Ereri
By adeknya_eren"Levi, aku membakar rotinya!"
"Dasar! Sudah kubilang ambil rotinya dari tadi!"
"Maaf, kucing ini tidak mau turun dari pahaku, dan sekarang pahaku sudah berkeringat."
"Berhenti beralasan, sekarang cuci loyangnya!"
"Baik."
...
"Levi, aku merobek busanya. Maafkan aku!"
"Setidaknya biarkan loyangnya terendam air dulu supaya bekas terbakarnya lunak."
"Tapi aku takut kau memarahiku lagi."
“Aku tidak akan marah, Eren. Sekarang rendam dulu loyangnya."
...
Yah, kurang lebih itulah yang terjadi pagi ini. Eren terus merusak barang-barang kami, bahkan yang masih baru sekalipun. Seharusnya aku sudah terbiasa dengan keadaan ini, tapi aku tidak akan toleran jika alat kebersihanku dirusak, contohnya busa untuk mencuci piring. Aku baru membelinya tadi malam.
Saat ini, Eren menunduk sambil berlutut di hadapanku. Aku sendiri duduk di atas sofa ruang keluarga dengan kucing hitamku tertidur di sampingku. Kaki kananku menimpa kaki kiriku dan kedua tanganku terlipat di depan dada, menatapnya tajam seolah Eren adalah pidana perampokan bank.
“Maaf."
"Aku hampir lelah mendengar kata itu," sebenarnya aku tidak bermaksud mengatakan itu dengan nada meremehkan, hanya saja aku memang lelah.
"Aku berusaha tidak ceroboh hari ini. Aku tidak mau merusak barang-barang kita lagi. Aku tidak ingin ceroboh."
"Eren, kenapa kau tidak coba memulainya dari dirimu? Contohnya, setidaknya kau buatlah kotak-kotak kecil untuk barang-barangmu, perhiasanmu. Kau juga bisa merapikan sepatumu di rak sepatu, jadi kau tidak perlu berteriak histeris waktu sepatumu hilang. Katanya kau ingin terlihat rapi untuk penggemarmu?"
Eren merasa sangat sedih. Levi bisa melihat kedua telinga anjing Eren merapat di kedua sisi kepalanya, ekor tebalnya terkulai lemas di lantai, tapi itu hanya imajinasi Levi. Biasanya Eren selalu terlihat bersemangat, menggebu-gebu, tapi Eren sekarang seperti anjing yang ditendang pemiliknya, yang mana pemiliknya adalah Levi sendiri.
"Maaf," Eren menunduk semakin dalam. Tangan perusaknya meremas kain celananya hingga kusam. Ia merasa gagal menahan diri.
Levi hampir sesak nafas ketika udara di sekitarnya terasa sangat berat, dipenuhi oleh aura depresi dan kekecewaan yang sangat kental dari tubuh Eren. Levi sering merasakan hal ini tapi dia tidak bisa membiasakannya. Sudah sepatutnya omega tunduk pada alphanya hanya dengan pheromone dari alpha itu sendiri. Jadi Levi tidak akan bisa menahan tubuhnya untuk tidak sakit berkat aura dari Eren.
"Eren, berhenti!" Levi menahan kedua bahu Eren dan mengguncangnya. Eren terkejut hingga menegang.
"Oh, maaf. Aku tidak sadar," Eren menyibak poninya ke belakang. Eren berkeringat banyak berkat penghangat ruangan.
"Iya, jangan khawatir," Levi ikut merapikan rambutnya agar tidak terlalu kepanasan.
Kucing hitam Levi terbangun. Tubuh mungilnya direnggangkan sejenak sambil menguap lebar. Kucing tersebut -Rivaille- menjilati bulu-bulu tebalnya hingga berkilau dan menatap tuannya. Entah mengapa, Levi merasa bahwa Rivaille merupakam cerminan dirinya, tatapan tajam dari mata sipit sebagai bukti."Meow!" Rivaille turun dari sofa dan bermanja pada Levi. Levi pun mengelus bulu berkilau tersebut dan mengangkatnya.
Eren memperhatikan interaksi keduanya. Jujur, Eren cemburu melihatnya. Rivaille selalu bisa menghibur Levi, berbeda dengan dirinya yang selalu menyusahkan Levi. Ia merasa tidak pantas bersanding dengan laki-laki sempurna seperti Levi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Birthday Eren 2020: Fics
Fiksi PenggemarSemua cerita disini adalah fanfiction hasil submission orang orang yang telah ikut serta dalam PROJECT BIRTHDAY EREN JAEGER 2020. Terima kasih untuk kiriman karya karyanya!