Laki laki itu duduk lesehan di dekat jendela, ah suara hujan memang tidak boleh dilewatkan. Apalagi dengan bau tanah basah yang benar benar khas.
Laki laki itu sesekali membaca kertas ditangan, benar benar murid teladan ya. Bahkan saat semua orang memilih untuk bermain dan menghabiskan waktu istirahat di kantin. Laki laki bermarga Yang ini malah mendekam di perpustakaan.
"Oy, sendirian?" Jeongin menoleh, lalu dia berdeham singkat ketika melihat Hyunjin yang baru datang dan menyandarkan tubuhnya di tembok dengan kedua telapak yang masih tersimpan di saku celana abunya.
/ganteng banget jodohku yaampun. Aku bayangin aja ambyar/
"Gak ngantin?" Jeongin bertanya, laki laki itu mendongak. Yah sekilas dapat dia tangkap perubahan raut wajah disana.
Hanya sedikit, tapi sayangnya Jeongin itu terlalu peka dan dapat melihatnya.
Hyunjin rubuh kebawah dan memilih ikut lesehan. Pria dengan bibir overdose itu menumpukan sikunya di jendela besar, ah atau lebih tepatnya kaca besar.
Senyumnya terlukis, tapi menurut Jeongin senyumnya sedikit berbeda. Entahlah, pada akhirnya Jeongin memilih untuk kembali belajar.
Dua orang itu benar benar menikmati hening yang hadir. Atau mungkin keduanya memang terbiasa dengan sunyi serta sepi? Ah entahlah.
Jeongin sedikit melirik ketika telinganya mendengar helaan nafas berat dari mulut Hyunjin. Tapi Jeongin memilih diam, seperti biasa. Dia memilih sok tidak tau apapun.
"Jeong gue duluan deh. Mau ke club film, mau ikutan?"
"Nggak, gue mau belajar aja." Jeongin tersenyum, lalu Hyunjin benar benar berlalu.
Dan laki laki itu kembali bersama sepinya. Seperti biasa.
Ah bukan biasa.
Dulu tidak seperti ini. Tidak.
Entah apa yang berubah, tapi sekarang tawa riang milik laki laki Yang itu sudah jarang terdengar.
Padahal tawa manis itu benar benar memikat dan mampu meluluh lantakkan perasaan gadis gadis disekitarnya.
Sekarang yang mereka tau hanya Yang Jeongin seorang laki laki diam yang jarang sekali tertawa.
Yah, mungkin pengecualian untuk Hyunjin. Laki laki Hwang itulah yang bisa membuat Jeongin tersenyum. Meski hanya dalam hitungan detik.
Dan Hwang Hyunjin juga tau. Apa yang membuat Jeongin sudah tak lagi mudah tertawa.
🖤🖤
Jeongin menyampirkan tas di sebelah bahunya. Wajahnya yang datar membuatnya terlihat sedikit... Emmm menyeramkan?
Dia berdiri dan segera beranjak dari kelasnya. Dia mau segera pulang dan mengistirahatkan raganya. Rasanya pegal karena harus berjam jam menerima pembelajaran.
Baru saja sampai di ambang pintu, tubuh tingginya ditubruk begitu saja. Untungnya dia tidak oleng dan jatuh terjengkang.
Jeongin sempat menampilkan ekspresi kagetnya, namun dengan cepat menormalkannya.
"Eh,, anu,, Jeongin ya. Maaf ya. Aku eh maksudnya gue gak sengaja." Gadis itu berbicara dengan gugup.
Jeongin memiringkan sedikit kepalanya, gadis itu nampak merutuk lalu menundukkan kepalanya.
Lalu laki laki Yang itu berdeham singkat dan kembali beranjak sambil membenarkan tasnya yang hanya dia sampirkan di sebelah bahu.
Sebenarnya Jeongin tidak bodoh. Dalam sekali lihat saja dia tau.
Bahwa gadis bernama Yoon Shinwa itu menyukainya.
Ah, apa dia terlalu percaya diri?
Jeongin rasa tidak.
Mungkin gadis itu tak sadar, tapi tingkahnya sangat kentara. Bahkan bukan hanya sekali, berulang kali Jeongin menyadari tatapan gadis itu ke arahnya.
Tapi lagi lagi dia berpura pura tidak tahu menahu soal itu.
Dia terlalu malas ikut campur.
Alasan lainnya adalah karena dia sadar
Banyak mata lain yang mengarah ke gadis itu.
Bukankah akan runyam jika Jeongin memberi respon terhadap perasaan gadis itu.
🖤🖤
Jeongin merebahkan dirinya, tubuhnya yang penat benar benar merasa rileks ketika bertemu dengan ranjangnya.
Senyaman itu.
Laki laki itu menutup matanya menggunakan lengan. Rasanya benar benar lelah.
Baru beberapa saat, namun ia merasakan angin semilir membelai wajahnya. Bersama dengan wangi bunga yang tercium lamat lamat.
Dia menurunkan lengan dan mengubah posisinya menjadi duduk ditepian ranjang.
Laki laki manis itu tersenyum. Senyum lebar dan tulus.
"Akhirnya kamu datang, aku kangen."
Ucapnya manis, suaranya benar benar sarat akan rindu.
Sosok yang berpendar putih itu tersenyum, rambut panjang sepunggungnya berhembus. Wajah yang putih pucat itu nampak begitu sempurna.
Itulah yang ada di benak Jeongin. Andai dia bisa memeluk gadis itu, dia ingin mendekapnya sekali saja.
Dan ini alasan kenapa laki laki itu memilih diam dan jarang tertawa.
Karena gadis yang memiliki hatinya meninggalkannya tanpa berpamit.
Dan dia, dengan egoisnya masih menahan sukma itu bersamanya. Agar dia tidak kehilangan sosok itu. Meski tanpa sadar dia melukai gadis cantik dengan senyum malaikat itu.
"Aku kangen kamu."
🖤🖤
Anak buna yang ganteng akhirnya muncul ke permukaan
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-take
FanfictionSkz mixtape : on track adopted Mereka menyukaimu dengan caranya. Tapi kamu membalasnya dengan luka. Dan ketika kamu menjatuhkan pilihan, kamu dibuat terluka karena fakta yang bahkan tak dapat kamu terima dengan akal pikiranmu. Apakah ini karmamu...