🌸 8

5.6K 312 17
                                    

Chapter 8

Dengan perasaan tidak menentu Grace mengemudikan mobilnya menuju tempat tinggalnya. Sesampainya di dalam kamar Grace menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan memejamkan mata, sementara pikirannya kembali mengembara pada dua tahun yang lalu di mana ia dan William kembali dari pesta makan malam.

Sepanjang acara perjamuan makan malam Grace beberapa kali meneguk anggur di gelasnya karena orang-orang di sekitarnya yang terus mendentingkan gelas kepada Grace, ia tidak mungkin menolak karena khawatir dianggap tidak sopan. Apa lagi perjamuan itu di hadiri oleh orang-orang penting sehingga Grace sebisa mungkin menerima ajakan mereka bersulang. Lagi-lagi demi kesopanan.

Paginya Grace membuka mata kepalnya terasa berdenyut dan merasakan ada sesuatu yang tidak benar, bukan hanya kepalanya yang berdenyut tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit. Pinggangnya juga berada di dalam kungkungan lengan kekar seorang pria, lebih parahnya lagi mereka berdua tidak mengenakan pakaian.

Grace jelas sekali tahu siapa pria yang memeluknya dengan erat, rambut keemasan dan aroma maskulin pria itu, Grace mengenalinya selama tujuh belas tahun dan sialnya Grace justru diam-diam Grace menikmati aroma itu sebagai aroma yang dirindukannya. Tetapi, ia segera menepis pikiran konyolnya. Grace perlahan melepaskan lengan William, namun tidak disangka William justru mengeratkan lengannya.

"Aku tidak mengizinkanmu pergi," ucap William dengan suara serak.

"Tapi, Sir...," gumam Grace

William mengeratkan justru semakin lengannya yang melilit di pinggang Grace. "Panggil namaku," katanya.

"T-tapi...."

William agak mencondongkan kepalanya, mata Hazelnya menatap lurus mata biru Grace yang tampak ketakutan. "Grace, sejak saat ini kau adalah wanitaku."

Mata Grace sedikit menyipit menatap mata William, kepalanya menggeleng lemah. Bulir bening di matanya mulai tergelincir dari kelopak matanya.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Grace sambil terisak.

"Kau pikir siapa dirimu? Kau bisa magang di Johanson Corporation adalah caraku membalas penghinaanmu terhadap keluarga Johanson," ucap William. Bibirnya menyunggingkan senyum penuh kemenangan yang nyata, tatapannya begitu angkuh dan sinis tanpa sedikit pun rasa iba yang terpancar di matanya.

Mendengar apa yang diucapkan William Grace menghentikan tangisnya dan meraba kepalanya, rambut palsu yang dikenakan di kepalanya tidak ada lagi. Dengan kata lain penyamarannya telah berakhir.

"Kau?"

Sudut bibir William terangkat, wajahnya penuh dengan ekspresi menghina. "Kau pikir aku bodoh, Grace? Aku tidak bisa kau tipu dengan trik murahanmu itu. Selama ini kau mengira aku bisa kau tipu dengan permainan kekanakamu itu? Jangan bermimpi. Kau bisa bermain dengan caramu, tetapi aku adalah seorang Johanson. Kepandaianku di atas rata-rata, kau tidak akan sebanding denganku, Grace."

Bagaimana mungkin aku tidak mengenalimu? Aku telah mengenalmu sejak kau dibawa ke kediaman keluarga Johanson, batin William.

Dada Grace terguncang dan terasa sesak, kesuciannya diambil William saat kesadarannya hilang. Grace sungguh tidak menyangka William tega melakukan hal keji macam itu padanya, karena bagaimanapun keadaannya seharusnya William mempertimbangkan hubungan di antara mereka selama ini sebagai saudara.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Grace lirih.

"Apa yang kuinginkan? Aku ingin membalas penghinaanmu karena kau telah menghina keluarga kami dengan menanggalkan nama Johanson di belakang namamu." William mencengkeram rahang Grace dengan sedikit kasar, sorot matanya begitu tajam penuh kebencian menatap Grace.

Oh, My Brother!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang