[ sepuluh ]

5.5K 710 102
                                    

Sebuah mobil putih berhenti nggak jauh dari rumah berpagar hitam. Si pengendara menatap rumah tersebut, memanjatkan sebuah harapan agar salah satu penghuninya keluar. Menemuinya supaya bisa bercengkrama layaknya teman lama.

Namun, sisi lain hatinya tahu itu adalah hal yang mustahil. Jangankan bercengkrama, cewek yang masih mengisi hatinya itu udah nggak mau menatapnya lagi. Seolah-olah Andra adalah sesuatu yang sangat amat menjijikan di dunia ini. Hal menjijikan yang pantas dibuang. Sama seperti saat Andra meninggalkan Rose karena memilih cewek pilihan mamanya dulu.

Sayang seribu sayang, seminggu setelah acara pertunangan antara Andra dan cewek itu, mama Andra meninggal dunia. Hidup Andra pun mulai terbalik. Seperti hujan yang turun tanpa henti. Semakin deras, tak ada tempat berteduh dan hal itu membuat Andra hampir menyerah untuk melewatinya.

Perselisihan antara keluarga papanya akan harta warisan semakin memanas. Belum selesai soal harta warisan, Andra memergoki si calon istri berselingkuh dengan mantan pacarnya. Perselisihan pun bertambah antara keluarga Andra dengan keluarga si cewek.

Setelah masalah satu selesai, muncul lagi masalah baru. Andra kembali terkena musibah. Toko alat musiknya kebobolan dan membuatnya merugi. Jatuh bangun Andra mengumpulkan keyakinan bahwa semuanya akan terselesaikan. Dan beberapa bulan ini kehidupannya mulai kembali normal. Itulah kenapa Andra mengirimkan hadiah untuk Rose dan ingin mendapatkan pengampunan darinya. Andra akui kalo dia sangat amat menyesal.

"Gue emang tolol, Rose. Seharusnya gue berjuang sedikit lagi agar kita bisa selalu bersama," gumamnya.

Sepuluh menit berlalu. Andra menghela napas dengan berat. Konyol sekali menunggu Rose seperti seorang penguntit. Harapan kosong itu membuat Andra menyalakan mesin mobilnya. Pulang ke rumah dan menenangkan diri dari kegalauan hati.

Baru aja Andra hendak melajukan mobilnya, tampak sebuah motor berhenti di depan rumah Rose. Andra kenal betul siapa orang yang duduk di jok belakang motor tersebut. Dia adalah seseorang yang ditunggu Andra sejak tadi. Namun, siapa cowok yang mengantarkan Rose pulang itu? Apa pacar baru Rose?

Andra pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia memilih untuk memperhatikan gerak-gerik Rose dan cowok itu. Terlihat samar tapi Andra melihat keceriaan yang dipancarkan oleh mantan pacarnya itu. Senyum yang ia rindukan tapi bukan ditujukan untuknya lagi. Seandainya Andra bisa mengulang waktu, ia ingin menjaga senyum itu dan memilikinya sendiri.

Nggak lama setelah itu, si pengendara motor berputar dan melaju ke arah Andra. Wajah cowok yang memakai helm putih itu terlihat jelas. Cowok itu menahan senyum layaknya orang kasmaran. Dan Andra nggak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat mengenali wajah si cowok itu.

"Kok ... kayak Eunwoo?"

.
.
.

"Makasih banget udah dianterin pulang. Berasa dianterin sama pangeran berkuda putih, nih," ceplos Rose tanpa sadar.

"Ini bukan pangeran berkuda putih, tapi bermotor matic," canda Eunwoo dan dibalas tawa oleh Rose.

"Mau mampir dulu?" tanya cewek berkuncir kuda itu basa-basi.

"Mmm, mungkin lain waktu. Masih ada urusan di kafe," jawab Eunwoo.

"Oke, deh. Lo hati-hati pulangnya. Takut nabrak semut."

"Hahaha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahaha.... Terima kasih. Semoga nggak ketemu semut di jalan. Sampai bertemu lagi, Rose," balas Eunwoo dengan senyum lebar.

Rose balas tersenyum sambil dadah-dadah sok malu. Eunwoo pun melajukan motornya. Rose menatap kepergian Eunwoo sampai akhirnya pandangan cewek itu mengarah ke sebuah mobil yang terparkir di seberang jalan. Pintu mobil terbuka dan si pengendara mobil pun keluar. Berlari ke arah Rose dengan tatapan nggak percaya.

Anjir! Ngapain nih orang ke sini?!

"Rose!" panggil Andra dengan lantang. "Rose! Gue pengen ngomong sama lo bentar."

Rose nggak memperdulikan teriakan Andra. Ia segera membuka pagar rumahnya dan masuk rumah secepatnya. Andra yang berdiri di depan pagar hanya bisa menghela napas berat. Sepertinya nggak ada celah untuk mengetuk pintu hati Rose lagi.

***

"Kamu kenapa, Rose?" Siska syok melihat wajah anak ceweknya berubah seperti zombie.

Rose cuma tersenyum kecut, lalu berjalan ke kulkas untuk mengambil susu. Ia butuh sesuatu untuk mengisi energinya di pagi hari yang cerah ini. Iya, pagi ini cuaca cerah tapi nggak dengan cuaca hati Rose. Mendung sekali.

"Abis nonton drama menyedihkan mungkin, Ma. Semalam Ayah dengar ada yang nangis di dalam kamar," ledek Hari.

"Ya, anggap seperti itu, Yah," timpal Rose seraya duduk di kursi makan.

"Cerita sama Mama, kamu ada masalah apa? Soalnya tadi waktu ketemu Bu Ida pas beli sayur, beliau bilang sama Mama kalo kemarin ada cowok yang lari ngejar kamu di depan rumah. Siapa itu? Andra?"

Tebakan seorang ibu memang selalu tepat sasaran.

"Iya, itu Andra," jawab Rose lunglai.

"Loh? Bukannya dia udah nikah? Ngapain dia ngejar kamu?" sahut Hari dengan nada tinggi.

"Dia nggak jadi nikah sama cewek yang dijodohin mamanya itu, Yah," jelas Rose.

"Tahu dari mana?"

"Jihan yang cerita. Dapat info dari temannya yang kebetulan kenal sama Andra."

Hari nggak berkomentar lagi. Laki-laki paruh baya itu sedang mengontrol emosinya. Hari udah nggak sudi mendengar nama cowok itu lagi. Apalagi sampai datang ke rumah untuk menemui anak bungsunya.

"Dia nyari kamu buat apa? Minta maaf?" tanya Siska.

"Nggak tahu. Pusing ah, Ma."

"Jangan berpikir terlalu keras, Rose. Kamu harus lebih berani menghadapi masalah itu sendiri. Kalo dihindari nggak akan selesai dan bikin kamu tambah kepikiran. Mungkin ada baiknya kamu temui dia. Obrolin baik-baik. Kalo kehadirannya bikin kamu nggak nyaman, ya bilang aja terus terang. Dari pada nanti dia nekat datang ke sini lagi. Bisa-bisa ada pertarungan tinju dadakan," tutur Siska seraya melirik sang suami.

Omongan sang mama ada benarnya juga. Namun, Rose belum siap harus berhadapan dengan Andra. Rasa marah dan kecewa masih terpendam di dalam hati. Bukannya ngomong, yang ada malah nangis brutal.

"Kalo bisa nggak usah ketemu lagi. Buat apa ngobrol baik-baik? Telat!" ucap Hari.

Wajah sang ayah berubah merah. Sebab kepergian Andra nggak hanya melukai hati Rose tapi juga keluarganya. Siska sih masih bisa menahan diri dan bersabar. Namun, Hari dan Robi udah nggak bisa mentolerir perbuatan Andra.

Memang betul jika Hari dan Robi suka sekali meledek atau menggoda Rose. Melemparkan guyonan yang sering membuat si bungsu emosi jiwa. Tapi sebagai seorang ayah dan kakak, Hari dan Robi akan pasang badan bila ada seseorang yang menyakiti perasaan Rose.

Ya, sesayang itu Hari dan Robi kepada si bungsu.

***

10 Desember 2023

Bab ini benar-benar baru. Tidak ada di versi yang lama. Semoga yang baca suka:) terima kasih 💚🤍

Jadi Menantu? • Rose x EunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang