01 : Hwang Hyunjin

12 2 37
                                    

Laki laki jangkung itu duduk nyaman sambil sesekali tersenyum menikmati cerita gadis di sampingnya itu.

Matanya menyipit ketika tertawa. Kadang sedikit mengalihkan pandang dan bermain dengan kaleng cola ditangan.

Dia tidak boleh memandangi gadis itu terlalu lama. Senyumnya terlalu manis, dan Hyunjin lemah dengan senyum dan mata berbinar itu.

Hyunjin mengulum bibir menahan senyumnya. Lalu tersentak ketika lengannya di sikut.

"Ngedengerin gue gak si lo." Ucap gadis itu kesal. Mata berbinar itu mendelik kesal dengan pipi menggembung dan bibir mengerucut.

"Denger kok denger." Hyunjin tersenyum. Sementara gadis itu merenggut kesal.

"Ngeselin lo." Ucapnya kesal.

"Dih ngambek. Apaan kaya anak kecil ih ambekan." Hyunjin malah kembali menggoda gadis itu.

Melihat gadis itu kesal memang sesuatu yang sangat digemari oleh Hwang Hyunjin. Entah kenapa wajahnya terlihat menggemaskan, terlebih dengan pipi tembam yang gemas minta dicubit itu.

"Udah jangan marah, jajan es krim yuk. Terus abis ini masuk kelas, udah mau bel." Hyunjin mengusap surai hitam gadis itu.

"Cih apaan nyogok. Tapi kalo dibayarin plus lo maksa yauda ayo." Gadis itu berdiri lalu melenggang meninggalkan Hyunjin.

Laki laki jangkung itu mengulas senyum sambil memandangi punggung gadis yang berjalan dengan tangan bersedekap dada itu.

Hyunjin berdiri lalu segera beranjak.

Laki laki itu berjalan beriringan dengan gadis yang punya manik berbinar indah itu.

Ya, hanya sedekat itu. Hwang Hyunjin tak pernah berani untuk lebih jauh.

Dia hanya berada diambang batas sebagai teman. Meski perasaannya sudah jauh dari itu.

Tapi, setidaknya memastikan gadis dengan surai hitam itu baik baik saja dan masih ada di dekatnya. Hyunjin tidak apa apa dengan perasaannya.

Yah setidaknya sejauh ini masih baik baik saja.

🖤🖤


Hyunjin fokus melihat ke depan, laki laki itu sedang serius memperhatikan pelajaran.

Lalu fokusnya teralih ketika merasa punggungnya ditusuk tusuk oleh sesuatu. Hyunjin menoleh kecil, laki laki itu langsung mendapati gadis berambut hitam itu melihat tepat kearahnya.

Hyunjin bertanya tanpa suara, gadis itu meringis menampilkan giginya yang putih.

"Ayo cabut. Laper ni." Ucap gadis itu tanpa suara. Dengan mata mengerjap lucu.

Hyunjin berbisik dalam hati, semoga debaran jantungnya tidak terdengar. Hyunjin sesegera mungkin menguasai diri, dia laki laki. Tidak boleh terlihat lemah. Apalagi didepan gadis yang disukai. Iyakan?

"Ga gaboleh. Sono belajar yang bener." Hyunjin membalas tanpa suara.

Laki laki jangkung itu langsung membalikkan tubuh, ekspresi tenang Hyunjin sudah berubah. Dan gadis itu tak mengerti.

Sama sekali tak mengerti perasaan Hyunjin. Karena Hyunjin sendiri yang memilih untuk bersembunyi dan menyukai gadis itu diam diam. Dia hanya tak ingin gadis itu pergi menjauh setelah tau perasaannya.

Yah, Hwang Hyunjin memang sepengecut itu. Dia tau.

🖤🖤

Hyunjin masuk ke ruang club film dengan wajah masam. Laki laki itu merasa kesal saat ini.

Yah, karena adegan kabur berdua dengan orang lain saat pelajaran tadi membuat egonya marah.

Dan selain itu karena Hyunjin juga sadar, dia tak bisa meminta gadis itu menjauhi semua orang. Dia hanya teman.

Ah sial, kata teman benar benar membatasinya kali ini. Hyunjin menggeram kesal, laki laki itu kini memilih untuk duduk bersandar di salah satu kursi yang ada di ruangan itu.

Jemarinya bergerak mengambil kamera yang ada di sana. Laki laki Hwang itu mencoba mengalihkan fokusnya ke sebuah video yang terdapat di sana.

Hyunjin harus meninjau ulang film pendek yang clubnya buat untuk kompetisi film yang akan datang.

Laki laki itu mulai meninjau ulang film pendek itu, tapi akhirnya malah mengacak rambutnya kesal. Dia tidak bisa fokus kali ini.

Hyunjin mengusap wajahnya kasar, kembali mengingat bagaimana lengan gadis itu ditarik pelan dan punggung dua orang itu hilang setelah melewati ambang pintu.

Hyunjin hanya merasa iri.

Dia tak pernah berani untuk memulai skinship dengan gadis itu. Katakanlah dia cupu, tapi memang itulah yang terjadi.

Dan laki laki itu dengan mudah memegang lengan gadis itu dan beranjak pergi.

Hyunjin iri atas keberanian itu. Dia menggeram lalu berteriak tiba tiba. Untungnya ruangan yang sedang ia tempati ini kedap suara.

Dan pada akhirnya dia menelungkupkan kepalanya diatas lipatan tangan.

Mencoba mengistirahatkan pikiran dan melapangkannya. Dia harus mampu menyadarkan dirinya, bahwa Sinhwa bukanlah miliknya. Dia hanya, Teman.

🖤🖤🖤

Ok mari kita gas sampe part 4 lalu kita tinggalkan

Re-takeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang