🌸 1

18.7K 788 15
                                    

Chapter 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 1

"Grace...!" Aida memanggil Grace dengan suara cempreng dan lumayan nyaring di saat Grace baru saja duduk di bangku ruang kelas.

Grace menoleh ke arah sumber suara, ia melambaikan tangannya ke arah Aida yang memanggilnya dan Aida berlari kecil mendekati Grace.

"Miss Albert memanggilmu, sekarang." Aida memberitahu sahabatnya.

"Miss Albert?" Grace memiringkan kepalanya.

"Ya." Aida menjawabnya dengan acuh.

"Untuk apa?" Grace mengerutkan keningnya sambil menatap wajah Aida. "Seingatku tidak ada tugas darinya."

"Benar, kita tidak memiliki tugas. Mungkin saja perawan tua itu menanyakan kapan kau akan mengambil magang," jawab Aida sambil meletakkan tasnya di atas meja.

"Magang?" Grace menepuk jidatnya sendiri tanpa bangkit dari duduknya. "Aku melupakannya. Bagaimana dengan tempat magangmu? Apa kau sudah mendapatkannya?"

"Ya, aku mendapatkannya," jawab Aida.

"Kau tidak memberitahuku," sungut Grace.

"Aku baru mendapatkan email dari perusahaan yang kupilih, setengah jam yang lalu."

"Di mana?" sepertinya Grace lebih penasaran dengan tempat magang Aida dibanding tempat magangnya sendiri.

"Oh. Ayolah, Grace. Miss Albert menunggumu, kita bisa bicara nanti," sungut Aida. Mereka adalah teman satu kamar di asrama dan Grace sedang bersikap seolah mereka tidak memiliki waktu lain untuk mengobrol.

Grace menyeringai, ia perlahan bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju ruangan di mana Ivy Albert menunggunya.

"Grace, aku sudah kendapatakan tempat magang yang cocok untukmu." Ivy menyodorkan sebuah amplop berwarna putih tanpa menyuruh Grace duduk terlebih dulu.

Wanita berkacamata yang sering dipanggil perawan tua oleh mahasiswa di kampus itu selalu memasang ekspresi wajah yang begitu dingin dan datar, pantas saja hingga kini belum ada pria yang tertarik kepadanya meski usianya sepertinya telah memasuki empat puluh lima tahun.

Grace menerima dan perlahan membuka amplop itu. Perlahan pula ia membuka lipatan kertas di tangannya, membaca deretan huruf di atas kertas yang membuat lututnya terasa lemas seketika.

Tidak mungkin.

Grace menelan ludahnya. Ini bukan berita baik, tetapi sebaliknya kerena tempat magangnya adalah tempat yang paling ia hindari selama ini.

Oh, My Brother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang