"Hah? Lo dateng sama pak Jeje Rain?"
Iya, semua teman-teman Rere memanggilnya Rain.
"Ih ada pak Jeje."
"Lho kok ada pak Jeje sih?"
Semua teman-teman Rere seangkatan mengerubungi kami berdua. Karena, aku yang mendampingi Rere wisuda hari ini.
"Pak kok bisa sih pak dateng sama Rain?"
"Iya nih. Rain booking saya kemarin." jawabku singkat
"Wah, tau begitu saya booking pak Jeje kemarin." celetuk salah satu teman Rere
Kami semua tertawa mendengar itu.
"Masih gue pantau ya lo pada." celoteh Rere
"Huuuu galak." aku dan semua teman-teman Rere menoleh ke arah Rere
-SKIP-
Setelah acara wisuda selesai, kami semua melakukan sesi foto-foto terlebih dahulu.
Perempuan tuh gitu ya? Gak banyak foto-foto seperti kurang greget.
Ribet.
Kini, giliranku menyelak sesi foto-foto mereka.
"Permisi, boleh gantian gak saya foto bareng Rere?" selak ku di antara beberapa perempuan-perempuan ini
"Boleh pak, sini saya fotoin." ujar salah satu teman Rere
"Oke, ini hpnya." aku memberikan ponselku
"Siap ya.. satu.. dua.. tiga. Ayo ganti gaya lagi. Siap, satu.. dua.. tiga."
"Coba dong yang lebih deket lagi. Apaan foto jauh-jauh banget gitu kayak orang musuhan." ucap temannya Rere yang lainnya lalu disusul tawaan mereka.
"Oke, coba sekali lagi yaaa." pintaku pada mereka
"Siap pak, ayo siap-siap. Satu.. duaa.." aku mencoba untuk mendorong bahu sebelah kiri Rere, merekatkan bahunya dengan bahuku, agar lebih mendekat lagi. Aku merasa, Rere sedikit terkejut. Lalu, secepatnya kita berpose sesumringah mungkin.
"Nah gini dong, kan bagus." ucap teman Rere yang membantu memotretkan kami berdua.
Kami berdua melihat hasilnya, ya bisa dibilang bagus. Menurutku, yang terpenting bisa foto berdua dengannya.
"Makasih ya temen-temen semua." aku menyimpan ponselku di saku celanaku.
"Re, udah? Mau pulang kapan?" aku menyakannya karena aku juga sudah mulai merasa lelah. Jujur, di sini padat sekali.
Rere menganggukan kepalanya "Yuk pulang."
"Yuk." aku mengulurkan tanganku agar Rere bisa berpegangan denganku, Rerepun menyambut uluran tanganku.
"Semuanya, kita duluan pulang ya." kalian juga langsung pulang ya, hati-hati di jalan.
-SKIP-
"Nih Je diminum. Pasti haus kan." Rere menaruh gelas berisikan sirup di meja yang ada di hadapanku.
"Makasih Re. Duduk deh Re, aku mau ngomong."
"Hmm kenapa Je?"
"Re..." aku menghela nafasku sebentar "Re, kamu tau kan kalo umur kita gak lagi muda?"
Rere menatapku serius.
Aku mengambil telapak tangan miliknya dan menggenggamnya.
"Re, aku sayang sama kamu. Bener-bener sayang banget sama kamu. Aku ada niatan buat serius sama kamu. Hari ini aku mau ngelamar kamu. Aku tau, mungkin ini terlalu cepet Re. Tapi, aku gak bisa nahan-nahan lagi. Rainey Grizelle Adelia, mau gak kamu jadi istri dan pendamping hidup aku?" aku menggenggam tangannya lebih erat lagi
Rere terlihat seperti tidak percaya dengan ini semua.
Aku menundukkan kepalaku, dan berharap Rere mau menerima lamaran dariku.
"Je..." aku mengangkat kepalaku sedikit
"A--aku, mau nerima lamaran kamu." mimik mukaku berubah seketika mendengar jawaban Rere.
"Beneran Re? Tanpa pacaran, kamu gapapa?" aku memastikannya lagi
Rere menganggukan kepalanya "aku udah lebih dari yakin sama kamu Je."
"Ntar dulu..." aku mengeluarkan sepasang kotak cincin dari saku blazerku.
"Ayo tukeran pasang ini dulu." aku menunjukan cincin-cincin ini.
Dan kami berdua pun saling bertukar cincin.
"Makasih ya Re. Tapi, apa yang buat kamu yakin sama aku?"
"Je, aku udah kenal kamu dari kecil. Meskipun kita sempat berpisah berpuluh-puluh tahun dan kita baru dipertemukan lagi, Tuhan seperti memberi petunjuk kalo kamu emang yang terbaik buat aku. Sejauh ini, aku bener-bener nyaman banget sama kamu. Aku damai ada di deket kamu Je."
"Re.." aku beranjak untuk memeluk tubuhnya sedikit lebih lama, lalu mencium keningnya sekilas "Love you so much Re."
"Love you so much too Jeje." Rere menggenggam tanganku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Fanfiction"Every precious moment doesn't fade, but lingers. Pages of emotion come together, upon waves curling and stretching out. We recall the warmth of our past days." -Day6