"Menikahlah denganku"

76 6 0
                                    

Nay POV
_
"Ini buat baju ganti" Tamara menyerahkan sepaket baju padaku. Lengkap dengan pakaian dalam. Heee malunyaaaa.

Mbak Priska yang sejak tadi menemaniku sudah pulang. Bukan menemani sih, tapi mengintrogasi. Dia tipa orang yang tidak bisa menyembunyikan rahasia. Bahasanya terlalu blak-blakan. Aku akhirnya tau bahwa semua pertanyaannya tentangku adalah pesanan Ghifar.

Sebelum pulang mba Priska sudah meminta Tamara membelikan peralatan ini semua untukku. Uangnya darimana? Aku juga gak tau. Dan gak mau memikirkannya. Nanti saja kutanyakan ketika dia datang menjengukku.

"Terimakasih" kataku penuh dengan rasa malu melihat Tamara yang senyam senyum gak jelas. Aku melirik bingkisan itu dan menggeleng pelan. Mengenyahkan tanya yang hampir terjawab.

Tidak. Aku tidak ingin memikirkan bahwa Ghifar peduli padaku.

"Sama-sama. Ini alat sabunnya" dia juga menyerahkan sekantung peralatan mandi padaku.

"Mbak, beruntung banget sih?" Dia tiba-tiba duduk di sisiku. Menatapku penuh minat. Kelakuannya membuatku mundur, menjauhinya.

"A- Alhamdulillah" balasku gugup. Dia lagi-lagi memamerkan gingsulnya yang manis.

"Ini kali ya mbak rezeki anak solehah?" Dia bertanya. Aku tidak menjawabnya. Hanya tersenyum kikuk. Aku tau kemana isi kepalanya bernarasi.

Dia diam. Kemudian nampak berpikir.

"Dokter Ghif-"

"Stop!" Potongku. Dia menunjukkan wajah heran. Lalu senyumnya mengembang. Bersiap meledekku.

"Cieeeee-"

"Stop!" Lagi-lagi aku memotong rayuannya.

Aku memperaktikkan bibir yang terkunci dengan gerakan tangan. Dia mengangguk patuh dan penuh dengan keseriusan. Wajahnya yang rada polos itu membuatku hampir tertawa. Namun sebisa mungkin kutahan sebab kalau aku tertawa, tanda kekakalahan akan nampak. Dia akan meledekku dan bertanya banyak hal tentang Ghifar.

Tidak. Aku tidak mau itu terjadi. Aku melihat semua bungkusan yang baru kudapat. Beristighfar sebanyak-banyaknya agar hatiku terjaga. Tidak melayang, melambung, lantas remuk redam karena jatuh seketika.

Huft, kenapa aku benar-benar lupa menyiapkan ini semua. Sakit membuat perhatian kita teralihkan.

"Kalau ada apa-apa, panggil saya yah" dia menujuk tombol yang mesti kutekan. Hal yang sempat membuatku bodoh seketika.

"Baik" Balasku. Dia kemudian keluar. Namun sempat berhenti kemudian memandangku lagi. Nampaknya dia ingin bertanya namun aku buru-buru menggeleng dan menyilangkan tanganku sebatas dada.

"Tidak ada Tanya dan Jawab" Telepatiku padanya. Lalu dia nyengir dan membungkuk. Meninggalkanku kemudian.

Aku menghela nafas. Saatnya membersihkan diriku.

-
-

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku sudah puas bertelpon ria dengan keluargaku dikampung dan teman-temanku. Meyakinkan mereka kalau besok aku sudah pulang.

Aku juga bersikeras melarang mereka datang. Bahaya!

Melihat jendela disamping kananku. Sembari menerawang jauh memikirkan masa depanku. Ya, baru tadi pagi aku mendapat jawaban bahwa ta'arufku tidak berjalan lancar. Pihak laki-laki memutuskan tidak melanjutkan prosesinya.

Dia hanya mencari perempuan yang dekat domisilinya. Sedangkan aku tidak termasuk karena domisiliku jauh dan harus menyebrang pulau.

Tidak apa-apa Nay. Dia bukan jodohmu. Batinku menenangkan.

Dirumah Sakit Aku MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang