Enigma •{ 02 }•

54 14 2
                                    

"APA KAU SERIUS?!"

"Tresa kecilkan suaramu, bodoh." Maki sejin pelan, dan tersenyum kikuk pada pelanggan Kafè yang merasa terganggu akan teriakan tresa tadi.

"A-ah... maaf-maaf, aku hanya terlalu terkejut akan cerita Fanya tadi," balas tresa sembari memberi peace pada 2 orang dihadapan nya itu

Sedangkan Fanya hanya menatap datar keluar jendela. Keadaan Fanya sekarang tidak baik sama sekali. Sungguh! Baju yang ia kenakan masih pakaian kemarin yang ia pakai ke kampus. Wajahnya sedikit kusam, bibirnya pucat pasi dan ada lingkaran lelah dari bawah matanya.

"Kau.. serius tidak membawa barang apapun dari rumahmu? Bahkan dompet atau ponsel?"

Fanya menatap sejin dengan pandangan kosong, dan tak berkedip selama beberapa detik. Jujur itu membuat sejin dan tresa agak ketakutan.

"Akh, lupakan saja. Lagi pula kalian tidak akan percaya dengan ceritaku tadi." Kata fanya lemah sambil menidurkan kepalanya diatas meja, pandangannya kembali pada jalanan yang terlahangi oleh kaca bening di sampingnya

Sejak kejadian kemarin sore, fanya lari dari flat miliknya. Masa bodoh dengan barang-barang yang tak ia bawa, karna kemarin ia benar-benar shock dan takut makanya ia kabur tanpa memikirkan apapun.

Ya, fanya tahu tindakannya termaksud tindakan ceroboh. Namun mau gimana lagi? Ini fanya yang merasakan langsung.

Dan sekarang tampilan fanya sudah benar-benar seperti gembel jalanan. Dan beruntungnya ia bertemu dengan sejin dan tresa yang ingin menaiki bus menuju pusat kota seperti katanya kemarin.

"Kalau gitu, ayo kita kesana!"

"Hah?! Yang benar saja! Aku tak mau!" Fanya yang tadinya sedang menatap kosong jendela luar menjadi kaget karna penuturan sejin tadi

"Fanya, memangnya kau mau terus-terusan seperti ini? Setidaknya kalau dia bertindak macam-macam kita bisa melawannya!"

"Iya, kita bertiga sedangkan dia hanya seorang diri."

Fanya terdiam, bibirnya seakan dibelengu tak berbicara lama sekali. Jujurnya, fanya masih belum bisa menerima beberapa bagian cerita yang Leo ucapkan kemarin. Dan bagian dari cerita itu fanya tak beritahu kepada teman-temanya.

"Aku takut..." cicit fanya pelan

Tresa mengelus pundak fanya dengan prihatin,

"Aku akan segera menghubungi paman ku jika nanti terjadi apa-apa."

"Aku juga akan berteriak sekencang mungkin kalau nanti terjadi apa-apa pada kita!"

"Hei, teriakanmu bahkan tak setinggi teriakan ku sejin!"

"Aish, disaat seperti ini kau masih mau bersombong diri?!"

Mendengar kedua temanya yang sudah mulai ribut tidak jelas, fanya pun segera melerainya

"Baiklah."

Dan siang itu mereka pun telah berada di depan sebuah bangunan yang sdah fanya tinggali kurang lebih 2 tahun yang lalu.

"Kunci?"

Fanya menggeleng kaku,

Kaki kurus sejin yang awalnya ingin menapaki lantai luar flat fanya terhenti kaku saat mengetahui ada seorang pria yang keluar dari sana, bahkan fanya hanya terdiam kaku ditempat seperti patung saat mengetahui orang yang keluar dari flatnya adalah Lèo.

Namun tak seperti tiga perempuan yang dihadapan nya sekarang, alih-alih Lèo juga akan sama terkejutnya dengan fanya, Lèo malah bersandar santai di tembok pintu dengan tatapan lurus tertuju pada fanya.

Enigma [ BBH ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang