JANJI

15 5 0
                                    

︵︵︵︵ꓸ᭄ꦿ⃔⸙🌺ꓸ᭄ꦿ⃔⸙︵︵︵︵

Malam pun tiba...

Aku sudah bersiap-siap untuk bertemu dengan Vano di taman malam ini.

Aku mengenakan pakaian kasual seperti biasanya tetapi kali ini rambut ku tak di gerai.

Aku bergegas berangkat menuju taman. Tiba-tiba saja ada debu yang mengenai mata ku.

Sungguh, ini perih. Sangat perih tepatnya.

Ku kedipkan mata ku berkali-kali supaya debu itu cepat terbawa oleh air mata.

Tapi, aku merasakan bahwa ada yang janggal.

Kalian tau apa?

Aku tiba-tiba sudah berdiri di samping Verrel.

Dan parahnya, aku mengingkari dan melewatkan semua janji ku dengan Vano.

Huft.

"Kamu mau jalan-jalan kemana?"

"Kemana aja boleh yang penting sama kamu" balas ku sambil mengaitkan rambut ku ke belakang daun telinga.

Verrel langsung menggiringku untuk masuk ke mobilnya dan kami pun menuju ke salah satu mall terbesar yang ada di Jakarta untuk menonton bioskop.

Sesampainya di mall, kami bergegas untuk memesan tiket film romance dan memilih kursi paling belakang.

Kami memesan 1 paket popcorn untuk berdua.

Tak sengaja, aku menyentuh jari Verrel yang sedang mengambil sebutir popcorn juga.

Aku terkejut.

Verrel hanya tersenyum dan menarik kepala ku agar bersandar ke bahunya.

Kamu berdua menikmati film itu bersama sampai larut malam.

Akhirnya film tersebut pun berakhir, aku juga telah mengantuk. Verrel pun segera mengajak ku untuk pulang dan beristirahat.

Aku sangat-sangat mengantuk sampai menguap berkali-kali.

Aku bahkan hampir tertidur di mobil Verrel.

Verrel mengemudikan mobilnya menggunakan satu tangannya, sedangkan tangan satunya mengenggam tangan ku yang dingin itu.

Sampai tak terasa kami pun telah sampai di rumah ku.

Verrel mengantarkan ku sampai dalam rumah dan tak terlihat orang tua ku di dalam.

Sepertinya mereka sudah tidur.

"Makasih ya udah mau nyempetin waktu kamu buat aku" ucap Verrel sambil mengelus halus pucuk kepala ku.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum manis.

Tiba-tiba saja, Verrel membungkukan badannya dan mengarahkan wajahnya tepat di depan wajahku.

"Aku sayang kamu" ucapnya.

Wajah ku memerah seketika mendengarnya dan badan ku seketika mematung.

Verrel hanya tersenyum.

"Yaudah ya, aku pulang" ucapnya, "kamu istirahat ya, good night" lalu ia mengelus kepala ku lagi.

Aku segera berlari kecil ke kamar dan menjatuhkan diri ku ke kasur ku yang empuk itu.

"WAHHH SOSWIT PARAHH!!!" teriak ku histeris.

Aku memeluk guling ku erat-erat dan bertingkah kegirangan.

Setelah itu, aku pun segera mengganti pakaian kasual ku menjadi pakaian tidur.

Aku pun seperti biasa sebelum tidur pasti menghayal terlebih dahulu.

Dan tiba-tiba ponsel ku berbunyi.

Bunyi itu menandakan bahwa battery ponsel ku tinggal sedikit dan perlu di _
charge.

Aku melihat jam yang tertera di ponsel ku.

Jam itu menunjukan pukul 23.13 yang membuat ku tiba-tiba teringat sesuatu.

"OIYAA VANOO!"

Aku begitu panik.

Aku segera lari ke taman sekolah ku yang lumayan jauh jaraknya kalau tidak menggunakan kendaraan.

Tetapi, aku tidak menghiraukan itu.

Aku terus berlari dan sampai akhirnya aku sampai di taman itu.

Terlihat ada seorang pria tampan yang duduk di bangku yang terletak di bawah pohon rindang.

Vano yang menyadari adanya Vania langsung menengok dan menghampiri Vania.

Vania hanya berdiam diri sambil menatap Vano dengan tatapan kesal.

Vano yang tak mengerti apa-apa itu hanya diam.

"Vano" panggilnya "kamu bego ya?" sambung ku dengan nada kesal.

Vano yang tak mengerti apa-apa itu masih berdiam diri di hadapan Vania.

"Kamu bego banget sih! Udah tengah malem gini ngapain kamu masih nungguin aku dateng?" ketusku "padahal belom tentu juga aku dateng kesini" lanjutku dengan nada emosi.

"Tapi buktinya sekarang kamu ada di depan ku kan?" ucap Vano dengan nada tulus.

Aku yang mendengar ucapan Vano itu hanya bisa mematung tanpa mengeluarkan sepatah katapun karena bingung apa yang harus ku jawab.

Sedangkan Vano, dia hanya tersenyum manis dan meraih tangan ku.

Aku menatap ke arah tangan ku yang diraihnya.

"Ayo aku anter kamu pulang, udah malem, lagipula kamu sekarang cuma make piyama gitu, pasti kamu tadi udah siap-siap tidur" ujar Vano sambil melihat ku dari ujung kaki sampai atas kepala yang mengenakan baju tidurku yang bermotif kodok.

Aku langsung melirik ke arah bawah dan aku baru menyadari bahwa aku tadi lari-lari sambil mengenakan piyama ku. Sumpah! Aku malu banget!

"Ahhhh" teriak ku dalam hati.

Vano hanya tertawa kecil melihat pipi ku yang merah karena malu.

Vano pun langsung menarik ku dan mengantar ku pulang. Tapi, ia hanya mengantar kan ku sampai gerbang saja karena ia merasa tak enak jika mengantarkan sampai dalam.

︶︶︶︶ꓸ᭄ꦿ⃔⸙🌺ꓸ᭄ꦿ⃔⸙︶︶︶︶

My DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang