🌸 9

5.4K 283 12
                                    

Chapter 9

Setelah membiarkan William memeluknya beberapa saat, Grace mengubah posisinya menjadi duduk. Telapak tangannya menutupi bagian depan dadanya. "Di mana pakaianku?"

"Kau tidak memerlukan itu," jawab William yang juga telah mengubah posisinya.

"Willy, aku harus kembali ke asrama," kata Grace lirih.

"Tempatmu di sini, tinggal bersamaku," ujar William dengan nada diktator.

Grace menghela napasnya. Demi Tuhan, William sekarang adalah orang yang paling dibenci oleh Grace tetapi pria itu bersikap seolah ia tidak memiliki dosa apa pun kepada Grace.

Suatu saat aku akan membalas semua perbuatanmu kepadaku, William. Tidak peduli kau seorang Johanson. Bahkan jika langit terbelah dua sekalipun aku tidak akan pernah memaafkanmu.

Tanpa memedulikan ucapan William, Grace menurunkan kakinya bermaksud melangkah menuju kamar mandi. Namun, baru saja satu langkah ia tak mampu lagi melanjutkan langkahnya karena area sensitif di antara kedua pahanya terasa sangat sakit. Ia terduduk dan tangisnya kembali pecah.

"Willy, kau benar-benar bajingan...!" maki Grace dengan suara tertahan.

William bangkit meninggalkan tempat tidur mengambil sepotong boxer yang teronggok di atas lantai lalu mengenakannya.

"Apa sangat sakit?" nada bicaranya berubah, tidak ada William yang diktator lagi tetapi itu adalah nada yang sangat penuh kekhawatiran dan begitu lembut.

Tangis Grace semakin nyaring, William menggaruk kepalanya. Ia tidak tahu jika Grace akan mengalami kesakitan seperti itu, yang ia ingat tadi malam gadis itu hanya merintih dan mengerang di bawah kuasanya. Gadis itu menikmati malam panjang mereka, itu adalah pengalaman pertama mereka berdua. Butuh waktu yang sangat lama untuk menembus dinding pertahanan milik Grace hingga William mendapatkan kesucian Grace.

Sikap William akhirnya melunak, ia mengangkat tubuh Grace menggendongnya ala bridal style dan memandikan Grace di bawah pancuran shower. Kemudian ia memeluk dari belakang tubuh Grace sambil berendam di dalam bath tube yang berisi air hangat.

Bibir William mulai menjelajah di kulit pundak Grace, menyusuri dengan pelan lalu melumat cuping telinga Grace. Awalnya Grace meronta namun cengkeraman lengan William begitu kuat membuat Grace tidak mampu lagi berkutik.

Ia telah ternoda, tidak ada alasan lagi untuk mempertahankan apa pun. Harga dirinya di rasa telah tiada, ia akhirnya menyerah dan membiarkan William melakukan apa pun yang diinginkannya. Toh sekuat apa pun ia meronta dan menolak William tetaplah William akan memaksanya, yang dapat Grace lakukan saat ini hanya berpura-pura patuh agar dirinya tidak semakin disakiti oleh William baik secara verbal maupun perbuatan meski nyatanya William menyakitinya dengan melecehkannya.

Grace memejamkan matanya, berusaha menikmati sentuhan William yang mulai mencumbui bibir Grace dengan sangat lembut, lidahnya telah masuk dan mengabsen setiap inchi rongga mulut Grace. Erangan-erangan kecil mulai terlepas dari bibir Grace. Lidah William membelai lidah hangat Grace, lembut dan menyenangkan. Saat William menghisap lidahnya Grace merasakan sengatan listrik di sekujur tubuhnya.

Grace semakin mengerang manakala telapak tangan William meremas kedua gundukan kenyal nan lembut di dadanya. Gelenyar nikmat merayapi kepala Grace hingga otaknya benar-benar menjadi tumpul. Pelan namun pasti dan penuh kasih sayang William membalik tubuh Grace, menuntun telapak tangan Grace menuju benda tumpul yang mengeras seperti tulang tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

"S-sakit...," erang Grace saat William mulai menyatukan kedua tubuh mereka. Air matanya menetas kembali, bagian tubuhnya berasa terbelah menjadi beberapa bagian.

Oh, My Brother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang