Nay?
Aku bertemu dengannya saat mendaftar ulang. Dia menabrakku, menumpahkan minuman yang kubawa."Duh maaf. Sebentar" Dia mengeluarkan tissu dari tas ranselnya. Menyerahkannya padaku.
"Sebentar saya ganti" aku ingin mencegahnya tapi dia terlampau lincah. Berlari ke arah kantin. Akhirnya aku mengelap kemeja kotak-kotakku. Duduk diteras sembari menunggunya. Kasihan kan kalau aku meninggalkannya.
"Maaf, ini jusnya"
"Kamu beliin aku jus strobery?" Tanyaku dengan nada, sengaja, agak ngeselin.
"Bukannya itu strobery?" balasnya sembari menunjuk tumpahan jusku. Aku mengerutkan kening. Lalu menunjuk jus yang dia pegang.
"Coba kamu cicip" kataku iseng. Gak tega lihat dia keringetan begitu sehabis ngantri beli jus.
Dan tanpa diduga dia meminumnya. Hampir saja aku ngakak tertawa. Tapi aku hanya mendesis lucu.
"Enak kok. Eh? Yah kan..." katanya setelah sadar.
"Udah buat kamu aja" aku tersenuum simpul.
"Eh beneran?" Matanya langsung membola sakin kagetnya. Ekspresif banget. Itu kesan kedua setelah tau dia kagetan. Iya kaget. Baru diperintah langsung menjalankan.
"Hm"
"Makasih" Dia menikmati jus hasil jerih payahnya.
"Hm" balasku. Ketika melihat kedepan, aku berdiri saat kulihat Riza melambaikan tangan dari jauh bersama rombongannya.
Bakal heboh kalau tau aku deket dengan cewek dengan pose begini. Hebohnya bisa sampai satu kampung.
Tanpa permisi aku meninggalkannya. Dia juga tidak terlalu perduli.
-
"Nayla Ramadhani? Oh, aku tau ni anak. Dia dapat beasiswa sejak SMP. Sekarang juga kayaknya dia dapat lagi. Ni anak wajahnya biasa aja tapi otaknya encer banget. Aku baru nyadar Iqbal tuh pinter gila yah. Nay aja gak bisa ngalahin posisi kamu" komentar Riza saat kami melihat papan pengumuman. Itu pujian?
Pertemuan pertamaku dengan Nay, saat itu belum kuketahui namanya. Jadi saat melihat namanya selalu berada dibawahku, sedikit mengusik rasa penasaran.
"Cie, Iqbal, belum apa-apa fansnya udah seabrek gini" Gilang datang merangkulku. Dia melirik kebelakang yang kuabaikan.
"Bang jangan cool gitu dong, nanti ciwi-ciwi pada meleleh"
Hah?
Aku gak ngerti jalan pikiran mereka. Kuhiraukan kataku itu. Aku berusaha keluar dari kerumunan. Mendengar beberapa bisikan yang menyebut-nyebut namaku. Terserah kaum hawa sajalah.
"Kantin yuks?" Ajak Gilang. Dia ini temanku sejak SD. Aku tidak menjawab tapi langkah kakiku terus mengikuti Gilang. Dan dia tau itu. Dia memang sangat memahami gerak gerikku.
"Bal, nanti pulangnya bareng dong?" Rengek Riza sebelum kami meninggalkannya.
"Emang motormu kemana za?" Tanyaku malas. Jujur saja, adakalanya aku males ngeladenin Riza. Dia terlampau manja. Dan aku terlalu malas meladeni segala macam permintaannya. Karena kalau menuruti ajakan pulang bareng. itu sama aja kamu menuruti dirimu menjadi maskotnya seharian.
Mulai dari nunggu dia digerbang sekolah. Jalan-jalan. Sampai makan bareng dan pergi ketempat-tempat hangout bareng teman-temannya. Aku bahkan terlalu lelah memikirkan keadaan bila bertemu dengan teman-temannya.
Za, ini baru hari pertama. Berilah aku space untuk menikmati hidup.
Aku menggeleng.
"Iiiih, Iqbal jahat banget" Riza memukul pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirumah Sakit Aku Menikah
عاطفيةJust #10 Part Ditengah kemelut Covid-19, aku terserang ISK. Ngeri. Tapi, 2 hari setelahnya aku menikah. Heeeeeh? . . Bam! "Kalian pikir aku barang?" (Ingatan masa SMA)