Part 6. Kemalangan Aufa

222 28 2
                                    

Ini adalah karya kolaborasi yang berarti karya yang di buat bersama. Antara authour (@Patimah_WIZONE/ Siti_One_it) dan twins_identik.

Jadi jangan hanya mengenali satu penulis, kenali juga penulis yang lainnya ok 😊😊😊

Setelah hampir 4 jam Aufa menunggu di jalanan yang sepi itu, akhirnya ia bisa bernafas lega saat melihat ada sebuah mobil yang lewat di samping mobilnya dan mau menolongnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah hampir 4 jam Aufa menunggu di jalanan yang sepi itu, akhirnya ia bisa bernafas lega saat melihat ada sebuah mobil yang lewat di samping mobilnya dan mau menolongnya.

Akhirnya Aufa bisa pulang kesini. Kerumah kedua orangtuanya dan Aufa kini tengah menunggu seseorang di dalam sana membukakan pintu untuknya.

Karena Aufa pun memang tidak memiliki kunci rumah kedua orangtuanya.

Cklek...

Akhirnya pintu di depannya itu terbuka dan muncullah sosok seorang wanita parubaya yang masih sangat cantik di umurnya yang sudah kepala 4. Siapa lagi bukan Fiana, Bundanya.

"Ya allah, Aufa. Bunda pikir siapa yang ketuk pintu malam - malam gini, Bunda kangen banget sayang."

Fiana, langsung memeluk tubuh anaknya yang lebih tinggi darinya itu. Dia memang selalu merindukan semua anak - anaknya. Terutama Aufa yang memilih untuk pulang ke apartemen dari pada kesini.

Aufa balas tersenyum saat mendengar ucapan Bundanya yang terlalu berlebihan menurutnya.

Karena sekalipun Aufa memilih pulang ke apartemen ia selalu menyempatkan waktu untuk menelfon Bundanya dan menanyakan kabar Bundanya hari itu.

Dan itu di lakukan Aufa setiap hari. Kadang - kadang jika ia sibuk, ia hanya akan mengirim pesan pada Bundanya itu, agar Bundanya selalu merasa bahwa Aufa berada di dekatnya.

Tapi sepertinya apa yang dirinya lakukan tetap saja membuat wanita yang melahirkannya itu merindukannya.

"Aufa, juga kangen Bun."

Jawaban singkat dari mulut anak sulungnya itu membuat Fiana justru mencubit pinggang berotot anaknya itu.

Aw...

Rintisan Aufa terdengar saat tangan kecil Bundanya itu hinggap di pinggangnya dan memberikan cubitan di sana.

"Kalau kangen seharusnya kau temuin Bunda. Jangan cuma bilang aja."

Omel Fiana masih dalam pelukan Aufa dan Aufa justru terkekeh mendengar omelan Bundanya itu sambil memeluk balik Bundanya itu.

"Bun, siapa yang bertamu?"

Sebuah suara seseorang dari dalam membuat keduanya melepaskan pelukan mereka dan menemukan Galen berdiri di sana sambil bersedakep menatap berganti mereka berdua.

"Masih inget jalan pulang rupanya!"

Sindir Galen pada anak sulungnya itu saat melihat Aufa berdiri di luar pintu. Sedangkan Fiana berada di dalam tepat di pintu masuk.

Mencintaimu Dalam Diam (Aufa & Jingga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang