2• Rabu Bertemu

342 28 1
                                    

Semua ketidakinginanku bertemu dengannya bermula pada sebuah kisah klasik yang harus aku sampaikan pada kalian semua. Dimulai pada tahun pertama aku berkuliah, tahun pertama kali aku bisa berjumpa dengannya. Hari itu hari rabu kalau aku tidak salah.

Pagi itu setelah dengan semangat menyiapkan segala perlengkapan akedemis dimata kuliah pertama, aku langsung bergegas menyetrika kemeja dan rok hitam panjang. Cupu memang, tapi cuma itu yang bisa aku kenakan saat menjadi Mahasiswa Baru. Misiku, aku harus terlihat biasa saja. Tak mau mencolok dengan pakaian-pakaian berlebihan yang nantinya akan mengundang perhatian dari kalangan senior. Setelah semua beres, kunaiki motor milikku yang sudah dibelikan ibu dari jaman aku SMA dulu, bergegas tak mau telat dijam perkuliahan pertama.

Setelah sampai di kampus.. aku harus menaiki tangga untuk sampai ke lantai 3, tempat ruang kelasku berada. Memasuki kelas dengan debaran karena ini kali pertama aku jadi mahasiswa terasa sedikit ringan dikarenakan kelas yang cukup riuh kala itu... semua sedang asyik bercengkrama mengenalkan diri masing-masing. Aku yang notabene tidak mengenal siapapun langsung duduk dibarisan kursi kelima.

"Aku Satria, kamu? Kayaknya kita pernah ketemu deh?.." sapa seorang laki-laki yang tiba-tiba saja sudah duduk disampingku.

"Ah, Nirvana, cuma manggilnya Lana aja. Oh ya? mungkin pas ospek kemarin.." balasku ringan sambil menggapai tangan hangatnya

"Oh iya mungkin, ga nyangka kita sekelas hehehe.. aku pindah duduk dibelakang ya. Nanti kalo mau minta tolong panggil aja. Sip?.." ujarnya sambil menaikan kedua jari jempol kemudian kubalas dengan anggukan. Setelah itu ia pamit untuk kembali duduk ditempatnya. Waktu berlalu dan kelas pun menjadi semakin riuh karena pasukan mahasiswa semakin bertambah. Tak lama kemudian datang seorang dosen dengan bentuk tubuh bak seorang atletis, dengan wajah yang menurutku yah lumayan, cuma.. memancarkan aura mistis yang cukup menakutkan.

"..KALIAN BISA DIAM GAK!!.."

Teriaknya setelah sampai di kursi singgasana para dosen. Kelas yang awalnya riuh seketika sunyi senyap ditebas suara menakutkan miliknya.

"..Kalo mulut kalian gak bisa diam, keluar dari kelas saya sekarang dan jangan pernah masuk lagi.."

Sumpah demi dewa-dewi diserial mahabarata, aku sangat takut kala itu. Mulutku yang sudah terkunci dari awal semakin ku kunci akibat teriakan yang lebih tepatnya kusebut auman serigala. Waktu selama tiga jam setengah yang berarti empat sks sekaligus, aku lewati dengan teriakan, omelan serta nasehat-nasehat yang menurutku sangat bermanfat tapi tidak bagi teman-temanku yang lain.

"..Anjir, dosennya galak.."Ellya mendegus, dia teman baruku setelah dosen itu keluar dari kelas

"..Anying parahhh.." Saut Riri

"..Gila sih ini hidup dineraka jahanam. Baru juga masuk malah dikasi tugas.." Tak mau kalah, temanku yang satunya lagu menyaut tanda dia juga sependapat dengan mereka. Tapi tak tau mengapa bagiku ini cukup menyenangkan, aku tak sebegitu frustasi mereka. Sekejam-kejamnya dosen tadi, aku yakin niatnya baik. Cuma caranya saja yang tak sejalan dengan teman-temanku yang lain. Setelah selesai dengan sesi omelan-omelan dan makian, kamipun sepakat menuju kantin untuk mengisi kehampahaan perut yang meminta untuk segera diisi.

***

Perutku sudah diisi, tenggorokanku sudah dilewati air dan jam pun sudah menunjukkan waktu dimana aku harus memasuki jam perkuliahan kedua. Entah kenapa rasanya langkah ku begitu ringan saat menaiki puluhan anak tangga, masih dilantai tiga tadi namun diruangan yang berbeda. Kali ini ruangannya jauh lebih dingin dari ruangan yang sebelumnnya. Aku dan teman baruku memilih duduk di barisan nomor dua setelah meja dosen. Sambil menunggu dosen matakuliah ku datang aku memainkan ponselku sebentar, mengecek beberapa chat-chat dari teman semasa SMA lalu tak terasa hanyut dalam dunia Instagram.

Tak kusadari, Ellya yang daritadi bercengrama dengan begitu semangatnya dengan Riri seketika terdiam. Saat itu aku pikir mungkin saja dia sudah capek berbicara. Tapi saat aku mengangkat kepalaku untuk sekedar mengecek apa yang sedang terjadi dengan mereka berdua.. mataku sontak tertegun karena aku tak sengaja saling menatap dengan dosen itu.

"..Ehem... mohon tenang.."

Seolah terbius, semua yang ada disini terdiam dan aku terpaku, tak bisa bergerak... Ah suaranya... begitu surgawi. Lalu pahatan indah wajahnya, lalu alisnya yang begitu tebal, bibirnya yang tipis dengan kemeja batik yang terbungkus begitu pas di badannya seolah manekin yang begitu sempurnya bagiku. Oh Tuhan... pemikiran-pemikiran erotis remaja berumur delapanbelas tahun mulai menggerogoti otakku saat melihat manusia ini.

" YA ALLAH GANTENGGGGG.." jerit Ellya sambil meringis tanpa suara disampingku.

"Perkenalkan nama saya Prawara Abyaksa. Kalian bisa manggil saya pak Wara, saya dosen kalian dimata kuliah Pemograman.."

Singkat. Padat. Jelas.

Ia menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jari tangan yang seperti model-model iklan shampoo pria, dan aku melihat adegan itu dengan seksama tanpa berkedip sedikitpun. Baiklah, sekarang rambutnya yang ikal ada di dalam fantasi gilaku. Lalu kucermati tatapannya yang begitu lembut tapi juga begitu mematikan. Lalu aku terus-terusan menjerit dalam hati, tak tahan dengan suasana mendebarkan ini. Suasana dihari Rabu di hari pertama aku kuliah. Akar mula pertemuanku dengannya...

'Tuhan tolong, hentikan kerja otak ngawurku sekarang juga, aku ingin berkuliah... bukan ingin melakukan fantasi-fantasi gila diotakku dengan dosen ini'

#TBC

Mohon apresiasinya. Jangan lupa di klik 'bintang'nya ya teman-teman agar saya semangat melanjutkan cerita ini. Terimakasih.

['Tipe Data']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang