𝑘𝑒𝑙𝑖𝑚𝑎

5.9K 1K 605
                                    

"Lo tuh kayak setan tau gak, Gas?"

Chanyeol terkekeh, merapatkan jaket yang dia pakai. Tangannya yang memegang senter, terarah kedepan. "Mana ada setan seganteng saya, Fauzan."

"Bacot!" Baekhyun mendesis, semakin erat memeluk badannya. "Lagian lo ngebangunin gue di jam 2 malam cuma buat kesini, disaat udara lagi dingin-dinginnya. Lo mah enak bawa jaket, lah gue? Emang setan ya!"

Chanyeol meringis, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedikit banyaknya merasa bersalah.

"Maaf deh maaf. Kan saya udah pernah bilang bakal ngajak kamu ke saung buat liat matahari terbit dan karena saya gak bisa tidur hari ini ya udah sekarang aja saya realisasiin."

Baekhyun mendecih. Dia kesel, marah, ingin sekali menampar lelaki dibelakangnya, yang dengan lancang sudah menganggu acara tidurnya yang nyaman.

Ya! Chanyeol mengganggu tidurnya di saat semua orang sedang terlelap. Menerobos masuk kamar melalui pintu balkon yang Baekhyun lupa kunci, menarik tubuhnya yang nyawanya bahkan belum terkumpul sepenuhnya dengan semangat. Berceloteh tentang hal yang tak Baekhyun mengerti hingga dia bahkan lupa untuk membawa jaket.

Sialan! Ingin sekali rasanya Baekhyun menendang bokong lelaki ini.

"Zan?"

"Hn." Baekhyun bergumam, masih dengan memeluk tubuhnya karena udara dingin dini hari yang benar-benar menusuk kulit. Dia fokus pada jalan setapak dikebun teh yang sempit, Chanyeol dibelakangnya mengarahkan senter hingga menyinari jalan agar tidak terjatuh.

"Kok saya ngerasa kamu ngehindarin saya selama seminggu ini ya?" Chanyeol berdehem. "Kearah kanan, Zan."

Baekhyun tertegun beberapa saat sebelum mengikuti perintah Chanyeol yang menunjukkan arah. Dia mengulum bibir bawahnya, untung saja Chanyeol tak melihat wajahnya yang berubah gugup.

"Perasaan lo doang kali."

"Tapi ya—"

"Kearah mana nih?!" Baekhyun menyela dengan cepat, hampir berteriak, dia tak ingin mendengar perkataan Chanyeol lebih lanjut.

"Lurus aja."

Karena dia tak tahu harus memberi alasan apa untuk diucapkan pada pria itu. Baekhyun menjauhi Chanyeol? Ya, dia melakukannya. Alasannya? Oh, bahkan Baekhyun pun masih mencari tahu alasan mengapa dia menjauhi lelaki itu.

Setelahnya mereka berjalan dalam hening, hanya deru napas keduanya dan suara-suara binatang malam yang terdengar. Sebuah saung sudah terlihat didepan mata, saung kecil yang berada di puncak bukit kebun teh dan untungnya dilengkapi sebuah lampu yang berwarna kekuningan.

Baekhyun mempercepat langkahnya, dia memeluk tubuhnya erat. Meski rasa kantuk sudah menghilang entah kemana, dia hanya ingin mengistirahatkan kakinya yang dipaksa berjalan cukup jauh.

"Ah akhirnya sampai!" Baekhyun mendesah, duduk pada lantai saung yang terbuat dari bambu.

Chanyeol didepannya terkekeh. "Capek ya?"

"Bange—"

Ucapannya terhenti saat Chanyeol dengan senyuman lembutnya mengusap pelipisnya yang berkeringat lalu merapikan rambutnya yang berantakan dengan sangat lembut.

"Lemah banget cuma gini doang nyampe berantakan."

Tak mempedulikan seringai mengejek lelaki di depannya. Baekhyun berdehem gugup, dia menyingkirkan tangan yang hinggap diatas kepalanya dengan kasar. Mencoba mengabaikan detak jantungnya yang meningkat, Baekhyun mendelik. "Bacot lo!"

Chanyeol tertawa, duduk disamping Baekhyun setelahnya. Dia merangkul bahu Baekhyun hingga badan mereka merapat.

"Galak amat sih, pantesan gak punya pacar."

𝘽 𝙖 𝙣 𝙙 𝙪 𝙣 𝙜 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang