4• Kepala T(ai)eam Saya!

236 25 0
                                    

Sinaran yang terpancar kala itu terik, wajah kuyu Lana juga teman-temannya yang lain sedang menanti nama kelompok mereka dipanggil untuk mempresentasikan program yang sudah mereka buat. Suhu ruangan yang awalnya begitu dingin kini berubah sedikit panas, pekat oleh perasaan para mahasiswa gugup.. seakan-akan sedetik lagi mereka akan disidang oleh yang Maha Kuasa.

“Udah sih jangan belajar terus” Ellya menarik makalah berwarna merah maroon milik kelompoknya yang dipegang Lana daritadi. Lana punya tekat kuat, setidaknya siang ini dia harus bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Pak Wara, dosen pemograman mereka.

“Udah Na.. santai ajaa” Andri menambahkan

“Yang lain silahkan menunggu diluar sampai saya panggil kelompoknya satu per satu untuk presentasi” ujar sang dosen setelah mengabsen seluruh mahasiswa.

Setelah mendengar ucapan sang dosen, mereka semua pun keluar dan mencari tempat untuk duduk didepan ruangan kelas sambil menunggu nama kelompok mereka dipanggil.

Lana dengan langkah gontai melangkah meninggalkan ruangan tempat ia memaduh kasih secara sepihak bersama Pak Wara. Hari ini adalah hari terakhir ia bisa berada dalam satu ruangan dengan dosennya itu, lalu setelah selesai Lana dan yang lainnya akan diliburkan sampai ke semester yang akan datang. Berharap Prawara Abyaksa kembali menjadi dosen salah satu matakuliahnya..

Sayang, doa Lana tak dikabulkan oleh langit. Benar saja, hari itu adalah hari terkahir Wara mengajar di kelasnya. Karna sampai semester akhir pun Lana tak pernah berkesempatan untuk bisa sekelas bersama Wara lagi.

***

“Kerjaan kamu melamun ya?” Tegur Wara sembari melihat Lana yang sebelumnya sedang terpekur memandang komputer dengan tatapan kosong.

“Kalo kerjaan kamu melamun begini kapan saya dapat hasil design interface admin client kita?” Sambungnya ditambah mata memincing, Lana yang tadinya belum fokus kini menatap dalam mata sayu milik Wara, ingin memaki tapi Wara saat ini memiliki pangkat lebih tinggi diatasnya ‘lagi’. Tak ingin banyak bicara Lana langsung mengeprint hasil design yang sebenarnya telah ia buat sebelum atasan baru nya ini datang, tepatnya tiga jam sebelum Wara kembali dari meeting bersama client baru mereka.

“Ini pak, saya permisi dulu” tanpa basa-basi ia berikan kertas berisi beberapa gambaran kemudian pergi meninggalkan Wara yang masih berdiri didepan kubikel meja kerjanya.

Ah… Sial!!! Pekik Lana dalam hati, sejak kapan manusia itu ada didepan meja kerja Lana? Sejak kapan dia berjalan menuju meja kerja Lana? Dan kenapa dia bisa datang di hadapan Lana pada saat Lana sedang mengingat-ngingat kembali kejadian yang ia alami dulu. Setelah menenangkan diri sebentar didalam pantry, setelah membuat segelas milo hangat dan setelah menormalkan irama nafasnya yang memburu.. tak lupa Lana menyentuh dada kirinya.

Ia sedang memastikan. Memastikan apakah degup jantung Lana yang dahulu ada ‘untuknya’ masih terus ada atau sudah hilang ditelan kekecewaan Lana kala itu. Sejujurnya kini Lana merasa ritme degup jantungnya lumayan kencang.. Ah, mungkin saja karena ia kesal.. ya karna kesal.. bukan karena hal yang lain.

“Lu kenapa ga ingetin kalo pak Wara otewe ke guee?!” Ucap Lana sembari mencubit perut Harvi, teman sebelah kubikelnya setelah kembali ke ruang kerja.

“Ga tau neng! Aku tadi juga lagi sibuk betulin bugs program bagianku!” Bela Harvi dengan wajah bersalah.

“Ga terima ya aku digituin, baru jadi kepala tim aja songongg.. benci dehh benciii” protes Lana lagi, tak terima dengan perlakuan yang Wara berikan padanya tadi.

“Gaboleh gitu, dia niatnya baik kok. Emang tadi kamu melamunnya lama banget lho neng, aku juga ikutan manggil ga disaut kamu. Aku kira kesambet siang-siang begini” balas Harvi.

['Tipe Data']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang