05 : Perasaan

11 2 22
                                    

Sinhwa membalikkan halaman bukunya lalu segera menggaris bawahi beberapa kata kata dan memberi tanda penting.

Netranya bergulir mengikuti bacaan, tangannya tertumpu di pipi membuat pipinya mencuat ke atas. Gadis itu masih dalam mood yang buruk setelah kejadian perpustakaan tadi.

Tangannya kembali bergerak ke buku tulisnya, tapi fikirannya berkelana entah kemana. Gadis itu jadi tanpa sadar malah mencorat coret bukunya.

Sinhwa menghela nafasnya, gadis berponi itu merunduk kemudian terkaget ketika melihat buku tulisnya sudah tak bersih lagi.

Moodnya semakin buruk, apalagi bagian yang di coretnya tadi berisi catatan. Alamat nanti dia harus menyalin ulang catatannya.

Sinhwa berteriak kesal membuat beberapa pasang mata melihat ke arahnya sambil berpikir apa yang dilakukan gadis Yoon itu.

Setelahnya Sinhwa menjatuhkan kepalanya ke meja, gadis itu menelungkupkan kepala diatas lipatan tangannya. Matanya menatap ke arah jendela yang letaknya di samping kanannya.

Dengan semilir angin yang membelai lembut wajahnya, gadis itu tertidur.

"Sin-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Hwang Hyunjin tertegun melihat gadis Yoon itu sedang tertidur pulas.

Hyunjin baru saja dari klub film, laki laki tinggi itu duduk di bangkunya secara menyamping.

Laki laki bermarga Hwang itu tersenyum tulus melihat gadis berponi itu sedang tertidur pulas. Wajahnya sangat polos saat tertidur seperti ini.

Sepertinya Hwang Hyunjin benar benar jatuh dalam pesona gadis ini.

Manik hitam Hyunjin bergerak ke sekeliling, teman temannya barusan keluar dari kelas tepat setelah bel istirahat berbunyi.

Sedari tadi memang kelas mereka kosong, mereka hanya di beri tugas oleh gurunya. Dan Hwang Hyunjin ini pintar sekali malah menyelinap pergi ke klub film.

Hyunjin memandangi wajah damai gadis Yoon itu. Hyunjin hanya berani menatapnya se intens ini saat gadis itu tertidur. Iya, dia memang se pengecut itu.

Tangan laki laki itu terulur, niatnya ingin mengusap pelan kepala Sinhwa. Tapi gadis itu malah mengumam kecil membuat Hyunjin menarik kembali tangannya.

Dan benar, setelahnya gadis itu bangun. Matanya mengerjap malas, Hyunjin kembali tersenyum. Kenapa Yoon Sinhwa selalu terlihat luar biasa baginya.

"Oh, Hyun. Udah lama?" Tanya Sinhwa yang terkaget karena eksistensi laki laki itu.

"Baru aja." Hyunjin tersenyum, Sinhwa menganggukkan kepala tanda mengerti.

Sinhwa memutar otak, ia ingin menanyakan sesuatu. Tapi... Bolehkan?

"Umm, Hyun." Sinhwa mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah depan.

"Hm?" Hyunjin menoleh sambil mengangkat alis ke arah Sinhwa.

Gadis itu nampak berfikir sebentar sebelum melanjutkan perkataannya.





"Jeongin tuh emang kaya gitu ya?" Sinhwa menatap tepat manik hitam Hyunjin.

"Eh?"

🖤🖤🖤

Hyunjin langsung merebahkan tubuhnya di ranjang selepas pulang sekolah. Bahkan laki laki itu tak melepas seragam juga sepatunya, dia hanya melempar asal tas yang dipakainya.

Sedari tadi pikirannya sedikit terganggu, sampai beberapa kali tidak konsen saat pelajaran.

Yoon Sinhwa.... Kenapa pengaruhnya sangat besar? Hah... Padahal dia hanya bertanya hal sepele. Tapi bisa membuat perasaannya tak nyaman.

Hyunjin bangkit dari tidurnya, dia menyugar rambut hitamnya kebelakang. Lalu segera beranjak ke kamar mandi.

Mungkin mandi bisa menyegarkan pikirannya yang sedang tidak nyaman ini.

Sekitar lima belas menit setelahnya laki laki itu sudah kembali duduk di tepi ranjang sambil mengusap rambutnya dengan handuk kecil yang ia gantungkan di leher.

Setelah mandi bukannya semakin fresh malah dia kembali teringat ke pembicaraannya dengan Sinhwa tadi siang.

"Jeongin tuh emang kaya gitu ya?"

"Eh?" Hyunjin tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Eh, maksudnya kaya gitu gimana?" Laki laki Hwang itu kini berbalik sepenuhnya menatap Sinhwa yang sepertinya ragu ragu menanyainya.

"Ya gitu, diem banget. Dingin. Gamau diajak ngomong." Sinhwa mengatakannya dengan nada rendah, seolah ada rasa kecewa terbersit di kalimatnya.

"Gak si, nggak gitu kok. Anak baik dia." Hyunjin berucap pelan setelah menormalkan perasaannya yang kini sudah berantakan.

"Tapi Hyunnn, ih diatuh diem banget tau gak? Masa tadi gue nyapa gak dibales. Kan ngeselin banget." Sinhwa mengerucutkan bibirnya kesal. Gadis itu benar benar bersemangat menceritakan Jeongin ya?

"Emangnya kenapa? Bukannya biasanya dia juga gitu sama yang lain? Kenapa harus heran?" Hyunjin menatap tepat manik gadis Yoon itu, manik yang sering kali berbinar indah saat bercerita.

Manik indah yang sanggup membuat Hyunjin terjatuh sedalam ini. Manik berbinar yang sanggup menbuatnya berdebar setiap menatapnya.

"Eh? Aaa itu emm ya gapapa si." Gadis itu sedang mengelak, dan Hyunjin sadar itu.

"Ahahaha gue kepo aja kok, gada apa apa." Sinhwa kembali berujar, lalu gadis itu mengalihkan pendangannya ke arah jendela lebar yang ada di kanannya.

Hyunjin mengehela nafasnya pelan, dia sadar ada perubahan intonasi gadis ini. Dia menutupi sesuatu dari Hyunjin. Dan Hyunjin sadar akan hal itu.

Ah sial, bahkan ini masih sekadar spekulasinya tapi perasaannya sudah sakit. Bagaimana jika ini semua merupakan kebenaran?

Tanpa sadar laki laki itu menerawang jauh ke depan. Berlainan arah dengan tatapan Sinhwa.

Dua orang itu kini sedang berada dalam mood buruk.

Hyunjin kembali mengacak rambutnya. Laki laki itu kini beranjak ke balkon kamarnya. Mungkin udara segar dapat membantunya.

Laki laki itu menyandarkan lipatan tangan di besi pembatas. Setidaknya dia harus sadar bahwa ini konsekuensi dari pilihannya sendiri.

Dia yang memilih untuk menyembunyikan perasaannya. Dan dia harus sanggup menerima jika memang hati gadis itu bukan tertuju padanya.

🖤🖤🖤

HYUNNIEEE KU SAYANGKUUUUU

Re-takeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang