Laki laki itu berjalan dengan angkuh di koridor. Kedua tangannya bersembunyi di dalam saku celananya.
Dengan telinga berpierching dan senyum manis yang sanggup membuat orang orang terpesona. Sungguh, Lee Minho itu benar benar berkharisma.
Minho mengulas senyum cengengesan. Laki laki itu sedikit berlari lalu dengan kurang ajarnya merangkul seorang gadis dengan surai hitam sedikit lebih panjang dari bahunya.
"Selamat pagi cantik." Ucapnya ringan, senyumnya mengembang sambil melihat gadis yang kini memasang wajah kesal.
"Apasi Minho. Sono jauh jauh." Gadis itu mengelak, mencoba melepaskan rangkulan laki laki berpierching itu.
Namun ya tetap saja, Minho itu ngeyel. Malahan kini laki laki itu mengapit leher gadis itu sambil menariknya ke kelas.
"MINHO GUE SESEK NAPAS NEH." Minho melepaskan rangkulannya. Laki laki itu tertawa lebar.
Sementara gadis surai hitam itu menggerutu kecil. Gadis itu membenarkan rambutnya yang sudah tidak berbentuk. Padahal dia sudah capek capek merapikan rambutnya tadi.
"Lo baru dateng juga, Ho?" Gadis itu menoleh ke arah Minho, laki laki dengan pierching itu mengangguk cepat.
"Lo tuh niat sekolah nggak sih? Tas lo mana? " Gadis itu langsung menodong laki laki itu dengan pertanyaan.
Minho kembali tertawa, entah karena apa. Minho itu humoris, dan menyenangkan.
"Gabawa, buku gue di loker semua." Ucapnya santai seolah tak bersalah.
"Lo sekolah beneran bawa diri doang ya?" Gadis itu menggeleng kecil, tak percaya saja. Pantas Minho terasa senang senang saja sekolah, dia tak pernah bawa buku. Bukan sepertinya yang membawa banyak buku ditasnya.
"Nggak dong, kan aku bawa perasaan buat kamu." Ucap Minho sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Sinting." Gadis cantik itu berkata sarkas sambil berlalu mendahului laki laki berpierching itu.
Yang gadis itu tidak tau, saat dia mengalihkan wajah dan berjalan mendahului Minho. Laki laki itu mengulas senyum kecut.
Dia selalu menganggap Minho bercanda. Minho sadar, dia orang yang suka bercanda. Tapi dia tak pernah bermain main dengan perasaannya.
Tapi sayangnya gadis itu tak berniat melihat ke arahnya. Bahkan hanya sejenak.
🖤🖤
Minho menumpu lengannya. Memandangi gadis yang berada di barisan ketiga di dekat jendela itu. Gadis itu sedang sibuk mengusili Hyunjin.Kemudian Minho menahan senyum ketika melihat Hyunjin mengabaikan gadis itu, ekspresinya jadi menggemaskan dimata Minho.
Entah panggilan dari mana, telepati dari siapa. Gadis yang dia pandangi itu secara tiba tiba mengedarkan pandangan.
Dan hebatnya, manik indah disana mempu menyapa manik milik Lee Minho.
Wajahnya masih terlihat kesal. Minho menaikkan alisnya, memberi gestur bertanya.
"Laper" ucap gadis itu tanpa suara. Wajahnya benar benar memelas. Minho menahan tawanya.
"Mau kantin?" Tanpa pikir panjang gadis itu mengangguk cepat. Wajahnya jadi sumringah.
Minho berdiri dari bangkunya. Laki laki itu menyembunyikan sebelah tangan ke saku lalu tangan lainnya di gunakan untuk menarik pelan lengan gadis itu.
"Permisi bu, saya mau nganterin Sinhwa ke UKS. Katanya sakit perut Bu." Minho berbicara lancar.
Bu Yoona menatap Minho penuh selidik, meski pada akhirnya mengangguk karena melihat Sinhwa yang memasang wajah memelas.
Kedua orang itu langsung meninggalkan kelas. Bahkan tanpa sadar Minho tetap memegangi lengan Sinhwa sampai di kantin.
"Makan apa?" Minho bertanya setelah Sinhwa sudah duduk.
"Mau batagor aja. Sambel kacangnya banyakin ya." Gadis itu lalu sibuk dengan ponsel ketika Minho memesan makanan.
Selang beberapa menit, Minho kembali. Laki laki itu nampak keren, cara berjalannya sudah macam badboy di film film yang sering Sinhwa tonton.
"Lo tadi ngapain mukanya melas banget gitu." Laki laki manis itu bertanya ketika sudah duduk di samping Sinhwa.
"Itu si Hyunjin, ngeselin banget tau ga? Gue ajak ngantin gamau, malah gue disuruh belajar yang bener." Sinhwa mengerucutkan bibir, tanpa sadar malah mengadu ke Minho.
"Ah Hyunjin ya." Minho membatin, tapi sesegera mungkin menetralkan ekspresinya.
"Ya elu juga, Hyunjin itu anak rajin. Ya meski masih kalah rajin sama Jeongin sih. Mana mungkin mau lo ajak cabut bodoh." Minho menoyor kening Sinhwa tanpa dosa.
"Gue emang bego sih-"
"Tuh tau." Belum selesai Sinhwa berbicara, oknum Lee Minho ini sangat suka menyela.
"DIEM!" Sinhwa memelotokan matanya. Minho malah tertawa lebar.
"Kalo mau cabut ajak gue." Minho menumpukan dagu ke arah samping, menatap tepat wajah gadis di sampingnya.
Yah bukan seperti gadis lain yang akan salting, Sinhwa malah memasang sikap hormat.
"Siap pak bos." Dia menyengir, kemudian pesanannya datang.
Dan yah Sinhwa itu susah sekali peka. Entah bagaimanapun dia melempar hint, sekeras apa kode yang dia beri. Tetap saja gadis itu tak menangkapnya.
Ah atau mungkin dia tak mau menangkapnya?
Tapi Lee Minho hanya ingin gadis ini bukan yang lain.
🖤🖤
BENTAR
AKKKKKKKK
LEE MINHOOO ARGHH WOOF WOOF
dah
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-take
FanfictionSkz mixtape : on track adopted Mereka menyukaimu dengan caranya. Tapi kamu membalasnya dengan luka. Dan ketika kamu menjatuhkan pilihan, kamu dibuat terluka karena fakta yang bahkan tak dapat kamu terima dengan akal pikiranmu. Apakah ini karmamu...