🌸 3

14.5K 715 13
                                    

Chapter 3

Satu bulan menjadi asisten William, yang Grace takutkan belum terjadi karena sepertinya William belum mengenalinya, sepertinya begitu meski ia sendiri sebenernya tidak yakin. William yang sekarang menjadi bos di tempatnya magang hanya menumpuk dokumen-dokumen pekerjaan yang tidak ada habisnya di meja kerjanya membuat Grace bekerja begitu keras hingga hampir setiap hari Grace harus lembur karena pekerjaan yang diterimanya seperti tidak ada habisnya.

Ingin rasanya Grace mengumpat dan memaki-maki William setiap hari karena menjadikannya seperti seekor sapi perah. Bagaimana tidak? Setiap hari ia harus pulang pukul sembilan malam dan pukul tujuh pagi ia harus kembali berada di ruang kantor.

Belum lagi perlakuan William yang dingin, gemar memerintah seenaknya, kaku, tidak pernah mengajaknya berbicara, dan sama sekali tidak bersahabat. Juga selalu menatap Grace dengan tatapan yang mengisyaratkan permusuhan seolah-olah Grace memiliki kesalahan, padahal bukankah William tidak mengenalinya hingga sejauh ini?

Selain hanya pekerjaan yang terus ditumpuk di meja kerja Grace setiap saat ada satu hal yang paling memuakkan bagi Grace, hampir setiap hari William pergi berkencan dengan wanita yang berbeda-beda. Jika jadwal makan siang bersama klien kosong maka jadwal makan siangnya akan diisi dengan wanita yang entah berasal dari antah berantah mana. Bahkan tidak jarang gerombolan wanita yang dikencani William datang ke kantor lalu seenaknya saja William memerintah Grace untuk mengurus mereka seolah mereka itu adalah putri dan Grace adalah pelayan.

Grace merasakan setiap hari berada di dalam satu ruangan bersama William seolah berada di lingkaran api neraka hingga Grace berharap dunia kiamat saat itu juga karena setiap hari ia harus merasakan suasana yang sangat tegang dan canggung.

"Malam ini tidak usah lembur, temani aku makan malam bersama klien," ucap William. Seperti biasa ucapannya selalu dilontarkan dengan nada dingin.

Grace yang sedang berkutat dengan tumpukan dokumen di mejanya mengalihkan fokus pandangannya, ia memperbaiki gagang kacamatanya sambil menatap William.

"Baik, Sir," jawabnya.

"Bersiaplah," ucap William dengan nada memerintah.

"Aku harus kembali ke rumah terlebih untuk berganti pakaian," kata Grace ragu-ragu. Tidak mungkin mengenakan pakaian kerja menghadiri makan malam apa lagi pakaiannya terlalu formal.

"Alfa telah menyiapkan semua yang kau perlukan," ucap William memberitahu Grace bahwa ia tidak perlu memikirkan pakaian ganti.

Sekretarisnya yang bernama Alfa telah menyiapkan semua dengan matang karena makan malam ini adalah bagian dari salah satu rencana licik yang telah ia rancang jauh-jauh hari.

"Baik, Sir." Grace bergumam, tetapi entah kenapa di dalam benaknya terdapat sedikit sedikit keraguan.

Gaun seperti apa kira-kira yang di siapkan Alfa?

Lima belas menit kemudian Alfa, sekretaris utama William masuk ke dalam ruangan William dan membawakan satu buah tas kertas yang berisi gaun malam dan sepatu. Grace menerimanya dan meletakkan benda itu di atas tas meja lalu mulai membereskan tumpukan dokumen di atas mejanya kemudian berdiri sambil tangannya meraih batang yang diberikan Alfa.

"Ganti pakaian di ruang belakang," kata William memerintahkan Grace untuk mengganti pakaiannya di ruangan belakang. Ruangan yang dimaksud adalah kamar yang berada di balik ruang kerja yang mereka tempati.

Grace tampak gugup. Ia membenarkan gagang kacamatanya dan mencoba membangkang perintah William. "Aku bisa menggunakan toilet karyawan, Sir."

William tampak menyipitkan matanya. Tidak senang dengan bantahan Grace. "Ganti pakaianmu di ruang belakang. Apa kau tidak mendengar?"

Oh, My Brother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang