Part_28

8.5K 308 21
                                    

Gracia Pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gracia Pov

Memasuki bulan ke 8, perutku semakin membuncit. Membuatku semakin sulit untuk melakukan aktivitas yang biasa ku lakukan. Ingin rasanya mahkluk kecil yang ada di dalam perutku ini segera keluar. Sungguh, aku sudah tidak sanggup membohongi diri dan yang lain kalau aku sudah benar-benar menerima anak yang sedang ku kandung.

Jujur, aku masih belum bisa menerimanya. Atau bahkan tidak akan pernah menerima kehadirannya di dunia ini nanti. Karena aku sangat membenci dan tidak menginginkannya sama sekali. Seperti aku yang sangat membenci ayah dari bayi yang ku kandung ini.

Tapi demi dia, demi ci shani, aku terpaksa melakukan ini semua. Maafkan aku ci, ma, bunda, kak Shania dan kak sinka.

"Ge, kenapa kamu bengong sayang? Apa ada yang kamu pikirkan?" Tanya ci shani yang sejak tadi memelukku dari belakang

"Gak ada kok ci, oh ya aku mau jalan-jalan sore di taman komplek boleh gak?"

"Boleh, tapi kamu kan belum mandi sore sayang. Mandi dulu ya baru kita jalan-jalan ke taman"

"Yaudah, tapi kaya biasanya kamu bantuin aku mandi"

"Siap, itu sih gak usah disuruh aku juga bakal lakuin" Ku lihat ci shani tersenyum nakal, membuatku harus siap-siap mendapat serangan mesum dari nya

Sekarang aku sudah berada di kamar mandi, bahkan sudah tanpa sehelai benang pun dan sedang berendam di dalam bathtub.

Ci shani juga mulai menyabuni seluruh tubuhku dengan lembut. Membuatku tersenyum melihat betapa fokus dan seriusnya dia yang sedang memandikan bayi besar sepertiku.

"Ci, nanti kamu ganti baju lagi ya. Baju kamu basah tuh kena air cipratan"

"Iya sayang, udah yuk sekarang tinggal siram pake air bersih"

Ci shani mengambil shower dan menyiramkan air yang keluar dari sana ke seluruh tubuhku. Hangat sekali rasanya air ini, seperti hangatnya kasih sayang ci shani untukku.

"Oke sekarang udah bersih. Sebentar aku ambil handuknya, kamu jangan turun dulu tanpa bantuan aku, oke!"

"Oke ci" Ku lihat ci shani dengan cepat mengambil handuk yang ada di belakang pintu kamar mandi

"Sini aku handukin kamu dulu"

Handuk berwarna biru muda itu mulai mengeringkan seluruh tubuhku. Termasuk bagian rambutku yang basah setelah tadi dikeramasi oleh ci shani.

"Rambut kamu makin panjang, nanti setelah lahiran kamu potong ya"

Aku mengangguk

"Ge"

"Iya ci"

Cup!

Ci shani mencium bibirku, dan sekarang agak melumat nya cukup lembut. Aku tersenyum ketika ci shani mengendurkan ciumannya.

"Makasih ya ci"

"Hmm, yaudah yuk ganti baju" Aku mulai turun dari bathtub dengan sangat hati-hati dan tentu saja dengan bantuan ci shani

"Ci, aku mau pake daster aja ya. Gak mau pake yang ada celananya, susah gerak"

"Iya sayang, kamu duduk dulu aku ambil baju nya"

"Hmm" Dehemku sambil melihat dia yang sibuk mencari pakaian untukk sore ini

"Mau yang warna ungu atau biru, Ge?" Tanya ci shani yang menunjukanku dua daster dengan warna yang berbeda

"Kuning gak ada ya ci?? Aku lagi pengen pake baju warna kuning" Kataku dan ci shani menggeleng

"Gak ada sayang, kuning nya masih di jemuran belum terlalu kering"

"Yaahh aku mau warna kuning"

Entah kenapa aku menginginkan warna itu, seperti nya cocok dipakai sore ini.

"Yaudah tunggu sebentar aku cek dulu di jemuran ya"

"Iya ci"

Sekitar lima menit aku menunggu ci shani, akhirnya dia datang dengan membawa daster berwarna kuning yang aku inginkan.

"Udah kering ci?"

"Lumayan lah, kamu bisa pake kok"

"Yaudah sini biar aku pake"

"Ets aku bantuin" Ku lihat dia tersenyum nakal

"Sebentar, bra nya sama celana dalem aja belum aku pake"

"Oh iya hahaha nih pake dulu"

Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala, dasar ci shani mesum!. Batinku

Sekarang aku sudah memakai pakaian dalam, lalu disusul daster berwana kuning yang entah kenapa sekarang menjadi warna favoritku.

"Rambut kamu panjang gini terus basah jelek banget sih ge"

"Hah emang iya ci??"

"Heem, aku jadi gak sabar kamu potong rambut deh"

"Aku juga mau nya gitu ci, udah gerah banget ini"

"Yaudah sini disisir dulu" Dengan sangat telaten ci shani menyisir rambutku yang panjang dan masih basah

"Ci"

"Ya ge"

"Setelah aku lahiran nanti kamu lanjut kuliah lagi ya" Kataku

"Emang kenapa? Kalo aku gak mau lanjut lagi gimana??"

"Ya aku marah"

"Marah aja, gpp. Dah yuk ke taman"

Selalu seperti ini, menghindar dari pembahasan tentang kuliah nya.

"Aku gak usah pake sendal ya ci"

"Iya, aku juga gak pake kok" Ci shani mulai menggandengku keluar rumah menuju taman

Sepanjang jalan menuju ke taman komplek, aku terus tersenyum memandang wajah samping ci shani. Sambil menatap tak percaya jika sahabatku ini sekarang adalah pasangan hidupku.

"Ci"

"Ya sayang"

"I love you"

Ci shani tersenyum

"I love you too, gracia"

Cup!

Dikecupnya keningku dengan lembut oleh ci shani, dan aku berdoa dalam hati semoga dia adalah yang pertama dan yang terkahir untukku.











END

Menanti [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang