeluarkan kotak makan yang berisikan bubur

"Apa ini untuk ku?" Bukan nya menjawab fanya malah bertanya

"Ya, jika kau mau kau boleh-" Tanpa menunggu Lèo menyesaikan kalimatnya, Fanya sudah menyambar sendok dan kotak makan yang berisikan bubur ayam itu dari tangan Lèo.

"Terimakasih!"

Lèo mengangguk, dengan samar nampak sebuah senyuman dibibirnya. Yang tentunya senyum itu tertangkap basah oleh Fanya

"Hm? Apa kau tadi tersenyum?"

"Y-ya?" Tanya Lèo dengan gelagat yang seperti orang terkejut

Fanya menggeleng cepat, ia tidak ingin banyak bicara pagi ini karna perutnya sudah sangat lapar

"Ah, tidak. Lupakan saja." Ucap fanya yang langsung memakan buburnya.

Ditengah-tengah makan Fanya tersadar akan sesuatu.

"Hei," panggil fanya ke Lèo, Lèo yang sedang menyesap kopi kalengannya menoleh ke fanya

"Ya?"

"Bagaimana bisa kau tahu kalau aku tidak suka Kacang dan Kecap ketika makan bubur?" Tanya fanya yang membuat Lèo terdiam terkejut. Hanya saja Fanya tidak menyadari gelagat aneh dari Lèo.

"Ah itu, kebetulan waktu aku membeli bubur penjualnya salah menaruh toping di bubur pembeli lain. Jadi dari pada lama menunggu, buburnya ku ambil lalu bayar." Jelas Lèo yang hanya di angguki oleh fanya

"Hmm untunglah, jika ada kacang mungkin aku akan mati sesak nafas nantinya..." Kata fanya

"Kau alergi terhadap kacang-kacangan ya?" Tanya Lèo yang diangguki langsung oleh sang empu

"Hm, waktu itu aku dibelikan sarapan oleh teman ku... dia sebelumnya tidak tau jika aku mempunyai alergi ini. Dia memesankan aku bubur sebelum masuk kelas, aku sendiri pun tidak sadar kalau ada kacang di mangkuk bubur ku... alhasil setelah beberapa saat memakan buburnya aku menjadi sesak nafas dan hampir pingsan... hahaha" jelas fanya dengan tertawa kecil diakhir ceritanya

"Aku sedang beruntung hari ini, karna aku tidak akan mengeluarkan uang untuk biaya rumah sakit nantinya, hahaha"

Lèo tersenyum saat mendengar suara tawa fanya yang terdengar Cantik dan Ramah tadi. Suaranya tawanya bukan yang dibuat-buat, alami. Dan lagi senyum yang fanya punya pagi hari ini juga sangat Cantik sekali.

"Fanya," fanya menatap Lèo dengan bingung saat ia menganggil namanya

"Ya?"

"Aku berncana akan membelikan  Apartment."

"Hah?" Lihat lah, ekspresi fanya sekarang sangat imut. Ia terkejut, namun kenapa ia bisa seimut ini?

"APA?!" lamuan Lèo tadi tentang Fanya seketika pecah saat mendengar lengkingan keras dari Fanya

"Bisa pecah gendang telinga ku..." gumam Lèo

"K-kau, apa??? Akan membelikan apartment?" Tanya fanya, masih dengan ekspresi terkejutnya. Lèo mengangguk kaku

"Apartment untuk siapa? kau?"

"Untuk kita. "

_

Bersambung....

Enigma [ BBH ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang